BAB 4 - Hujan dan kamu

323 67 1
                                        

Jika tidak sekarang
Mungkin, nanti takkan pernah ada

.-.

Prilly menatap pantulannya. Menatap aneh pada gaun yang ia pakai untuk makan malam bersama keluarga Ali. Awalnya Prilly menolak. Namun, papa dan mama terlalu keras kepala untuk ia menolak permintaan mama. Prilly menyentuh payudaranya yang sedikit membengkak dan sakit, semoga tidak terjadi apa-apa.

Tak ingin membuat mereka semakin mengoceh di bawah. Prilly mengambil sling bag lalu keluar dari kamar. Semoga hari ini tidak ada sesuatu yang buruk.

"Dia di mana?" tanya Prilly pada sang mama.

Shaina, sang mama. Mama menyentuh pundak putrinya dengan elusan yang membuat Prilly merinding. "Lupakan dia dulu. Hari ini kita akan bertemu keluarga besan, mama harap kamu jaga sikap dan tata krama di depan mereka. Mereka ada orang yang terhormat di dunia bisnis. Jangan maluin kami," balas Shaina menekan.

Prilly mengangguk lesu. Jika Shaina sudah berkata seperti itu, ia hanya bisa menuruti permintaan beliau, padahal perjodohan ini sangat beresiko.

Dan, kini Prilly berada di salah satu Restoran ternama. Perjodohan, hal yang sangat beresiko sekarang, bahkan akan menghancurkan segala impian kedua orang tuanya.

Entahlah, untuk saat ini ia hanya bisa mengikuti permintaan mereka, walau terbilang sulit, terlebih berjodoh dengan cowok yang sangat menyebalkan.

"Oh ini yang namanya Prilly, cantiknya. Gak salah pilih saya cari mantu." Prilly tersenyum lalu menyalami wanita yang ia tebak mungkin calon mertuanya.

"Aku bahkan jauh dari kata itu, Tante," batin Prilly.

Selama lima belas menit dua keluarga itu saling mengobrol dengan nada santai sambil menunggu kedatangan Ali. Cowok itu benar-benar membuat waktunya terbuang dengan sia-sia.

CUP

"EH!"

Mata Prilly melotot mendapat serangan dari seseorang dari belakang. Matanya semakin melotot melihat orang itu berdiri dengan tampang seperti tak punya dosa, terlebih dia melakukan kecupan itu di depan kedua belah pihak.

"Bunda bahagia banget kalian mau menerima satu sama lain. Bahkan mesra banget, duhhh.. bunda jadi ke inget Papa kamu, Li," celetuk Rieta sambil menatap hangat pada Prilly.

Prilly menunduk saat tangan kekar itu menyelinap pada sela-sela jarinya lalu mengecup nya dengan lembut.

"Tante sama Om gak usah khawatir, aku bakalan bidadari kalian dengan baik, bahkan selama kami sekolah pun, aku bakalan jaga dia," tutur Ali membuat jantung Prilly semakin lincah memompa. Tama tertawa renyah melihat tingkah dua anak di depannya, ternyata menjodohkan mereka itu tidak terlalu sulit, mereka mudah menerima satu sama lain.

"Drama di mulai," batin Prilly.

Makan malam usai tepat pada jam sepuluh malam. Prilly menatap memelas pada mama yang menyuruhnya pulang diantarkan oleh Ali, padahal ia bisa bersama mereka. Namun, mereka membuat alasan agar lebih dekat.

Prilly menatap motor yang kini berada di depannya lalu menatap gaun yang ia pakai. Bagaimana cara menaikinya dengan gaun yang seperti ini.

MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang