•PART INI TIDAK BERMAKSUD UNTUK MENYESATKAN.
*****
"Enak banget dagingnya, Bunda!"
-Aurelia-*****
Dipecat.
Semua orang dewasa yang sudah bekerja pasti akan bersedih jika mendengar kata tersebut keluar dari sang atasan. Tak terkecuali Winter. Hari ini ia resmi dipecat dari perusahaan tempatnya bekerja. Winter dipecat karena dianggap tidak disiplin dalam bekerja.
Tak dapat dipungkiri, menjadi wanita karir sekaligus single parent untuk tiga orang anak tidaklah mudah. Terlebih lagi, Winter tak menggunakan jasa asisten rumah tangga. Alasannya sudah jelas, karena ia tidak punya uang lebih untuk membayarnya. Hal itulah yang sering menyebabkan Winter terlambat masuk kerja.
Pernah ada yang menyuruhnya untuk menikah lagi, agar ada yang menanggung jawab biaya hidupnya dan juga anak-anaknya. Tetapi Winter menolak. Ia masih trauma dengan perceraiannya dan juga ia terlalu parno dengan berita-berita tentang ayah tiri yang menyiksa anak tirinya.
Winter berprinsip. "Cukuplah anak-anakku terluka dengan perceraianku dengan ayahnya. Jangan ada lagi yang melukai mereka."
Tok tok
"Assalamualaikum, Mama pulang!" seru Winter sambil membuka pintu.
Tetapi tak ada yang menyambutnya kali ini. Padahal biasanya Iel akan membukakan pintu lalu memeluknya. Winter mengalihkan pandangannya pada arloji yang melingkar di pergelangan tangannya.
Winter menganggukkan kepalanya. "Oh, udah jam sebelas malem ternyata."
Winter kemudian melangkahkan kakinya, menuju ruang tengah, ia curiga kalau Izam si sulung belum tidur, sebab samar-samar ia mendengar suara televisi.
Winter menghentikan langkahnya ketika melihat pemandangan yang sedikit menyayat hati. Ketiga anaknya ketiduran di ruang tengah. Si sulung Izam, tertidur di atas tumpukan buku tepat di depan televisi, sepertinya ia ketiduran saat sedang mengerjakan tugas sekolah. Ina, si anak tengah, tertidur dengan tangan kanannya berada di atas piring dan jangan lupakan butiran nasi yang menempel di pipinya.
Di atas sofa tak jauh dari Ina, tumpukan baju yang sudah dilipat berjejer rapi. Winter sekarang paham, mengapa anak tengahnya itu sampai tertidur saat makan seperti ini. Ya, ketika Winter bekerja, memang Ina lah yang mengerjakan pekerjaan rumah.
Si bungsu?
Anak itu lebih mengenaskan lagi. Iel tidur terlentang dengan mulut menganga dan jika saja tidak ada kulit buah naga di tangan kirinya, maka Winter akan mengira bahwa ia sedang bersimbah darah. Bagaimana tidak, mulai dari baju, tangan, sekitar bibir, hingga pipinya penuh dengan noda merah buah naga.
Winter terkekeh pelan. "Kasian banget sih, anak-anak Mama."
"Mas, Kak. Pindah yuk ke kamar jangan di sini," titah Winter lembut sambil menepuk-nepuk bahu Izam dan pipi Ina secara bergantian.
"Engh ... " lenguh Ina.
"Cuci tangan sama sikat gigi dulu baru tidur lagi, Kak," titah Winter lagi sambil memapah Ina ke kamar mandi.
"Mas udah selesai belum belajarnya?" tanya Winter kepada Izam.
"Udah. Mas juga udah sikat gigi tadi, Mas ke kamar dulu ya Mam. Good night and I love you." Izam mencium pipi Winter.
"Eh, Mama kuat gendong Dedek, gak?" tanya Izam kepada Winter.
"Kuat," jawab Winter singkat.
Izam hanya menganggukkan kepala, lalu pergi ke kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Genius | Misteri ✔
Misterio / SuspensoWinter adalah seorang single parent, yang sedang dibuat bingung oleh putri bungsunya. Pasalnya, putri bungsunya itu, berperilaku seperti seorang psikopat. Namun, seperti yang kita tahu, ciri-ciri psikopat dan sosiopat itu hampir sama. Jadi apakah be...