15. Aborsi

13.1K 618 6
                                    

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

“Var, kamu tau toko perhiasan yang bagus?”

Varo tersedak minuman nya ketika ia mendengarkan pertanyaan yang keluar dari mulut Saddam. Untuk apa Saddam mencari toko perhiasan? Itulah yang ada dalam benak Varo saat ini.

Uhuk.. uhuk..” Varo menepuk pelan dada nya agar tidak batuk lagi. Merasa sudah, ia melayangkan pertanyaan kembali seolah tidak mengerti. “Gimana-gimana bang?”

Saddam mendengus. Ia tahu Varo sudah mendengar pertanyaan itu tapi seolah berpura-pura tidak paham. Dengan sedikit malas ia tetap mengulangi nya. “Kamu tau toko perhiasan yang bagus?”

Mata Varo mengerjap sempurna, jadi dirinya tidak salah dengar?

“Lo ngapain nyari toko perhiasan?” tanya Varo sedikit kepo. Ya, bagaimana pun dirinya harus tahu tujuan Saddam mencari toko itu untuk apa. Apakah untuk memberikan Helena hadiah? Atau semacam nya? Tapi setahu Varo, Saddam bukan tipe pria yang memberikan hadiah perhiasan pada siapapun, bahkan pada Ibu nya.

Setahun yang lalu saat Ibu Saddam ulang tahun pun, pria itu hanya menghadiah kan ibu nya peralatan dapur lengkap dan juga satu mobil.

“Lamaran.”

“Hah?” Wajah Varo terlihat cengo, dirinya seperti orang bodoh saat ini. Dua kali sudah dirinya dibuat terkejut oleh Saddam hari ini. Perihal toko perhiasan dan juga lamaran. “Bentar dulu bang, bentar. Jadi, lo nanya toko perhiasan buat nyari cincin lamaran?” lanjut nya.

Saddam mengangguk. “Iya.”

“Lamar siapa?” tanya Varo lagi.

Saddam mendesah berat, tidak ada guna nya dirinya bertanya pada Varo jika seperti ini hasilnya. Bukannya mendapatkan jawaban dirinya malah di cerca pertanyaan bertubi-tubi.

“Adhisty.”

Saat nama Adhisty di sebut kan, Varo bahkan lebih terkejut dari sebelum nya. Ah, jadi ini alasan nya.

Varo mengerti sekarang. Saddam ingin mempertanggung jawabkan semua nya. Ia bahkan sudah lupa dengan kejadian dua hari yang lalu di rumah Natha. Ia mengira Saddam akan bertanggung jawab lalu menikah tanpa embel-embel lamaran atau semacam nya.

“Kenapa harus lamaran segala? ‘Kan lo bisa langsung nikahin dia tanpa acara begituan.”

“Saya ingin menghargai Adhisty sebagai mana mestinya. Bagaimana pun, dia pasti punya mimpi dimana dirinya akan di lamar oleh seseorang lalu menikah."

MARRIED WITH MR.DUDA ( SEGERA TERBIT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang