Jennie kembali ke apartemen setelah seharian mengajar di kampus. Ia hendak mandi namun terhenti saat ada sebuah notifikasi pesan masuk. Jennie mendudukkan kembali dirinya di tepi ranjang dan meraih ponselnya.
Alisnya bertaut membaca pesan itu. Namun sesaat kemudian senyum mengembang di bibirnya. Jennie menelepon seseorang.
"Lisa?"
"Yes Miss?"
"Apa kamu sedang sibuk?" Tanya Jennie berjalan menuju lemari pakaian miliknya.
"Tapi tidak terlalu. Ada apa Miss?"
"Luangkan waktumu untuk malam ini." Ucap Jennie meraih pakaian yang akan ia gunakan.
"Apakah ada hal yang sangat penting Miss?" Tanya Lisa dengan heran.
"Cukup penting. Kamu harus menemaniku malam ini dan akan ku jemput pukul 6. Kirim alamat apartemen mu. Tidak ada bantahan." Jennie melupakan bahwa ia adalah seorang dosen untuk Lisa. Ia tidak menggunakan bahasa formal pada Lisa.
"Eoh?"
"Anggap saja kamu sedang membayar untuk ku sebagai mentor khusus mu." Mendengar ucapan Jennie, Lisa tampak berpikir dan tak lama menyetujui ajakan Jennie.
"Okay. See you later, baby." Jennie tersenyum menggigit bibirnya dan memutuskan panggilan tersebut. Ia berjalan menuju kamar mandi. Mengisi bathub dengan air hangat.
Lisa yang lagi-lagi mendengar ucapan Jennie pun tersenyum lebar. "Oh My God!! Jantung ku." Ia berbaring di ranjang dan berguling-guling senang.
Setelah menikmati euforia kebahagiaan, Lisa menatap arloji di pergelangan tangan kanannya.
"Aku harus segera bersiap." Lisa beranjak dari ranjang dan bersiap sebelum Jennie datang.
———
Jennie menjemput Lisa di apartemennya dan mereka menuju sebuah tempat. Mobil yang dikendarai Jennie tiba di basemen parkir sebuah gedung.
"Kita dimana Miss?" Tanya Lisa masih memandangi sekeliling sembari membuka seatbelt.
"Kamu hanya harus menemani ku. Untuk sekarang jangan banyak bertanya, oke?" Ucap Jennie menghampiri Lisa.
"Tapi—"
"Aku tidak menerima protes, baby." Jennie berbisik dan tersenyum. Sementara Lisa merasa jantungnya berdetak tak teratur.
"Baik Miss."
"Jangan terlalu formal juga. Dan tenanglah. Aku tidak akan menyakiti mu.
"Ba–baik Miss."
"Jangan gugup Lisa."
Lisa hanya tersenyum canggung. Jennie menarik tangan Lisa dan membawanya naik. Sampai di lantai 15, Jennie menekan bel interkom. Tak menunggu lama, pintu terbuka.
"Jennie-ya.." kedua wanita itu berpelukan.
"Kau terlihat baik-baik saja Unnie." Jennie melerai pelukannya.
"Tentu saja. Masuklah. Kau bawa siapa ini?"
"Lisa. Kekasih ku." Ucap Jennie membawa Lisa masuk.
"Wh—?" Lisa merasa jantungnya akan meledak.
Irene tersenyum melihatnya. Ia yakin Jennie akan jatuh cinta pada Lisa. Jennie duduk di sofa ruang tamu, Seulgi baru keluar dari kamar.
"Seulgi?" Tebak Jennie. Seulgi mengangguk dan tersenyum.
"Jennie dan ini Lisa." Ucap Jennie mengenalkan diri dan Lisa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tie Me Down ✓
Fiksi PenggemarLisa terjebak dalam labirin rumit pikirannya sendiri. >> I never leave your side - J 21+ 🔞G!P🔞