Hargai perlakuan seseorang yang menatapmu dengan tatapan peduli
.-.
"Beberapa bulan lagi kita akan melaksanakan PKL. Dan, saat lihat, perkembangan absen kalian sangat mengenaskan. Bagaimana bisa kalian mengikuti PKL jika sekolah pun hanya sesuka hati kalian. Saya cukup pusing mendengar beberapa guru kelas kalian mengeluh karena absen kalian yang melebihi batas wajar," keluh Pak Hendra seraya memijit pelipisnya.
Ali sesekali melirik Prilly yang berada di barisan paling depan, wajahnya yang pucat membuat Ali sedikit khawatir. Namun, bagaimana lagi, upacara kenaikan bendera sedang dilaksanakan, mana mungkin ia tiba-tiba maju ke depan dan membawa Prilly ke belakang. Terlebih ia cukup ingat persyaratan yang ia buat sendiri, jangan pernah saling mengenal di sekolah.
Beberapa hari ke belakang waktunya tersita untuk Nana. Beberapa kali gadis itu merajuk karena setiap ia akan kencan dengan Nana, Ali selalu lupa dan malah bertemu dengan Prilly.
Entahlah semua ini salah bunda yang selalu bisa membuatnya lupa pada Nana.
"Dan, khusus untuk kelas duabelas, saya tunggu Laporannya, kalo belum selesai, kertas kelulusan kalian saya gantung sampe tahun depan!" seru Pak Hendra.
Ancaman Pak Hendra selalu tidak main-main, bahkan tahun lalu Ali masih mengingat betul kakak kelasnya mengeluh kertas kelulusan ditahan dan ijazah yang masih di segel oleh guru. Tentu saja ia tak mau bernasib seperti itu, walau masalah dan waktu selalu berbenturan, Ali yakin bisa menyelesaikan semuanya.
Selang limabelasmenit, semua kelas bubar dari lapangan. Ali memerhatikan gerak-gerik Prilly yang semakin aneh, bahkan sesekali gadis itu berhenti sejenak seraya menahan tubuhnya agar tidak tumbang.
Ali cukup sadar, gadis itu tidak bisa mencari teman, bahkan terlalu introvert. Tentu hal itu membuat sebagian cewek-cewek dikelasnya menjauhi Prilly karena sikapnya yang terbilang tak suka keramaian.
Mumpung sedang ramai, Ali berlari menghampiri Prilly.
"Are you okay?"
"Bukannya kita harus asing ya?" tanya Prilly balik. Ali mendesah. "Nanti istirahat ke taman belakang, Bunda kasih lo bekel sama obat sakit perut. Kata Mama Shaina, lo dari kemarin sakit perut," kata Ali mengalihkan pembicaraan.
Prilly berlalu dari hadapan Ali. Ali menatap punggung Prilly yang semakin menjauh, ada apa dengan hatinya? Berdetak lebih kencang saat di dekat Prilly, sudahlah cukup memikirkan Nana, mungkin semua itu akan hilang dengan semestinya.
Merasa telah jauh dari Ali. Prilly berhenti melangkah, Prilly meletakkan tangannya pada dada tepat area jantumg, merasakan debaran yang cukup kuat kembali ia rasakan setelah cukup lama mati rasa.
Ia menggeleng, mana mungkin ia meletakkan kembali hatinya pada orang lain, apa lagi orang lain itu milik gadis lain. Walau sebenarnya dia juga miliknya. Prilly kembali menggeleng, sudahlah mungkin hanya debaran biasa bukan perasaan, dia hanya membantunya untuk menghilangkan trauma bukan hal yang lain.
"Jatuh cinta bakalan bikin kamu sengsara, Prill. Come on, tenangin hati kamu mulai sekarang," batin Prilly.
-.-
Prilly menatap kalender, hari ini ulang tahunnya dan juga hari pertunangannya dengan Ali. Para orang tua memang terlalu buru-buru, bahkan Ali sudah memakai urat menentang acara pertunangan ini. Tatapannya beralih pada gaun putih yang ia pilih sendiri bersama Ali di desainer ternama.

KAMU SEDANG MEMBACA
MINE
Teen Fiction"Mulut cowok cuma manis di awal doang! Akhirannya pahit." Zaman sekarang, berita kebejadan para cowok-cowok kadal terus-menerus terliput oleh media. Membuat salah satu siswi SMA terbaik memilih untuk tidak dulu mengenal yang namanya cowok, terlebih...