"Harvard impianku dan Brainly sahabatku."
-Author-*****
Menjelang penilaian akhir semester yang tinggal menghitung hari, para tenaga pendidik SMP Nusa Bangsa melaksanakan rapat. Dalam rapat tersebut mereka merundingkan berapa butir soal yang akan diberikan kepada siswa dan tingkat kesulitan soal.
"Saya ingin penilaian akhir semester kali ini benar-benar menguji kemampuan siswa dan kalau bisa, minim kasus sontek-menyontek," ucap Hamdan---Kepala Sekolah SMP Nusa Bangsa.
"Mungkin Bapak Ibu dewan guru ada ide?" lanjutnya.
"Bagaimana jika setiap siswa diberikan soal yang berbeda sesuai kemampuan masing-masing. Jadi nanti kita membuat soal dari materi yang kurang dipahami oleh setiap siswa. Menurut saya hal itu akan lebih memotivasi siswa untuk belajar sebelumnya," usul Jodi si guru matematika.
"Tetapi anak jaman sekarang lebih cerdik dari yang kita duga, hal ini pasti akan sangat mudah untuk mereka akali," sahut Widya guru Bahasa Indonesia.
Hening.
Semua dewan guru terdiam, memikirkan cara untuk meminimalisir kasus sontek-menyontek antar siswa. Hingga akhirnya wanita berponi angkat bicara.
"Bagaimana jika kita menerapkan sistem tes lisan. Karena jika saya amati, nilai anak-anak pada saat ujian tertulis dan tes lisan itu cukup jauh berbeda. Hanya beberapa anak saja yang mendapatkan nilai sempurna, " tutur Ghea.
"Jadi kita bisa tahu mana anak yang benar-benar pintar dan mana anak yang hanya mengandalkan sontekan semata," lanjutnya.
"Tetapi bagaimana jika soal-soalnya bocor?" tanya Sri guru Seni budaya.
"Untuk mengakali hal ini, kita akan memberikan soal yang spontan. Jadi soal yang terlintas di pikiran kita saat itu adalah yang kita berikan kepada siswa," jawab Ghea yang direspons anggukan semua orang yang ada di ruangan rapat.
Tak pernah kusangka ini terjadi
Kisah cinta yang suci ini
Kau tinggalkan begitu saja
Sekian lamanya kita berdua
Sudah menjadi tradisi, setiap guru sedang rapat di kelas anak-anak pasti menggelar konser dadakan. Bukannya tak diberi tugas, hanya saja saat ini, menggelar konser dadakan lebih penting daripada mengerjakan tugas. Karena justru hal seperti ini yang akan dikenang saat lulus nanti. Percayalah!
Tak kusangka begitu cepat berlalu
Tuk mencari kesombongan diri
Lupa segala yang pernah kau ucapkan
Kau tinggalkan daku
Pergilah kasih kejarlah keinginanmu
Selagi masih ada waktu
Jangan hiraukan diriku
Aku rela berpisah demi untuk dirimu
Semoga tercapai segala keinginanmu
Dibantu alat musik khayalan yang diperagakan oleh alat-alat kebersihan seperti, sapu, alat pel, pengki dan lain sebagainya. Mereka mendalami setiap lirik lagu yang mereka nyanyikan. Melupakan sebuah fakta bahwa mereka baru saja kelas satu SMP, yang tentunya belum tahu apa itu cinta.
Tak semuanya mengikuti konser dadakan ini, para ambisius penggila nilai tetap belajar. Mereka adalah Ninda, Ayu dan Septi. Hal ini tentunya tidak luput dari perhatian Iel.
Anak itu dari tadi duduk dua bangku ke belakang dari mereka. Tersenyum miring sambil menyedot-nyedot minuman yang hanya tinggal es batunya saja itu, tentu kegiatan Iel tersebut menimbulkan suara yang bagi Septi terdengar ngilu.
"Iel? Boleh minta tolong gak? Jangan nyedot itu lagi dong, aku ngilu dengernya," pinta Septi sambil menoleh ke arah Iel.
"Hahaha oke-oke, aneh kamu mah, anak-anak nyanyi gak dikomplain, giliran suara kaya gini dikomplain," ucap Iel sambil tertawa dan berlalu hendak membuang bekas minumannya.
Setelah beberapa saat Iel kembali dan duduk di samping Ninda.
Mata Ninda fokus pada kertas putih, mulutnya kumat-kamit membaca soal dan bolpoin yang ia pegang menari dengan sangat lihai di atas kertas putih itu. Tanpa ia sadari Iel sedang tersenyum manis menatapnya dengan kedua lengan yang menopang dagu.
"Tentukan persamaan lingkaran yang berpusat di titik nol koma nol dan melalui titik B minus tujuh koma delapan," lirih Ninda dengan ekspresi wajah yang sangat serius.
"Tujuh kuadrat ditambah delapan kuadrat sama dengan r kuadrat sama dengan empat puluh sembilan ditambah enam puluh empat sama dengan seratus tiga belas." Ninda terus berkata lirih dengan mata yang tetap fokus pada kertas putih yang sekarang mulai penuh.
"Ninda kamu sangat pintar dalam hal matematika. Hanya saja kamu sangat bodoh dalam hal logika," ucap Iel yang sontak membuat Ninda dan yang lain menatapnya.
"Selain itu kamu juga ngeyel! Udah dibilangin gak usah belajar karena percuma, tapi masih aja belajar," lanjutnya.
"Iel kalo kamu gak mau belajar, jangan matahin semangat belajar Ninda dong," sahut Ayu.
Iel bangkit dari duduknya dan mengambil beberapa gelas minuman dari tasnya. "Hah ... kalian bertiga itu satu server ya. Pinter tapi bego," ucap Iel sambil meletakkan beberapa gelas minuman itu di atas meja.
"Mamaku sekarang jualan minuman kaya gini. Kalo kalian minat, datang aja ke rumahku ya," lanjutnya berbohong dan berlalu begitu saja.
Iel berjalan menghampiri Elza yang sedang duduk di atas meja sambil bernyanyi. "Heh otak udang! Daleman kamu keliatan tuh," teriak Iel.
"Bisa gak sih kamu jangan panggil aku otak udang?!"
"Loh itu kan faktanya."
Elza menggebrak meja lalu turun dan menarik kerah baju Iel.
"Aku ini ranking satu di sini, jadi gak mungkin kalo aku itu udang!"
"Masa sih? Gimana kita buktiin aja siapa yang otak udang," tantang Iel.
"Oke. Siapa yang dapet nilai lebih kecil nanti pas ulangan dia yang otak udang. Deal?" Elza mengulurkan tangannya.
"Deal!"
*****
12.00
Di rooftop sekolah
"Ini daftar nama pemainnya, mereka semua adalah anak-anak dengan latar belakang yang unik." Iel memberikan selembar kertas kepada Jessica anak angkat Bunda Pluto yang kebetulan bersekolah di sekolah yang sama dengan Iel hanya saja beda kelas.
"Bagus! Mereka memang layak dibunuh."
*****
![](https://img.wattpad.com/cover/295137567-288-k84810.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Genius | Misteri ✔
Mystery / ThrillerWinter adalah seorang single parent, yang sedang dibuat bingung oleh putri bungsunya. Pasalnya, putri bungsunya itu, berperilaku seperti seorang psikopat. Namun, seperti yang kita tahu, ciri-ciri psikopat dan sosiopat itu hampir sama. Jadi apakah be...