Sahira Aurelia Metea

385 84 565
                                    

•PART INI TIDAK BERMAKSUD MENYESATKAN

*****

"Ketika aku menonton adegan pembunuhan di sebuah film, yang aku takutkan bukanlah melihat adegan pembunuhan itu, melainkan mempraktekkannya, karena korbanku sudah terlalu banyak. Jadi, aku lebih suka menonton film dewasa, agar aku bisa mewajarkan aksiku tersebut."
-Aurelia-

*****

"Jadi Dedek itu psycho?!" pekik Izam tak percaya sambil membulatkan matanya.

Winter segera menutup mulut Izam dengan tangannya.  "Ssstt ... belum pasti, karena Dedek sering menunjukkan emosi."

"Jadi ada dua kemungkinan, antara psikopat dan sosiopat. Tapi walaupun kaya gitu kita harus hati-hati,"   lanjut Winter.

"Kalo sosiopat sih mending Mam, bisa sembuh. Lah kalo psikopat kagak." Izam mengacak rambutnya frustrasi, masih tak percaya sang adik terkena gangguan mental.

"Ya seenggaknya Mas, kita bisa ngendaliin Dedek," ucap Winter berusaha menenangkan Izam.

"Tapi yang bikin Mama gelisah itu cuma satu," lanjutnya lalu menundukkan kepala.

"Apa?"

"Dia pernah bunuh yang lain gak ya selain cicak sama kadal itu," lirih Winter sambil menatap kosong lurus ke depan.

Walaupun di masa lalu ia pernah membunuh seseorang, Winter sangat tak ingin anak-anaknya menjadi pembunuh seperti dirinya. Ia tak mau anak-anaknya dihantui rasa gelisah tak berujung karena pernah menghabisi nyawa seseorang. Terlebih kasus pembunuhan Asmi belum terungkap sampai sekarang.

"M-maksud Mama bunuh ma-manusia?" tanya Izam gemetar.

Winter menoleh ke arah anak sulungnya. "Iya."

Izam menutup mulutnya yang refleks menganga ketika mendengar perkataan Winter barusan.

"Ah udah ah, mikirin Dedek gak ada abisnya, bikin pusing. Mama mau ke indomaret aja beli jajanan buat si Kakak," pungkas Winter sambil beranjak dari duduknya.

Namun ketika Winter hendak melangkahkan kaki, Izam menahannya. "Tadi Mama menyebut nama Pluto, dia itu siapa?"

Deg

"Emmh ... anu dia itu ... tetangga Mama yang dulu. Dia suka banget sama pita merah dan Planet Pluto," jawab Winter berbohong.

Izam mengangguk tanda mengerti namun ia kurang percaya dengan jawaban sang ibu. Izam merasa ada yang sedang disembunyikan ibu dan adik bungsunya.

*****

Ctar

Ctar

Ctar

Bunda Pluto belum puas mencambuki Iel, ia sangat kecewa pada anak kepercayaannya ini.

Ctar

Ctar

Ctar

Genius | Misteri ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang