CHAPTER O2

193 25 3
                                    

Sicheng menopang dagunya dengan satu tangan, sama sekali ia tidak mendengarkan penjelasan guru hari ini. Matanya sibuk menatap jam yang tergantung di depan kelas. Untuk pertama kali ia berharap bel istirahat tidak berbunyi.

Ini semua karena permainan TOD yang ia mainkan bersama Ten dan Doyoung pagi tadi; dimana dirinya mendapat dare dan harus memakan mie pedas buatan kantin.

Sungguh, Sicheng ingin menjadikan kedua sahabatnya itu pakan hiu. Ia kesal sekaligus cemas. Pedasnya mie kantin hampir setara dengan samyang, dan Sicheng tidak mau sakit perut di keesokan hari.

"Tolong jangan bunyi, toloongg.." Sicheng mengepalkan kedua tangan seraya menggoyangkan kecil tubuhnya. Ah, ia pasrah melihat jarum panjang yang hampir mencapai angka 6.

Tek

Tek

Tek

Kriiinggg

Pada akhirnya bel istirahat tetap berbunyi, membuat Sicheng memejamkan mata sebelum menjatuhkan dahinya ke meja. Ia menggerutu, lalu melirik Ten dan Doyoung yang sedang menuju ke bangkunya— mendesis pelan saat Ten mulai menarik-narik tangannya.

"Ayo Sicheng~ kita ke kantin!" Ajak Ten semangat.

Menggeram, Sicheng bangun dan menatap tajam kedua sahabatnya. "Kalau terjadi sesuatu padaku besok, kalian harus bertanggung jawab!"

Doyoung terkikik. "Siaapp. Ayo!"

Akhirnya Sicheng menuju kantin bersama kedua sahabatnya. Keadaan kantin yang ramai membuat mereka bertiga harus rela mengantre panjang. Mereka baru dapat memesan setelah siswi di depan mereka meninggalkan antrean.

"Woaahh, lihatlah Ten!" Doyoung menyikut lengan Ten. "Mienya terlihat sangat menggiurkan!"

Sicheng memutar bola mata sebelum menuju tempat yang biasa ia dan kedua sahabatnya duduki. Menggiurkan matamu! Ia justru benci melihat warna mienya—sangat merah hingga menimbulkan sensasi aneh di tenggorokannya.

"Aku tidak harus memakan mienya sampai habis kan?" Tanya Sicheng penuh harap. Karena demi Tuhan, perutnya tidak sekuat youtuber mukbang diluar sana!

Tersenyum manis, Ten menjawab, "tenanglah. Hanya 5 suap, setelah itu selesai."

"Bagus." Jawab Sicheng ketus.

Sicheng mulai mengaduk mienya dengan sumpit. Setelah mengumpulkan keberanian, ia memasukkan mie ke dalam mulutnya tanpa jeda. Karena pikirnya lebih cepat akan lebih baik.

Namun yang ada Sicheng justru tersiksa. Mulut dan lidahnya panas, kepalanya gatal serta hidungnya berair. Tanpa babibu ia langsung meneguk minumannya hingga habis, namun hal itu tidak mengurangi rasa pedasnya.

"AHHH!" Sicheng meremas kuat rambutnya. Sial, apakah ibu kantin membuat mienya dengan campuran balsem?

"Ah, aku tidak kuat!" Ucapnya sebelum berlari untuk memesan minuman lagi.

Sialnya ada saja yang menghalangi Sicheng. Siapalagi kalau bukan Yuta? Remaja tampan itu tidak bisa menyembunyikan tawanya saat melihat penampilan Sicheng yang berantakan.

"Astaga Sicheng, kau habis dicium siapa hingga bibirmu sebengkak itu?"

Sicheng mendengus. "Memangnya kau tidak bisa membedakan orang kepedesan dan habis dicium huh?! Dasar bodoh!" Ucapnya seraya menendang kaki Yuta.

Ia tidak peduli melihat Yuta merintih kesakitan. Itu tidak sebanding dengan rasa pedas yang ia rasakan.

---

Can You Keep A Secret •yuwin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang