3

1K 125 9
                                        

Happy reading ⬇️








Jinan menatap kamar Shani dari balkonnya, dengan bertemankan secangkir teh dan camilan. Tak ada tanda dari pemilik kamar yang sedang di perhatikan nya.

Sudah 1 jam Jinan duduk di kursi yang ada di balkonnya dan menatap ke arah kamar Shani. Apakah Shani belum bangun dari tidurnya? Tapi sepertinya itu gak mungkin karena yang dia tau Shani orang yang rajin bangun pagi.

Jinan meletakkan cangkir teh nya saat pintu balkon kamar Shani terbuka, dapat dilihatnya Shani keluar menuju pagar pembatas dengan cangkir yang ada di tangannya.

Hembusan angin menerbangkan rambutnya yang panjang membuat aura gadis itu terpancar.

Jinan memegang dadanya, hanya dengan menatap Shani dari kejauhan bisa membuat jantung nya berulah. Apalagi jika berdekatan dengan Shani bisa-bisa jantung nya langsung loncat keluar.

Selama di sekolah mereka tak pernah bercengkrama padahal Jinan duduk di belakang Shani, namun mereka tak pernah menyapa.

Disekolah Shani terkenal pendiam dan irit bicara, hanya dengan orang-orang tertentu saja dirinya akan banyak bicara seperti dengan Gracia dan gengnya serta Michelle teman sebangku nya.

Namun itu tak menjadikan alasan para murid berhenti untuk mengagumi dan menyukai Shani. Bahkan selama Shani menjadi murid baru sudah banyak yang mengutarakan perasaan mereka pada Shani namun tak ada yang berhasil semuanya di tolak.

Hanya saat Shani bersama dengan geng nya Gracia lah para murid bisa melihat senyum dari Shani yang jarang bahkan tak pernah dilihat para murid saat di sekolah.

~

Shani menutup matanya saat angin berhembus dan menerpa wajah nya serta menerbangkan belaian rambutnya.

Saat membuka matanya padangan nya tak sengaja melihat keberadaan tetangga depannya itu yng sedang memegang dadanya dan menatap kearahnya.

Shani menatap tetangga nya dengan bingung, apa yang terjadi dengan tetangga nya itu? Apa dia sakit jantung?

Soal tetangga depannya itu mengingatkan dirinya akan pertemuan pertama kali nya mereka bertemu.

Shani tersenyum tipis saat mengingat masa itu saat dirinya melihat tetangganya sedang menangis sesenggukan di depan rumah di pinggir jalan.

Sungguh tak menyangka jika tetangganya itu sekarang sudah menjadi gadis yang sangat cantik, dengan rahang yang tegas dan tatapan yang terkadang bisa membuat siapapun menahan nafas.

Bukan hanya tetangganya saja yang diam-diam memperhatikan dirinya, namun dirinya pun tanpa tetangganya sadari juga sering memperhatikan.

Bahkan disekolah Shani tau jika tetangganya itu sering memperhatikan nya, namun Shani tak memperdulikannya selama itu tak mengganggu nya, justru Shani merasa dirinya sedang di jaga oleh tetangganya itu.

.

.

"Del, Cici pergi dulu ya."pamit Shani pada adiknya.

Adel menatap sang kakak dengan tatapan bingung.

"Cici mau kemana malam-malam begini?"tanya Adel.

Adel melihat jam di handphone nya yang menunjukkan pukul 21:15. Sudah cukup malam untuk pergi keluar.

"Cici ada urusan sebentar"jawab Shani.

Shani mendekat ke Adel dan mencium pucuk kepala Adel kemudian segera berjalan keluar rumah.

"Hati-hati"Adel berucap namun sudah tak dapat didengar oleh Shani.

Terdengar suara derum mobil mulai menjauh dari rumah itu. Adel hanya menghela nafasnya kemudian beranjak dari tempatnya duduk dan berjalan kearah kamar Cici nya.

Kamu Dan Perasaanku (JiShan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang