[C10] M19 - Unclear

3K 280 58
                                        

⚠️Trigger warning: suicidal thought

"Iya dah. Si paling facial dah." Jason berlalu cepat melewati Gracia menuju dapur. Begitu jengah mendengar keriyaan kakaknya yang sedari tadi berkoar-koar saat video call dengan orang tua mereka mengenai agenda facial-nya hari ini. Orang tua mereka sedang ke luar kota, sementara Stanlie sedang muncak. Karena itu, tinggal mereka berdualah yang menempati rumah saat ini.

Ngomong-ngomong mengenai facial, itu bukanlah hal baru sebenarnya. Para member JKT48 memang berlangganan di salah satu salon kecantikan. Tiap bulannya, masing-masing member memiliki satu kuota perawatan diri, terdiri dari facial dan spa. Jika mau lebih, mereka dapat menggunakan uang pribadi.

Jangan bilang siapa-siapa ya. Inilah salah satu rahasia "ketok magic" JKT48.

Yah, memang semua butuh uang, Sayang.

"Jangan iri, Dedekku Ganteng," ujar Gracia mengejek.

Jason sontak berbalik dan mendelik jijik. "Geli banget tau nggak?!"

Gracia malah tersenyum lebar mendapati adiknya begitu emosi. Ia mendekati Jason, lalu mencolek dagunya. "Senyum dong, Dedekku. Udah nggak ikut facial, marah-marah pula. Nggak takut keriput emangnya?" Tawa Gracia kembali meledak.

"Ketawa aja terus. Terus..." Jason menatap malas pada Gracia. "Aku masih marah ya sama Cici."

Dengan sisa tawanya, tatapan Gracia berangsur melembut pada adiknya. Sedikit merasa bersalah. "Ya maaf deh. Cici kan nggak tau ci Shani mau ambil yang hari ini juga facial-nya."

"Ya bukan salah ci Shani-lah. Mau ada ci Shani, mau nggak, aku kan bisa tetep ikut? Cici aja yang ribet," tukas Jason kesal.

"Ya kan kami mau quality time. Ngerti nggak quality time?"

"Halah. Hari-hari juga kalian berdua. Quality time apaan." Jason kembali berjalan menjauhi Gracia.

Melihat adiknya yang tampak benar-benar kesal, Gracia memanggilnya kembali, tetapi Jason tak menghiraukannya sama sekali. Gracia yang tak mau memperumit masalah pun kembali memanggilnya, sedikit lebih keras dan tegas. "Cen, sini," panggil Gracia. Masih tak dihiraukan.

"Jason."

Langkah Jason seketika berhenti. Jason. Ia melihat Gracia yang tidak lagi bercanda, tengah memandanginya lurus.

"Sini."

Jika sudah seperti itu, tak ada yang bisa Jason lakukan selain menurut. Ia duduk dengan malas di kursi makan seberang Gracia.

"Apaan?" Meskipun sedikit takut dengan mode Gracia yang seperti ini, Jason harus tetap menjaga image-nya. Tak boleh ia terlihat takut. Salah-salah, ia malah akan jadi bahan bulan-bulanan kedua kakaknya.

Jason membalas tatapan Gracia yang sedang menuju lurus ke matanya. Saat itulah baru ia sadari raut lelah kakaknya yang begitu kentara. Efek kepadatan jadwal yang memaksanya pergi pagi, pulang pagi. Alias jam tidurnya begitu berantakan, terutama hari-hari ini, di tengah persiapan konser anniversary ke-10 JKT48. Bisa tidur sejenak saja sudah bagus. Tidak perlu muluk-muluk memiliki jam tidur yang baik atau teratur.

"Sori ya gue tiba-tiba batalin. Ci Shani baru bales tadi subuh soalnya."

Gracia memang awalnya meminta Jason untuk menemaninya ke salon. Tentu adiknya dengan keras menolak. "Gila aja! Nanti aku ngapain di salon? Kayak kambing congek yang ada," ujarnya kemarin. Namun, Gracia tidak kehabisan akal. Ia menawari Jason mencoba perawatan di salon tempat tujuannya juga. Versi yang lebih ekonomis, tentu saja, karena biaya untuk Jason berasal dari kantongnya sendiri—tidak ditanggung manajemen. Gracia tidak masalah dengan hal itu. Apa pun, yang penting adiknya bersedia mengantarnya karena ia tak mungkin pergi sendiri. Bisa pengang kupingnya jika harus mendengar 'Seribu Satu Alasan Gracia Tidak Boleh Pergi Sendirian' versi orang tuanya yang sangat amat teramat "menyayanginya".

Love LanguageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang