4

1.1K 124 16
                                        

Happy reading ⬇️



Shani dan Adel sedang makan malam bersama. Mereka berdua makan dengan tenang tanpa ada kata sedikit pun. Setelah selesai Shani segera mencuci peralatan makan yang mereka gunakan tadi dengan di bantu oleh Adel.

"Gimana sekolah hari ini dek?"tanya Shani.

"Biasa aja ci. Seperti hari-hari sebelumnya."ucap Adel santai.

Shani memperhatikan wajah Adel dengan seksama yang membuat yang ditatap menjadi bingung sendiri akan sikap kakaknya ini.

"Apa sih ci? Kok liatin nya gitu banget"tanya Adel yang risih ditatap kakaknya seperti itu.

Shani tersenyum dan mengacak-acak rambut Adel.

"Cici gak nyangka aja, ternyata adek Cici udah besar sekarang."Shani menatap tulus pada Adel.

"Gak ada yang ganggu kan disekolah?"pertanyaan Shani dijawab gelengan oleh Adel.

"Ya udah kamu cepet bobo gih, udah malem"titah Shani.

"Iya ci. Dedel tidur dulu ya"Adel mengecup pipi Shani dan berjalan ke kamar nya.

Shani menggelengkan kepalanya dengan tingkah adiknya itu. Setiap malam sebelum tidur pasti akan mengecup pipi nya dulu, bahkan pernah tengah malam datang ke kamarnya hanya untuk menjalani rutinitas nya itu.

Shani berjalan kearah keluar rumah duduk di kursi yang ada di teras rumahnya. Pandangannya tertuju pada rumah yang ada di seberang jalan tepat berada di depan rumahnya. Shani baru sadar jika setelah sepulang sekolah tadi dirinya tak mendapati tetangga depannya itu keluar rumah, bahkan yang biasanya tetangganya itu akan berdiri menungguinya di suatu tempat pun tak terlihat olehnya. Kemana tetangganya itu pergi sehabis sekolah?

'kenapa aku jadi kawathir gini ya?'

Setelah cukup lama mengamati rumah tetangganya itu akhirnya Shani pun beranjak dari duduknya dan hendak masuk ke dalam rumah, namun belum sampai dirinya masuk suara engsel gerbang terdengar membuat Shani menolehkan kepalanya dan melihat ke sumber suara itu.

~

Jinan duduk di pinggiran jalan depan rumahnya dengan kepala yang di sembunyikan di balik telapak tangannya, tubuhnya bergetar menahan tangisnya namun tak bertahan lama hingga akhirnya tangisnya pecah dan menangis sesenggukan.

Jinan tau jika ada seseorang yang sedang ikut duduk disampingnya namun dirinya tak memperdulikan itu, dia membiarkan apa saja yang akan terjadi nanti padanya.

Setelah cukup lama Jinan mulai bisa mengontrol dirinya dan mulai berhenti menangis.

"Sudah nangisnya?"tanya seseorang yang ada disamping Jinan.

Jinan sedikit terkejut karena dia tau siapa pemilik suara indah ini. Tak berani menoleh Jinan hanya mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan orang itu.

"Sudah besar kok masih suka nangis. Di pinggir jalan lagi, untung para tetangga udah banyak yang tidur"ucap orang itu dengan sedikit meledak.

Jinan hanya diam tak ingin membalas ucapan dari seseorang itu. Sungguh sebenarnya dirinya malu karena ketahuan menangis oleh orang yang ada disampingnya ini. Lagi.

"Nih"

Jinan sedikit melirik kesamping dan mendapati tisu yang di sodorkan oleh orang itu. Jinan mengambil tisu itu dan membersihkan sisa-sisa dari menangisinya tadi.

"T-terima kasih"ucap Jinan lirih.

Tak ada jawaban dari orang itu. Dari lirikannya Jinan dapat melihat wajah samping orang itu yang menurutnya sangat mempesona. Dengan hidung mancung nya, wajah putihnya, alis tebalnya, bulu matanya, mata yang tajam itu, dan juga bibir yang sangat menggoda. Jinan kaget akan fikirannya tentang orang yang Adi disampingnya ini. Pipinya memerah akan fikirannya sendiri.

Kamu Dan Perasaanku (JiShan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang