[C6] M12 - Imperfect

3.2K 269 41
                                    

"Bennn!"

Suara Gracia menggema begitu melihat Feni yang sedang berbincang dengan salah satu staff. Feni menoleh sebentar ke arahnya dan menggamit tangan Gracia sebelum kembali berbincang.

Gracia tidak mengerti isi percakapan mereka, tetapi yang pasti itu berkaitan dengan lagu hadiah sousenkyo untuk Feni. Keduanya lalu berjalan masuk ke tempat latihan yang sudah dipenuhi oleh para member senbatsu lainnya.

"Gimana lagu barunya, Ben?" tanya Gracia merujuk pada lagu Gesu Na Yume yang diberikan untuk Feni.

"Asik banget, sumpah! Barusan banget kelar latihan bareng kak Gebi. Ngerasa cocok sih aing." Feni tampak sangat bersemangat hingga matanya berbinar tiap membicarakan hadiah sousenkyo-nya.

Gracia mengangguk paham. Ini baru pukul delapan pagi. Artinya, Feni dan Gaby sudah berada di sini kemungkinan 1—2 jam sebelumnya untuk berlatih.

With great power comes great responsibilities, indeed. Yang terlihat hanya yang enak saja, padahal tanggung jawab para top three senbatsu juga menjadi makin banyak.

"Bagus deh. Kak Gaby gimana?" Gracia ingat betapa bahagianya kakaknya itu saat diumumkan bahwa ia akan menemani Feni membawa lagu baru itu.

"Semangat banget dia. Dari jam setengah enam udah nangkring di sini, telfon-telfon aku suruh cepet dateng padahal jadwal latihan setengah tujuh."

Gracia tertawa mendengarnya. Turut senang karena kedua temannya tampak begitu bahagia dengan reward yang diberi pada mereka.

"Hellowww. Morning, Girls!" Key meletakkan Macbook miliknya di meja dan menyambungkan kabel jack speaker ke laptop tersebut.

"Pagi, Kaaak," sapa para member kompak.

"Okay! Langsung aja, yah. Hari ini kita tinggal belajar koreo lagi, baru nanti mantepin vokalnya. Udah pada stretching, kan?" Key mengedarkan tatapan kepada para member. Semua mengangguk kompak.

Kecuali dua perempuan yang malah saling melempar tatapan takut.

Mampus.

"Weh gimana nih, Ben?" bisik Gracia panik.

"Mending jujur nggak? Daripada encok, kalo keram tambah ribet. Lagian situ udah tau dateng mepet, bukannya langsung stretching, malah ngajak ngobrol."

"Ya namanya lupa."

Nyatanya, gelagat panik Gracia dan Feni tertangkap basah oleh Key. "Ohh, kayaknya ada yang badannya selentur karet, ya? Sampe nggak perlu pemanasan lagi." Gracia yang sadar bahwa sindiran itu dilayangkan untuk dirinya dan Feni menelan ludah berat.

"Udah ngerasa hebat ya," Key berjalan mendekati mereka, "senior?" Kata terakhir diucapkan dengan penuh penekanan. Sarat akan sindiran sekaligus ejekan.

Gracia mengakui bahwa ini adalah kesalahannya. Merupakan peraturan tak tertulis bahwa sebelum latihan dance dimulai, mereka harus melakukan stretching mandiri untuk mempersingkat waktu. Efektivitas waktu memang sangat ditekankan karena jadwal semua orang di sini begitu padat.

"Maaf, Kak." Feni dan Gracia segera berdiri, meneguhkan hati untuk mendengar disiplin yang harus mereka terima.

Key memang seperti memiliki dua kepribadian. Ia bisa terlihat melambai, seru, dan begitu ramah. Tampak sangat tergapai untuk dijadikan teman bercanda meski usianya dengan para member terpaut cukup jauh. Namun, pada saat tertentu—seperti saat ini—sisi seriusnya bisa membuat bulu kuduk siapa pun yang berhadapan dengannya merinding. Seperti ada wibawa yang begitu ia simpan baik-baik dalam dirinya. Ia menutupinya dengan baik saat memperlihatkan sisi melambainya.

Love LanguageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang