Kebahagiaan semu yang tercipta setelah kemalangan menimpa Seonghwa, memaksa Hongjoong untuk terus tersenyum bersama orang yang dulunya begitu membenci dirinya.
Tetapi ... apakah senyum ini benar-benar terpaksa?
"Hongjoong lihat! Bunga!" - sh
"Hongjo...
Berita kecelakaannya keluarga Seonghwa, menyebar dengan begitu cepat, tidak ada yang bersimpati, tidak ada yang merasa sedih, semuanya bersorak senang, umpatan dan makian terus dilontarkan, rasa syukur terus dipanjatkan.
Hongjoong berjalan melewati segerombolan Mahasiswa yang tengah bersulang atas meninggalnya Ayah Seonghwa, sejauh mata memandang, ke mana pun kakinya melangkah, hanya sorakan bahagia yang ia dengar.
Hongjoong tahu, ia sangat paham, keluarga Seonghwa memang bukan main sombongnya, banyak orang yang sakit hati karena ucapannya, tetapi, ia merasa, berpesta di atas kematian orang lain juga tidak dibenarkan.
Hongjoong duduk menyendiri di taman, tidak ingin bergabung bersama teman-temannya untuk saat ini, tidak, Hongjoong tidak marah, ia hanya tidak enak hati, teman-temannya akan berhenti tertawa jika ia mendekat, mereka berusaha menjaga perasaannya karena pernah bilang suka dengan Seonghwa, tetapi entah kenapa Hongjoong merasa ia menjadi orang jahat, setiap kali mendekat, teman-temannya akan berhenti tertawa dan tersenyum kikuk, membuatnya merasa seperti benalu perusak pesta.
Sorakan bahagia kembali Hongjoong dengar, ada berita terbaru, Hongjoong menebak. Ponsel di saku Hongjoong keluarkan, mencari berita terbaru mengenai keluarga Seonghwa, dan benar saja, berita itu ada di posisi paling atas.
Perusahaan keluarga Seonghwa disabotase, direbut, semua hak dicabut, perusahaan itu kini sepenuhnya diambil alih oleh kerabat Seonghwa, bahkan harta benda dan kekayaan yang lain, semuanya dijarah sampai tak bersisa, kasarnya Seonghwa tak memiliki apa pun saat ini.
Kejam? Entah sekarang siapa yang lebih kejam, Keluarga Seonghwa dulu? Atau semua manusia pembenci keluarga Seonghwa yang sekarang berlomba-lomba menghancurkan keluarga itu sampai ke akarnya?
Hongjoong merasa sedih, jelas. Hatinya entah kenapa berdenyut sakit setiap ingat wajah Seonghwa, dari kecelakaan maut kemarin malam, hanya Seonghwa yang selamat, entah bagaimana keadaannya, tetapi Hongjoong khawatir, bagaimana kondisi Seonghwa nanti saat mengetahui kematian kedua orang tuanya dirayakan dengan penuh kebahagiaan? dan semua harta bendanya habis tak bersisa? akan kah ada yang merengkuhnya? Akan kah ada yang menenangkannya?
Hongjoong tak ingin disebut munafik, tetapi memang beginilah ia, seberapa keraspun dirinya mencoba untuk membenci Seonghwa dan melupakan perasaannya, ia tetap tidak mampu melakukannya.
Ponsel Hongjoong berdering, panggilan masuk dari San, ia lekas mengangkatnya, khawatir jika ada hal penting, karena tidak biasanya San menelepon pagi-pagi seperti ini. "Halo, San—"