LS 6

25 8 2
                                    

Makasih buat yang mau ngevote💗

jangan bosen-bosen sama cerita gue ya bestiee!!!

Jangan lupa komen di setiap paragraf!

"Aku adalah salah satu dari puluhan manusia yang menaruh harapan dan banyak perasaan padamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku adalah salah satu dari puluhan manusia yang menaruh harapan dan banyak perasaan padamu." — Alza Rumaysa

---

"Syakila, gimana sama masalah lo? Cowok itu udah mau tanggung jawab?" Sedang mencuci kedua tangannya, Alza bertanya sambil menatap Syakila dari pantulan kaca cermin toilet.

Kedua gadis itu saat ini berada di toilet perempuan yang terlihat sepi hanya ada mereka berdua karena bel istirahat sudah berbunyi dari 45 detik yang lalu. Jadi para murid-muridnya pasti berada di kantin semuanya.

Syakila yang bermain di handphone-nya menatap Alza melalui cermin juga.

"Eum, dia mau tapi kita harus jumpai orangtuanya dulu." Jawab Syakila.

Alza tersenyum bahagia mendengar itu tapi berbeda degan wajah Syakila yang terlihat tidak bersemangat.

"Kenapa wajahnya gak semangat? Bukannya bagus cowok itu mau tanggung jawab sama lo?"

"Iya gue seneng, Za. Tapi, gue takut. Gue takut ketemu sama orangtuanya. Gue...belum siap."

"Gue takut nanti orangtuanya mandang gue bukan cewek baik-baik dan kita gak di restui. Gak papa kalo mereka gak suka sama gue tapi anak gue butuh sosok Ayah, Za." Syakila mulai menangis.

Dari kemarin-kemarin gadis itu selalu memikirkan tentang hal ini. Tentang respon kedua orangtua dari ayah anaknya nanti kalau mereka memberitahukan.

Syakila tidak takut jika dia dibenci oleh orang-orang tapi, yang Syakila takutkan anaknya yang juga ikut dibenci karena hasil dari hubungan tanpa pernikahan.

Syakila takut anaknya di cap anak haram oleh Kakek dan Neneknya sendiri.

Alza mendekat ke Syakila dan langsung memeluknya. Gadis itu mengusap-usapkan punggung Syakila dengan lembut.

"Denger, La. Apapun yang terjadi lo memang harus siap. Kayak yang lo bilang tadi, kalo anak lo butuh sosok Ayah. Gue yakin cowok lo itu orang baik karena dia mau tanggung jawab, ya walaupun brengsek udah ngambil mahkota sahabat gue tapi, kita gak bisa nyalahin dia juga kalo lo berdua ngelakuin itu sama-sama mau." Alza melepaskan pelukannya dan mengambil kedua tangan Syakila agar sahabatnya itu menatapnya.

"Jadi, sekarang siap gak siap, lo harus siap demi anak lo. Tentang perkataan orang-orang lo gak usah perduliin. Cukup lo perduliin diri lo sendiri sama anak lo ini, oke, La?"

Alza masih tersenyum menunggu respon dari Syakila.

"Iya, makasih ya Aza. Gue gak tau harus bales kebaikan lo kayak gimana lagi. Mungkin kalo enggak ada lo di sisi gue, gue udah nyerah sama dunia." Ungkap Syakia jujur yang selama ini ia pendam.

Love it SecretlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang