BAB 6 - Dansa

271 63 2
                                    

Biarkan aku menari sejenak
Menghilangkan semua yang ada.

- Prilly -

Rintik hujan menghiasi kota Bandung dengan suhu udara yang semakin meningkat. Dengan balutan cardigan rajut, Prilly memeluk dirinya sendiri sementara orang lain tengah bermain bersama hujan ataupun saling kejar-kejaran di lantai yang basah. Suasana yang membuatnya benci pada diri sendiri, ketika semua orang mempunyai cara untuk bisa bahagia, sedangkan dirinya? Hanya bisa memikirkannya.

Tatapan mata Prilly terhenti pada Ali yang berdiri di ambang pintu dengan tatapan tajam khasnya. Cowok itu seolah-olah tahu apa yang ada dipikiran Prilly, Prilly membuang muka saat cipratan dari jendela mengenai wajahnya.

"Kenapa harus hujan yang menjadi inti cerita," batin Prilly beseteru.

Suara denting dari ponsel membuat Prilly terpaksa mengambilnya. Raut wajahnya semakin menekuk melihat pesan dari Ali.

Cowok bau

Ke UKS, jangan sok maksain diri

Dan, jangan bikin gue repot kalo lo pingsan lagi

Prilly merenggut kesal, padahal ia tak pernah meminta cowok itu untuk selalu membantunya.

Gue gak pernah minta lo selalu bantuin gue
Urusin hidup lo, jangan ikut campur sama kehidupan gue

PRAK

Cukup kesal membuat Prilly membanting ponselnya hingga retak, tentu saja hal itu membuatnya menjadi pusat perhatian. Prilly kembali menunduk saat salah satu mata sinis menatapnya dengan tatapan tak menyukai. Prilly meringis merasakan sesak pada dadanya, dari pada terjadi yang tidak-tidak, Prilly bangkit membawa tasnya dan pergi menuju toilet, tentu hal itu tidak luput dari pantauan Ali.

Ali ikut beranjak melupakan sesuatu yang seharusnya tak ia ingkari sendiri. Ali terus mengikuti Prilly diam-diam. Detak jantungnya semakin berdetak lebih cepat saat melihat Prilly berhenti melangkah dan menatap air hujan yang semakin deras.

Lokasi toilet yang harus melewati area halaman terbuka.

"Terlalu menyukai, akhirnya membuatku membencinya," batin Prilly.

Berada jarak lima meter, Ali bisa merasakan Prilly mulai bimbang antara lanjut atau tidak. Namun, untuk membantunya pun gengsi saat Prilly membalas chat agar tidak perlu membantunya lagi.

Situasi yang membingungkan.

"Rey?"

Ali menoleh dan langsung tersenyum melihat Nana berlari kecil ke arahnya. Tentu hal itu membuat Prilly menoleh dan cukup kaget melihat keberadaan Ali yang tak jauh darinya. Nana memberikan dua buah tiket untuk Ali tentu hal itu membuat Ali bingung.

"Akhir-akhir ini kamu sibuk banget ya, Rey. Bahkan jarang banget full time sama aku, bales chat pun jarang," keluh Nana. Nana tersenyum simpul. "Tapi, kali ini kamu harus mau ikut aku nonton bareng, ya ya? Masa kamu sibuk terus!" desak Nana.

Tatapannya beralih pada Prilly yang masih setia  berdiri di sana, lalu kembali menatap Nana. Mana mungkin ia menolak ajakan Nana, terlebih waktunya malah tersedot untuk Prilly, menemani gadis itu tak kala dia tak mempunyai teman, itu pun atas permintaan bunda.

MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang