Malam ini setelah selesai rapat, anak-anak Bunda Pluto berbincang santai di sebuah taman. Beralaskan rumput taman dan beratapkan langit malam. Mungkin ini adalah malam terakhir mereka bisa berkumpul santai seperti ini, mengingat beberapa hari lagi tugas mereka selesai dan hidup mereka 'pun akan berakhir.
"Huh ... akhirnya pekerjaan ini akan selesai." Jessica menatap langit malam sambil berucap demikian namun raut wajahnya nampak ikhlas tidak ikhlas.
"Aku hampir gak percaya kita bakal bisa menyeselesaikan pekerjaan ini dalam lima tahun," sahut Fany sambil tersenyum hambar.
"T-tapi kalian rela pergi ninggalin keluarga kalian?" Jelas dengan berbicara seperti itu Iel belum siap pergi.
"Tapi aku, Oca, Caca, sama Dita kan gak punya keluarga jadi gak punya beban," ucap Jessica.
"Tapi aku punya adek." Lagi, Fany menyahut. Terlihat jelas di wajahnya bahwa hatinya sedang tersayat.
Iel menepuk punggung Fany, merasa mendapat punggung merasa ada teman sependapat. "Nah iya, Kakak ikhlas gak kalo harus pergi ninggalin dia?"
Fany menggelengkan kepalanya.
"Tapi aku rasa gak bakal ada yang ikhlas deh kalo soal itu. Apalagi cara perginya kaya kita." Kini Oca yang berbicara.
"Ada kok. Orang yang bunuh diri contohnya." Tika yang sedari tadi diam kini angkat suara.
Caca terkekeh mendengar perkataan Tika barusan. "Mereka tuh bukan mau mati, Tika. Cuma mereka mau lari dari masalah mereka yang udah buntu jalan keluarnya."
"Nah iya, tapi cara mereka bego. Mereka salah, karena berpikir dengan mati mereka gak akan masalah lagi, padahal masalahnya lebih besar," tambah Dita.
Iel mengernyitkan keningnya kurang mengerti. "Lah emang iya ya, Kak? Kalo udah mati kita masih bakal diterpa masalah?"
"Woy, bocah! Kita itu udah mati. Tapi apa? Kita masih punya masalah masing - masing 'kan?" papar Fany sambil tertawa hambar.
"Nah betul tuh, walaupun masalah utama kita sama dan cuma satu sih," sahut Oca.
"Apa?"
"Bunda Pluto!"
"AHAHA BENER!"
Mereka bertujuh akhirnya tertawa lepas, menertawakan takdir mereka yang miris.
"Tapi tugasku belum selesai." Perkataan Tika ini berhasil membuat suasana menjadi hening.
"Tenang, Tika. Empat tahun lagi kamu juga selesai kok," ucap Iel berusaha menenangkan.
Tika membuang napasnya kasar. "Tapi aku belum biasa membunuh seseorang."
"Nanti juga biasa kok, asal sering latihan aja, " sahut Iel yang diangguki oleh yang lain.
Hening kembali menyapa mereka, kini hanya suara percikan air mancur di tengah taman yang terdengar.
"Btw nih, kalian berlima kok bisa barengan gitu sih matinya sama lagi alasan dibangkitkannya," ucap Tika kepada Fany, Oca, Caca, Dita dan Jessica.
Benar. Mereka berlima dibangkitkan dengan alasan yang sama, yaitu ingin merasakan kasih sayang seorang ibu. Memangnya siapa mereka dan darimana mereka berasal?
. .
. . .
. . . .
Di minggu pagi yang cerah ini, seorang gadis cantik berjalan dengan anggun sambil sedikit bersenandung. Di kedua tangannya terdapat dua kantong plastik besar, berisikan makanan ringan.
"Yeay! Bunda datang! Bunda datang!" Anak-anak kecil itu bersorak sambil berlari ke arah si gadis yang mereka panggil dengan sebutan Bunda Pluto.
Bunda Pluto merentangkan kedua lengannya, menyambut mereka dan memeluknya. Di kecup satu-persatu dan berakhir memangku anak paling kecil.
![](https://img.wattpad.com/cover/295137567-288-k84810.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Genius | Misteri ✔
Mystery / ThrillerWinter adalah seorang single parent, yang sedang dibuat bingung oleh putri bungsunya. Pasalnya, putri bungsunya itu, berperilaku seperti seorang psikopat. Namun, seperti yang kita tahu, ciri-ciri psikopat dan sosiopat itu hampir sama. Jadi apakah be...