Empat belas

1.5K 252 14
                                    

🅹︎🅾︎🅾︎🅽︎🅶︎🅷︎🆆︎🅰︎☦︎🄰🄼🄽🄴🅂🄸🄰────────⋅⋅⋅⋅✦           │      │           │      │           │      │           │      │           │      │           │      │           │      ✧│✧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🅹︎🅾︎🅾︎🅽︎🅶︎🅷︎🆆︎🅰︎
☦︎
🄰🄼🄽🄴🅂🄸🄰
────────⋅⋅⋅⋅✦
           │      │
           │      │
           │      │
           │      │
           │      │
           │      │
           │      ✧

Satu minggu berlalu. Seonghwa membawa dua piring nasi goreng ke meja makan, meletakkan satu di depan Hongjoong, menuangkan air untuknya dan Hongjoong, lalu duduk berhadapan, sarapan bersama.

Tidak ada yang membuka percakapan, karena Hongjoong tengah sarapan dengan modul di tangan, ada latihan soal siang ini, dan Seonghwa tak ingin menganggu.

Walau sebenarnya ada yang ingin ia katakan. Seonghwa merasa, satu minggu ini seperti ada yang mengawasi, setiap kali ia menyirami bunga atau saat duduk di dekat jendela, seolah ada seseorang yang mengawasi dari seberang jalan.

Namun, ia juga ragu, bagaimana jika itu hanya perasaannya saja? Bagaimana jika ia salah dan ucapannya hanya akan membuat Hongjoong khawatir dan mengganggu konsentrasinya di kampus?

Mulut Seonghwa terbuka dan menutup beberapa kali tanpa ada kalimat yang keluar, ia ragu. Sampai akhirnya ia tak mengatakan apa pun pada Hongjoong. 'Mungkin sekarang bukan saatnya,' batinnya. Ia masih baik-baik saja sampai saat ini, mungkin itu semua memang hanya perasaannya saja.

|

"Aku berangkat, Seonghwa," pamit Hongjoong.

Seonghwa mengangguk. "Hati-hati di jalan."

Hongjoong tersenyum untuk membalas ucapan Seonghwa, memberikan usapan singkat di surai dan berjalan menuju gerbang rumah, tetapi di tengah halaman Hongjoong kembali berhenti. "Ah iya, aku hampir lupa. Yunho bilang hari ini jadwalnya kosong dan ia ingin main ke mari."

"Benarkah?" Netra Seonghwa langsung berbinar cerah, ia sangat senang dan tak sabar ingin segera bertemu dengan Yunho. Bahkan sesuatu yang mengganjal pikirannya menguap begitu saja, terdistraksi dengan mudah. Pikirannya kini sibuk menyusun rencana yang akan ia lakukan dengan Yunho nanti.

🥀

Pukul delapan pagi. Bel pintu berbunyi, Seonghwa yang ada di dapur lekas berlari ke depan dan membuka pintu dengan cepat. "Yunho!" pekik Seonghwa senang.

Yunho sendiri justru terkejut dengan pekikkan Seonghwa. "Astaga, Seonghwa," balasnya, mengusap dadanya pelan.

Lalu, keduanya tertawa dan saling berpelukan.

Seonghwa mempersilakan Yunho masuk, memintanya duduk dengan nyaman di kursi, ia sendiri berjalan ke dapur, mengambil teh hangat dan camilan yang sudah ia siapkan, dan kembali ke depan. "Silakan dinikmati, Yunho."

"Terima kasih."

Obrolan berlanjut dengan menikmati teh dan camilan kering buatan Seonghwa. Sampai Yunho menyinggung taman di depan dan memuji Seonghwa karena pandai menyusun urutan bunga dan merawatnya dengan baik.

[✔]Amnesia . JoongHwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang