Kebahagiaan semu yang tercipta setelah kemalangan menimpa Seonghwa, memaksa Hongjoong untuk terus tersenyum bersama orang yang dulunya begitu membenci dirinya.
Tetapi ... apakah senyum ini benar-benar terpaksa?
"Hongjoong lihat! Bunga!" - sh
"Hongjo...
Hongjoong mendudukkan dirinya di samping Mingi, memakan tteokbokki dalam diam, sesekali menghela napas sedih, dan mengusap pelan dahi.
"San belum mengajakmu berbicara?" tebak Mingi.
Hongjoong mengangguk. "Chatku juga diabaikan. Mingi, menurutmu, apa San membenciku?" tanyanya meminta pendapat. Ia belum memberi tahu Ibu jika ia dan San bertengkar. Hongjoong tak ingin membuat Ibu khawatir.
"Itu tidak mungkin," jawab Mingi. "Adikmu selalu mengirimiku pe—maksudku San hanya butuh waktu untuk menemuimu," ralat Mingi dengan cepat, hampir saja ia kelepasan. Namun, San memang selalu mengirinya pesan, bertanya mengenai kondisi Hongjoong.
San hanya butuh waktu, ia kesal, tetapi tak ingin emosi membuatnya marah-marah pada Hongjoong. Untuk itulah ia terus menghindar, berusaha lebih dulu berdamai dengan hatinya, dan menerima sepenuhnya keputusan Hongjoong yang ingin membantu orang yang sudah mencelaikainya.
"Jangan mengkhawatirkan hal yang tidak perlu, San selalu menerima roti manis milk tea yang kau berikan bukan?" sambung Mingi, "itu menunjukkan jika San masih menyayangimu," lanjutnya, dan kembali memakan camilan yang dibeli, harus segera dihabiskan, kelas kedua sebentar lagi dimulai.
Hongjoong mengangguk pelan, ia memang selalu meminta Mingi ataupun kekasih San untuk memberikan roti manis milk tea yang ia beli. Memang tidak pernah dikembalikan, tetapi Hongjoong juga tidak tahu apakah adiknya memakan roti itu atau justru membuangnya.
"San memakannya kok, Kak. Jangan khawatir, aku saksinya."
"DEMI TUHAN WOOYOUNG, SEJAK KAPAN KAU DUDUK DI SANA?!" teriak Mingi kaget. Hongjoong pun sama kagetnya, ia hanya tidak berteriak seperti Mingi.
Pemuda yang dipanggil Wooyoung hanya memerkan senyum khasnya. "Hehe, sejak tadi," jawabnya jujur. Sudah sepuluh menit ia duduk di depan Mingi, hebat juga Kakak tingkatnya sama sekali tidak sadar. Apa karena sejak tadi ia hanya makan dalam diam?
Ya, Jung Wooyoung namanya, anak jurusan IT, pacar San, perilakunya super absurd, receh kuadrat, super loud. Tampilannya yang urakan, membuat Wooyoung terlihat bobrok, padahal aslinya sangat pintar, pemegang nilai tertinggi seangkatan. "Roti milk tea yang Kakak beri, San memakannya dengan lahap," ujarnya, kembali membahas permasalahan tadi.
Hongjoong tersenyum tipis. "Syukurlah kalau be—"
"Kalau gak percaya, ayo ikut sehabis kelas nanti! Kita ke apartemen San bareng. Ya! Oke! Sampai ketemu nanti, Kak Hong!" Wooyoung pun berlalu dari sana dengan berlari.