2. Sadar Diri

16.9K 770 3
                                    

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

"Saddam."

Suara bernada lembut dari sang ibunda sontak membuat pria yang mengenakan setelan kerja nya terhenti begitu saja. Pria dengan wajah tampan serta iris mata coklat tersebut berbalik menuju ibu nya yang baru saja memanggil. Sudah bisa dipastikan jika sang ibu memanggil pasti akan ada hal yang dibicarakan dan topik pembicaraan dari sang ibu tak jauh pasti mengenai seorang gadis.

"Sampai kapan kamu pengen kaya gini?"

Wajah lelah Saddam terlihat datar ketika pertanyaan itu terlontar dimulut sang ibu. Sudah jelas bukan, topik nya pasti tak jauh jauh dari seorang gadis.

"Mau berapa kali Mama nanyain soal kaya gini ke Saddam? Mama gak cape?"

Helena, Mama Saddam hanya mampu menghela nafasnya. Helena sendiri pun lupa seberapa banyak apa dirinya menanyakan hal itu pada Saddam. Tapi ketahuilah, ia ingin anaknya melihat bahwa semua gadis tidak seperti mantan istrinya.

"Mama cuman nanya, Dam. Lagipula, kamu pengen gini terus-terusan? Kerja terus main sama temen-temen kamu. Pikirin Raka juga," ucap Mama nya membuat Saddam terdiam.

Trauma akan masalalu sangat membuat Saddam menutup dirinya terhadap gadis manapun. Jiwa yang dulu nya hangat berubah jadi dingin tak tersentuh akibat dari kegagalan nya dimasa lalu.

"Raka gak butuh ibu. Saddam bisa jaga Raka sendirian, Ma. Toh juga ada Mama kan yang bisa jagain Raka kalo Saddam kerja."

Helena tidak mengerti lagi dengan pola pikir Saddam. Bagaimana bisa anaknya tumbuh menjadi seorang yang keras kepala.

"Mama gak bisa selalu jagain Raka. Gimana kalo papa kamu minta mamah buat nemenin dia keluar kota? Siapa yang bakal jagain Raka sementara kamu kerja? Kamu gak mikir sampe sana?" Tanya Helena lagi.

Seketika kepala Saddam pening. Pikiran nya terbagi-bagi begitu saja. Yang dikatakan Mama nya ada benarnya tetapi ini menyangkut hati dan perasaan. Cukup satu kali bagi kegagalan dari Saddam. Dirinya tak ingin mengulang kembali kegagalan lainnya dimasa depan. Terlebih, hatinya masih mencintai mantan istrinya tersebut.

"Saddam pikirin nanti. Udah 'kan? Saddam capek, pengen tidur."

Helena mengangguk pasrah. Tak baik juga jika terlalu memaksa kehendaknya pada Saddam. "Kamu tidur gih. Raka udah tidur dari tadi. Jangan lupa besok hari pertama Raka masuk sekolah."

"Shit." Saddam mengumpat. Ia bahkan lupa jika Raka akan masuk sekolah besok.

"Lupa 'kan kamu kalo anak kamu udah masuk sekolah? Makanya jangan terlalu sibuk sama kerjaan," sindir Helena pada Saddam. "Besok anterin dia dulu ke sekolah. Urusan kantor biarin Maudy yang handle."

Saddam mengangguk. "Iya Ma. Kalo gitu Saddam ke kamar dulu."

Pria itu langsung pergi menuju kamarnya. Saat memasuki kamar, mata Saddam terfokus pada anak kecil yang sedang tidur dengan nyenyak nya tanpa terusik sama sekali.

MARRIED WITH MR.DUDA ( SEGERA TERBIT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang