18. Never Stop For You

7.1K 623 18
                                    

Lisa mendudukkan Jennie di sofa yang pernah mereka gunakan untuk bercinta pertama kali. Dan kini mereka kembali untuk di sana saat malam pertama setelah menikah.

"We're back here.." Ucap Lisa membuat Jennie terkekeh kecil.

"Aku harus memberikan ASI pada baby J terlebih dahulu, Lisa."

"Arraseo. Tunggu sebentar di sini, aku akan membawa baby turun." Lisa beranjak dari basemen dan naik ke lantai 2 untuk membawa baby turun.

Lisa kembali dengan membawa anaknya yang sudah terbangun dan mengoceh menatapnya dengan senang. Lisa memberikan baby J pada Jennie agar diberi ASI.

"You know, baby? Kamu dibuat di sini. Di basemen ini." Ucap Lisa. Jennie memukul lengannya yang membuat Lisa terkikik geli.

"Bukan di sini. Karena aku masih mengonsumsi pil." Sahut Jennie.

"Oh, kampus?" Tebak Lisa. Karena ia mengingat bahwa mereka bercinta hebat di 2 tempat. Basemen dan kampus.

Jennie mengangguk sebagai jawaban. Ia memposisikan bayinya agar nyaman untuk menyusu, menyandarkan punggungnya di sofa dan menatap Lisa yang duduk di kursi di depannya. Ia membalik kursi sehingga bagian sandaran sebagai tumpuan tangannya.

"Aku tidak mengerti beberapa hal yang terjadi." Ucap Lisa.

"Ada apa?" Tanya Jennie.

"Aku ingat saat itu bersama Daddy untuk pergi ke rumah sakit sebagai pemeriksaan kesehatan rutin. Hasil test lab mengatakan bahwa aku menderita Azoospermia. You know.. Aku tidak perlu menjelaskan, kamu pasti tau apa itu." Ucap Lisa yang diangguki Jennie.

"Lalu?" Jennie menatapnya penuh tanya.

"Harusnya Daddy memaksa ku untuk menjalani pengobatan saat sampai di rumah, tapi tidak. Daddy tampak tidak mempermasalahkan hal tersebut. Seolah Daddy tau bahwa aku tidak bermasalah."

Jennie tampak mengangguk kecil, setuju dengan kecurigaan Lisa.

"Apapun yang terjadi di masa lalu itu sudah berlalu. Aku suka mendengarkan kamu bercerita tentang dirimu. Tapi aku tidak suka melihat mu kesakitan mengingat waktu lalu." Ucap Jennie.

"Aku hanya mencoba memahami hal tersebut."

"I know. Tapi jangan terlalu dipaksakan." Kali ini Lisa mengangguk kecil.

Keheningan menyapa mereka untuk sesaat. Lisa tersenyum menatap dua manusia yang berharga di hidupnya.

"Apa keputusan ku salah karena memberi mu baby di usia yang masih terlalu muda?" Tanya Jennie tiba-tiba sembari menatap anaknya yang sedang menyusu. "Kamu seharusnya masih menikmati kehidupan yang bebas layaknya orang lain. Bukan terjebak dengan mengurus baby." Jennie melanjutkan kata-katanya. Lisa sangat terkejut mendengar ucapan Jennie.

"Tidak, Honey. Tidak ada yang salah. Aku justru senang karena baby hadir diantara kita. Aku hampir putus asa karena kematian Daddy yang mendadak dan juga kamu yang mencoba untuk pergi. Kenapa tiba-tiba kamu bertanya seperti itu?" Lisa menatapnya heran.

"Aku hanya takut kamu kelelahan menjalani ini semua." Jennie menatap Lisa dengan sendu.

Lisa beranjak dari duduknya, bersimpuh di kaki Jennie dan membaringkan kepalanya di paha Jennie.

"Aku selalu berlutut di hadapan mu. Menandakan aku menyerahkan seluruh hidup ku padamu. Apapun yang kamu lakukan, apapun yang kamu beri, aku menerimanya selain kepergian dan perpisahan." Ucap Lisa.

"Aku tidak ingin kamu berlutut Lisa. Aku ingin kamu memimpin. Kamu bukan lagi hanya sekedar kekasih ku, kamu sudah menjadi kepala keluarga. Kamu punya anak laki-laki yang akan meniru caramu dalam memimpin." Jennie mengelus surai Lisa.

Tie Me Down ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang