BAB 7 - Gunung Pangparang

270 68 3
                                    

Healing terbaik adalah perasaan kita sendiri

-.-

PAK

Prilly mendorong kasar tubuh Ali. Healing apaan ini? Ciuman? Cihhh, itu malah semakin membuat luka lamanya terbuka. Ali menggapai Prilly. Namun, Prilly malah menghindar. Tanpa ragu-ragu Prilly mengambil segelas air dan menyeburkannya pada Ali, tentu hal itu membuat suasana yang awalnya romantis ehhh malah kacau balau.

"Maksud lo apa cium-cium gue? Lo pikir gue bakalan terpengaruh sama ciuman lo? Apa dengan sentuhan, trauma gue bakalan ilang?!" sentak Prilly bertubi-tubi. Ali gelagapan, jujur ciuman itu adalah kejadian reflek, mana mungkin ia dengan sengaja mencium Prilly.

"Suer, gue gak sengaja. Gue gak bermaksud, Prilly." Prilly menepis tangan Ali yang hendak menyentuhnya. "Alah! Gue beneran kecewa sama tingkah lo, Li. Gue kira lo bakalan bantu gue dengan ikhlas, ternyata lo malah berharap yang lebih. Sampe di sini aja, Li. Percuma, takutnya lo malah semakin pengen yang lebih dari ciuman," cetus Prilly.

Tanpa mengindahkan panggilan Ali yang terus-menerus memanggil namanya, Prilly terus berlari mencari jalan raya untuknya pulang.

"Bego banget sih, kenapa juga gue bisa sampe kemakan omongan tu buaya!" batin Prilly.

Ali mengacak rambut, kenapa harus jadi kacau gini sih. Dengan kesal Ali menepuk bibirnya sendiri, ini juga kenapa malah main nyosor-nyosor udah tahu Prilly kayak gitu, ehh malah asal nyosor-nyosor. Tak ingin semakin memperkeruh masalah, Ali berlari menyusul Prilly. Namun, dering dari ponsel membuat langkahnya terhenti.

"kamu beneran lupa?"

Dahi Ali mengerut mendengar Nana dari seberang sana. Matanya langsung membulat seketika tak kala mengingat janjinya bersama Nana.

"Maaf, Na. Aku beneran lupa, tadi Bunda ngajak aku belanja bahan-bahan kue," alibinya.

Mana mungkin ia mengatakan sedang nge-date dengan Prilly. Bisa kacau hubungannya dengan Nana. Semoga saja Nana bisa percayaa..

"Nyebelin banget sih. Pantes aku ke rumah kamu, rumahnya sepi gak ada orang, ternyata kamu sama Bunda kamu belanja. Yaudah, kamu di minimarket mana? Aku mau susulin, ya kali aku gak ketemu sama bunda kamu." Ali memijit pelipisnya yang berdenyut pusing memikirkan alasan yang kuat agar Nana bisa percaya padanya.

"Besok aja ya, Nana sayang. Soalnya aku sama Bunda lagi di minimarket yang lumayan jauh dsri rumah. Nanti kamu kecapean."

Semoga aja Nana percaya.

"Yaudah deh aku pulang. Tapi kangen sama kamuu, janji ya besok malem main ke Apartmen terus malam besoknya lagi ajakin aku buat ketemu sama bunda kamu, biar bunda kamu bisa suka sama aku, Rey. Yaudah, taksinya udah ada. Aku pamit pulang dulu, bye baby."

Ali mengangguk walau Nana tak melihatnya.
"Iya, hati-hati di jalan, sayang," ujar Ali.

Panggilan terputus, Ali berlari kembali menyusul Prilly. Semoga saja gadis itu masih di sekitar sini, bisa bahaya jika Prilly tersesat.

Senyumannya merekah mendapati Prilly berdiri di bahu jalan, di pikir-pikir mana mungkin ada kendaraan yang berlalu-lalang tengah malam seperti ini. Dengan santai Ali menghampiri Prilly, tentu keberadaan Ali kembali membuat Prilly hendak pergi.

MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang