23. Lamaran Resmi

8.2K 486 17
                                    

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Satu pekan berlalu, sekarang tiba saat nya Saddam dan Adhisty menemui ke dua orang tua wanita itu untuk meminta restu.

Perjalanan selama kurang lebih dua jam, akhirnya sukses membuat Saddam dan Adhisty mendarat dengan selamat di kota dengan julukan seribu sungai. Kota yang menjadi sejarah perjalanan Adhisty sebelum dirinya pergi merantau. Kota dengan sejuta kenangan semasa kecil nya.

Saddam dan Adhisty menggerek koper nya keluar Bandara. Wanita itu memejamkan mata nya sebentar, sudah lama ia tidak menginjak ‘kan kaki di kota kelahirannya akibat terlalu sibuk menempuh pendidikan di kota orang.

Hari ini, ia kembali tetapi bukan untuk liburan semester melainkan untuk memberitahu keluarga nya jika ia ingin menikah dengan seorang pria yang baru ia kenal beberapa bulan.

Adhisty yakin, keluarga nya pasti akan terkejut mendengar kabar yang ia bawakan secara mendadak tanpa adanya diskusi terlebih dahulu. Tapi apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur. Ia juga sudah menerima lamaran Saddam satu minggu yang lalu.

“Tenang, oke? Saya selalu di samping kamu.” Saddam berusaha untuk menenangkan calon istri nya. Raut gelisah dan takut sangat terlihat jelas di wajah Adhisty.

“Kamu janji kan gak bakalan ngasih tau tentang kehamilan aku sama Ayah Bunda?” tanya Adhisty memastikan. Memang, sebelum jadwal keberangkatan mereka, Adhisty meminta pada Saddam dan kedua orang tua pria itu agar tidak memberitahu perihal kehamilan nya pada Ayah Bunda nya.

Dengan sangat berat hati Saddam mengiyakan permintaan Adhisty. Ia bagaikan pria pengecut yang berusaha untuk menutupi semua nya tapi apa boleh buat, Adhisty sendiri yang meminta nya.

“Saya janji.” Saddam mengusap lembut surai Adhisty lalu kemudian menggenggam tangan mungil wanita itu.

“Mama, Papa dan Raka sebentar lagi menyusul,” ujar Saddam sambil mengelus lembut tangan Adhisty menggunakan ibu jarinya.

Ini sudah sesuai rencana nya. Saddam menginginkan Mama, Papa beserta anak nya untuk mengambil perjalanan siang sedangkan dirinya dan Adhisty mengambil perjalanan pagi.

“Maaf, Pak bu, mobil nya sudah siap.” Seorang pria paruh baya datang dengan pakaian khas supir nya.

Saddam mengangguk kemudian tersenyum tipis. Teman nya benar-benar menyiapkan segala urusan nya disini. Dan yeah, insting nya tak pernah gagal untuk mempercayai Varo sebagai orang yang harus mengurus semua nya.

MARRIED WITH MR.DUDA ( SEGERA TERBIT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang