Selama hamil, Jennie tidak mengatakan pada siapapun. Bahkan pada Irene dan Seulgi. Ia hanya mengatakan bahwa sedang memiliki tugas di luar negeri. Dan beruntungnya keduanya percaya saja.
Lisa selalu berusaha mendekatkan diri pada Jennie. Jika saat awal-awal Jennie menolak, kini tidak lagi. Lisa selalu mengajak berbicara calon anaknya. Terkadang ia terkekeh geli karena janin itu seolah merespon ucapannya.
Jennie duduk di sofa ruang TV sementara Lisa bersimpuh di bawah menghadapnya. Kini tidak ada lagi Jennie yang naughty dan juga Lisa yang childish. Kehidupan mengajari keduanya untuk menjadi dewasa dengan perbedaan usia 5 tahun diantara mereka. Lisa sudah bisa berbicara bahasa Korea dengan fasih.
Lisa menempelkan telinganya di perut Jennie. Mengusap lembut sembari memejamkan mata. Ia selalu melakukan ini jika mereka sedang bersantai.
"Kalau kamu besar nanti dan Daddy tidak ada di sisi mu, ingatlah bahwa Daddy selalu menyayangi mu." Bisik Lisa mengecup perut Jennie.
"Kapan kamu akan berangkat ke Thailand?" Tanya Jennie.
"Aku tidak tau. Mungkin seminggu setelah baby lahir." Ucap Lisa masih mengelus lembut perut Jennie.
"Bagaimana dengan kuliah mu? Pagi ini surat peringatan kembali datang untuk mu."
"Nanti bisa kuliah lagi." Ucapnya tersenyum, namun Jennie tidak melihatnya.
Keheningan melanda keduanya. Hanya suara dari drama Korea yang sedang terputar di TV.
"Miss.." Jennie mengernyitkan alisnya mendengar Lisa yang terkadang masih memanggilnya Miss.
"Boleh aku tau, kenangan buruk apa yang terjadi di basemen?" Tanya Lisa. Jennie membenahi posisi duduknya agar lebih nyaman.
"Appa Eomma ku dibunuh di sana. Tepat di depan mata ku." Ucap Jennie. Lisa terkejut namun berusaha tetap tenang.
"Maafkan aku yang tidak bisa menggantikan kenangan mu menjadi indah. Aku justru membuat mu semakin menderita." Lisa berlutut di hadapan Jennie. Jennie hanya diam mendengarkan ucapan Lisa. Lisa tersenyum dan mengelus perut Jennie.
"Dia yang akan menjaga mu nanti. Dia yang akan menggantikan kenangan buruk menjadi kenangan manis." Lisa menarik tangannya dan kembali bertumpu di lututnya.
"Aku berharap setelah baby lahir, penebusan dosa ku berakhir dan kamu memaafkan ku, Miss." Lisa tersenyum menatap Jennie, namun senyum yang tidak sampai ke matanya.
---
Kehamilan Jennie memasuki due date. Sikapnya berubah total menjadi manja dengan Lisa. Sudah beberapa jam Jennie merasakan kontraksi dan Lisa menemaninya.
Jennie meminta untuk Lisa memanggil dokter ke rumah. Ia tidak ingin ke rumah sakit. Ia kembali merasakan kontraksi disertai air ketuban yang pecah.
Beberapa kali mengejan, tangisan bayi memenuhi ruangan. Jennie menangis sembari mendekap anaknya di dada. Lisa tersenyum menyeka air matanya menatap Jennie dan anaknya.
Dokter membersihkan Jennie dan baby. Setelahnya diberi arahan untuk memberikan asi eksklusif pada bayi baru lahir. Setelah puas menyusu, baby tertidur dan Jennie meletakkan anaknya di sebelahnya.
Lisa hanya memandangi keduanya dari pintu kamar. Ia tidak berani masuk jika Jennie tidak mengizinkannya.
"Masuklah." Ucap Jennie melihat Lisa yang tersenyum.
Lisa berdiri di samping ranjang. Jemarinya menyusuri kulit halus anaknya.
"Nanti sampaikan padanya bahwa aku meminta maaf dan selalu menyayanginya." Ucap Lisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tie Me Down ✓
Fiksi PenggemarLisa terjebak dalam labirin rumit pikirannya sendiri. >> I never leave your side - J 21+ 🔞G!P🔞