Lima belas

1.6K 255 11
                                    

🅹︎🅾︎🅾︎🅽︎🅶︎🅷︎🆆︎🅰︎☦︎🄰🄼🄽🄴🅂🄸🄰────────⋅⋅⋅⋅✦           │      │           │      │           │      │           │      │           │      │           │      │           │      ✧│✧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🅹︎🅾︎🅾︎🅽︎🅶︎🅷︎🆆︎🅰︎
☦︎
🄰🄼🄽🄴🅂🄸🄰
────────⋅⋅⋅⋅✦
           │      │
           │      │
           │      │
           │      │
           │      │
           │      │
           │      ✧

Hari berganti.

Seperti biasa, rutinitas yang Seonghwa lakukan setiap pagi adalah mengurus taman. Walau hari ini ia melakukannya agak terlambat, sekitar pukul setengah delapan. Terlalu asik merapikan kamar, membuatnya lupa waktu.

Hongjoong sudah berangkat ke kampus sejak pukul enam lebih tiga puluh menit, hari ini ada kuliah pagi dan Hongjoong ingin menemui San lebih dulu.

"Aku harus segera menyelesaikan ini," monolog Seonghwa, menyiram bunga dengan sedikit terburu, matahari semakin tinggi, dan Yunho bilang; menyiram saat sinar matahari sudah menyinari kelopak bunga itu kurang bagus.

Sedikit lagi selesai, Seonghwa berlari kecil untuk mencapai ujung taman. "Selesai," ujarnya lega.

Brugh!

"Eh?" Seonghwa menoleh, tadi itu, seperti ada suara gaduh dari seberang jalan. Lekas mematikan keran, berjalan ke dekat gerbang, dan memerhatikan bangunan di depan, tetapi tak ada apa pun. Semua pejalan kaki yang lewat pun tak ada yang terganggu, tetap pada aktivitas masing-masing.

Seonghwa menggeleng pelan, akhir-akhir ini ia sedikit waspada, sehingga peka dengan hal-hal kecil. Mungkin yang tadi hanya suara seseorang menjatuhkan barang. ya, mungkin.

Tak perlu dipikirkan, itu bukan urusannya. Seonghwa berbalik dan kembali pada rutinitasnya, tinggal menyemprot daun bunga matahari dan ia selesai.

|

Sementara itu.

Di samping bangunan, di seberang rumah Hongjoong, sedikit masuk ke dalam gang agar tak menarik perhatian orang lewat.

Hongjoong tersenyum ramah dan sedikit membungkuk. "Maaf sudah menarikmu tiba-tiba, tetapi beberapa hari ini, aku sering melihatmu memerhatikan rumahku. Apa kamu ada perlu denganku?" ujarnya dengan intonasi tenang.

Namun, Mahasiswa tadi justru terlihat gugup, keringat dingin jelas terlihat membasahi dahi. Sebelah tangannya sibuk menyembunyikan batu besar di balik punggung. Ia berdehem untuk menetralkan suaranya agar tidak terdengar bergetar. "Kau pasti salah orang. A-aku ... ekhem, aku tak mengawasi rumahmu, aku hanya lewat, aku hanya kebetulan tengah lewat."

"Begitu ... maaf ya, sepertinya aku salah paham," ujar Hongjoong, masih dengan nada ramah, tetapi kali ini senyumnya menyiratkan hal lain.

Mahasiswa tadi menggeleng dan buru-buru pergi. Bahkan berlari setelah keluar dari gang. Sesekali menengok ke belakang untuk memastikan jika Hongjoong tak mengikuti. Ia berhenti setelah berlari cukup jauh. "Sial, kenapa Hongjoong ada di dekat rumah? Bukannya dia ada kuliah pagi?" kesalnya, rencana untuk melempar Seonghwa dengan batu besar jadi gagal total, padahal ia sudah mengawasi rumah Hongjoong cukup lama dan sudah memilih waktu yang tepat. "Sial, sial, sial!"

[✔]Amnesia . JoongHwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang