BAB 12 : Karena terbiasa

275 70 3
                                    

Pilihlah orang yang memperlakukanmu sederhana tanpa memandang harta atau fisikmu.

.-.

"Ak---aku hamil, Pa."

Bak petir di siang bolong, tubuh Hermawan terasa tersengat mendengar penuturan dari anak satu-satunya. Hermawan langsung terduduk seraya memegang dadanya yang terasa sesak. Shaina ambruk ke lantai tak kuasa menopang kakinya sendiri.

"Kami selalu mendidik kamu dengan benar, Prilly. Dan, kamu malah membalasnya dengan aib ini?!" sentak Shaina.

Prilly beringsut memeluk ampun pada Hermawan, sungguh ia juga tak mau hal ini terjadi padanya, bahkan dengan segala cara ia lakukan agar hamil di luar menikah itu tidak terjadi.

Namun, takdir berkata lain.

Hermawan bangkit lalu menarik putrinya untuk pergi.
"Gugurkan aib itu, atau kamu pergi dari rumah ini!" titah Hermawan.

Prilly menggeleng, sekacau apapun dirinya sekarang, sehisteris apapun ia saat mengetahui ada kehidupan di dalam perutnya, Prilly tidak akan mampu melenyapkan makhluk kecil tanpa berdosa yang hadir karena nafsu seseorang dan kebencian seseorang, yaitu Arta.

"Aku gak akan berani gugurin dia, Pa. Dia gak berdosa! Dia cuma korban! Kami sama-sama korban di sini," ujar Prilly menolak. Hermawan menarik tangan Prilly secara kasar. "Lebih baik kamu pergi dari rumah ini, saya tidak sudi mempunyai anak yang hamil di luar nikah!" usir Hermawan.

Prilly memeluk kaki Hermawan. "Jangan usir aku, Pa. Aku gak mau! Papa seharusnya hukum dia bukan aku! Gak adil, Pa! Dia yang nyakitin aku! Kenapa aku yang harus menanggung semuanya, Pa! Pa! Aku mohon, jangan usir aku!" pinta Prilly terisak.

Shaina menatap tajam pada Prilly.  "Jangan-jangan lelaki itu yang sudah membuat kamu seperti ini, Prilly? Dia yang membuat kamu harus pulang-pulang dengan tubuh kamu yang penuh noda dan luka? Apa dia, Prilly? JAWAB SAYA!" bentak Shaina.

Prilly menunduk, lalu mengangguk. Shaina melemas, ia ingat betul saat menunggu putrinya pulang dan malah pulang-pulang dengan keadaan mengenaskan.

"Ini salah satu alasan mama gak izinin kamu pacaran, Prilly. Gak semua lelaki itu bisa menahan hawa nafsu! Dan, sekarang kamu mau pertahanin aib itu?" Shaina menunjuk dirinya sendiri. "Mau dibawa kemana muka kami, Prilly. Orang tua kamu yang malah menanggung semuanya!" ujar Shaina menekan.

Kejadian ini tak pernah ia inginkan sebelumnya, mengingat malam itu pun menjadi trauma terdalam baginya, bahkan mama dan papanya sudah membawa ke luar negeri untuk berobat mental health. Namun, tetap saja Prilly kadang selalu menangis tiba-tiba saat hujan datang di malam hari.

Hermawan bangkit. "Kami akan membiarkan kamu mengandung aib itu, akan tetapi kamu harus tinggal di Amrik, setelah melahirkan kamu kembali ke sini dan anak itu akan menjadi adikmu! Agar semua orang tidak tahu jika kamu pernah mengandung," tutur Hermawan mengambil keputusan.

Dan di sinilah, Prilly mengambil keputusan. Harus jauh dari kedua orang tua dengan keadaan berbadan dua, sendiri di negeri orang adalah keputusan yang menurutnya buruk.

"Siapa yang melakukan pelecehan itu, Prilly?"

Prilly mendongak. "Arta Alexander, putra bungsu perusahaan Art Entertaiment."

MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang