CHAPTER 1O

126 25 9
                                    

Sicheng pikir Yuta benar-benar mengubah penampilannya bak pangeran, namun ternyata dugaannya salah. Saat menuju lapangan untuk penonton perlombaan, ia melihat Yuta yang kembali dengan penampilan metalnya—yang mana itu bagus karena ia tidak akan dibuat jatuh cinta.

"Heeyy!" Seru Doyoung yang membuat perhatian Sicheng tertuju padanya, ia melambaikan tangan disertai senyum lebar.

Melihatnya pun membuat Sicheng berlari dan memeluk sahabatnya itu. "Semangat untuk lombamu Doyie! Aku harap kau mendapat juara 1!" Ucapnya semangat, lalu mengernyit karena seorang lagi tak hadir di antara mereka. "Mana Ten?"

Doyoung menghela nafas. "Sejak semakin dekat dengan Johnny hyung, dia sedikit melupakan kita. Tapi tak apa, toh dia sedang kasmaran, jadi biarkan saja. Masih ada kau yang akan menonton pertunjukkanku nanti."

"Tentu saja! Aku akan berada di barisan paling depan dan meneriaki namamu sekeras-kerasnya!" Ucap Sicheng, membuat Doyoung tertawa dan memeluknya sekali lagi.

"Terima kasih. Sekarang aku harus pergi, aku mendapat undian nomor 2, jadi aku tidak bisa jauh-jauh dari panggung."

Setelah Doyoung pergi, dengungan yang berasal dari mic pun terdengar. Tak lama MC mengumumkan bahwa sebentar lagi acara akan dimulai. Karena yang pertama adalah lomba menyanyi, maka otomatis semua murid termasuk Sicheng mendekati panggung.

Ia berusaha mencari barisan paling depan, namun gagal hingga membuatnya berada di tengah kerumunan. Sebenarnya tak masalah, mengingat postur tubuhnya yang tinggi. Namun sialnya orang-orang ini tidak bisa diam; saling dorong mendorong.

"Kalian! Berhentilah dorong-dorong! Hey! Jangan menginjak kakiku sial—eh eh!" Di tengah suasana seperti ini, Sicheng terkejut karena ada yang menjauhinya dari kerumunan. Dan setelah dilihat ternyata itu adalah Yuta.

"Kau tidak akan menikmati apapun disana."

Mendengus, Sicheng bersedekap. "Lalu kau ingin aku bagaimana?"

Yuta tersenyum. "Balkon kelas 12C adalah satu-satunya tempat yang berhadapan langsung dengan lapangan, jadi aku ingin mengajakmu menonton disana."

Sicheng menggeleng tak setuju, ia tau kalau Yuta ingin menghabiskan waktu berdua dengannya. Namun di satu sisi ia ingin melihat pertunjukan Doyoung, ia menatap panggung sendu sebelum akhirnya menghela nafas.

"Baiklah, ayo." Ucapnya dengan ekspresi malas.

Sementara Yuta memekik senang, ia meraih tangan Sicheng lalu mengajaknya menuju lantai 3. Tentu mereka menjadi pusat perhatian orang-orang yang tidak ikut menonton lomba. Ada yang heran, bahkan iri melihat Yuta yang bisa sedekat itu dengan Sicheng.

"Nah, kita sudah sampai." Ucap Yuta seraya meletakkan kedua tangannya di balkon, lalu melihat Sicheng yang masih berdiri di dekat tangga. "Kenapa diam? Ayo mendekat, kau ingin menonton kan?"

"Aku tidak bisa.." Ucap Sicheng gemetar. "Apa kau tidak ingat kalau aku takut ketinggian?" Bahkan telapak tangannya basah karena membayangkan dirinya jatuh dari ketinggian.

Melihat itu membuat Yuta tersenyum. "Jangan berpikir yang aneh-aneh. Fokus saja pada lombanya dan nikmati suara dari para peserta, ayo." Ucapnya seraya mengulurkan tangan.

Walaupun ragu, Sicheng tetap meraih tangan Yuta. Awalnya ia berpikir Yuta akan berbuat macam-macam, namun ternyata dugaannya salah. Yuta melepas genggamannya dan fokus pada acara. Ini aneh, namun yang lebih aneh lagi adalah, jantungnya berdebar kencang.

"Sudah ku bilang fokus saja pada acaranya." Celetuk Yuta. "Jangan tegang, nanti kau malah mengompol." Lanjutnya disertai tawa.

Sicheng menggeram. "Bisakah kau berhenti membahas hal yang berhubungan dengan aibku?!" Ia menatap Yuta tajam, namun tak lama tatapannya melembut. "Oh ya, bisa belikan aku minum? Apa saja, nanti aku ganti uangmu."

Can You Keep A Secret •yuwin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang