BAB 13 - Tak sempurna

294 71 4
                                    

.-.

"Ali, kamu kenapa?"

Gadis kecil berumur tujuh tahun berlari menghampiri anak kecil yang ia panggil Ali. Ali menunduk menahan tangisan karena malu menangis di depan anak perempuan. Ali menghentak tangan Illya yang menyentuh tangannya.

"Ali, kata Mama aku, gak baik sedih terus, nanti Alloh marah, Ali gak mau, 'kan Alloh hukum Ali? Kata Mama hukum Alloh itu pedih," tutur Illya seraya menepuk pundak Ali.

Dengan mata yang memerah karena baru saja menangis,  Ali menatap Illy. "Kenapa Alloh ambil Papa? Alloh gak sayang lagi ya sama aku," ujar Ali disertai tangisan.

Kini giliran Illya yang bingung harus menjawab apa. Mana mungkin Illya mengerti maksud perkataan Ali apa. Illya melambai-lambai tangan saat melihat sang mama berada tak jauh darinya.

"Illya, mama udah cariin kamu kemana-mana, ternyata kamu di sini." Shaina ikut berjongkok di hadapan Illya dan Ali. "Eh, hallo sayang," sapa Shaina pada Ali.

Shaina yang sudah tahu akan kejadian yang menimpa Ali pun hanya mengelus rambut Ali dengan lembut, memberikan kasih sayang pada anak kecil ini. "Tante, kalo Alloh sayang sama aku, kenapa Alloh ambil Papa?"  tanya Ali masih dengan tangisan.

Shaina tersenyum. "Alloh sayang sama Papa Ali, dia gak mau Papa Ali terus-terusan sakit, mana mungkin Alloh gak sayang sama umatnya, sekaligus Ali juga." Shaina menarik Ali untuk masuk ke dalam pelukannya. "Ali jangan sedih-sedih terus ya? Papa udah tenang di surga, Ali mau tau gimana cara agar Papa Ali bahagia di sana?"  ujar Shaina dan dibalas dengan gelengan.

Shaina mengadahkan kedua tangan Ali. "Selalu doain Papa, Alloh pasti selalu sayang sama anak yang selalu mendoakan orang tuanya," lanjut Shaina.

Shaina mendirikan Ali begitu juga dengan Illya yang ikut berdiri. "Illya, ajak Ali nya main sana, tadi papa udah bikinin kalian ayun-ayunan, bawa Ali main sampe dia puas," titah Shaina.

Illya mengangguk lalu menarik tangan Ali untuk bermain dengannya. Illya langsung duduk di ayunan berwarna pink sedangkan Ali hanya berdiri melihat Illya terlihat ceria seperti biasanya.

"Kata Mama gak boleh sedih-sedih Aliii," celetuk Illya gemas pada Ali. Ali duduk di ayunan berwarna biru sambil melihat rerumputan yang masih basah.

"Illya gak akan ninggalin Ali, 'kan kayak Papa?"

Illya tertawa. "Illy gak akan ninggalin Ali kok. Illy janji."

"Janji Illya, Ali pegang."

Namun, janji itu hanya tinggal janji, beberapa hari kemudian Ali menatap nanar keluarga Illya yang tengah memasukan barang bawaan mereka ke dalam mobil. Rieta menghampiri putra sulungnya bersama balita mungil di dalam gendongannya.

"Yuk kita pamitan sama mereka."

Ali menggeleng lalu masuk ke dalam rumah dengan hati yang kesal dengan Illya.

"Illy, yuk? Keburu magrib sayang."

Illya melambaikan tangan pada Rieta, walau Illya merasa tak enak pada Ali karena sudah mengingkari janji mereka.

MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang