Part 18 Markas

13 1 0
                                    

" Amarah-amarah itu meluap tanpa pikir panjang, tanpa memikirkan perasaanku sekalipun, suara pembelaan itu sangat nyaring di gendang telingaku, bahkan berisiknya lalu lalang jalan pun kalah oleh suara pembelaan itu. "





arka banyak sekali perubahannya semenjak ia masuk ke salah satu universitas di kota ini, aku mengerti Ketika orang kuliah akan sibuk dan keteteran oleh tugas tugasnya, dan juga pergaulan teman teman yang sangat individual sampai yang solidaritasnya tinggi. Aku tahu bagaimana arka, ia tidak suka bergaul dengan siapapun.

Kita bertemu di salah satu caffe shop di jalan cipto dengan menikmati senja yang mulai muncul sore itu. Senja dan arka adalah perpaduan yang sangat indah kala itu.

Aku terduduk berhadapan dengan arka, arka memesan segelas minuman bersoda dengan ice cream diatas minumannya, lalu aku di temani segelas leachy tea. Kita berbincang banyak hal sampai ada beberapa notif masuk di gawai arka dan itu membuat netraku tersita. Aku memandangnya dengan menelisik meminta penjelasan.

“ sayang ini bukan apa apa, Cuma grup biasa kok, kamu gausah curiga gitu” ucapnya dengan sangat lembut.

Bukan kinara Namanya kalo tidak rese, aku langsung merebut gawai miliknya yang sedang ia pegang erat erat. Aku membaca beberapa roomchat ia dengan perempuan, oke aku ulangin lagi dengan perempuan ya. Haha arka, kali ini kamu membuatku kehilangan kepercayaan lagi.

Nurani ku sesak seperti di tusuk ribuan jarum, netraku meminta lebih banyak penjelasan lagi. Aku diem seribu kata karena kebingungan harus bagaimana lagi aku menghadapi arka yang seperti ini? Berkali kali ia membuatku kehilangan kepercayaan dengan bermain bersama perempuan.

Tapi yang keluar dari mulutnya bukan lagi diksi diksi indah ataupun kalimat yang menenangkan ku, ia marah, tidak terima jika aku marah padanya. Kita langsung meninggalkan caffe shop tersebut, lalu melanjutkan perjalanan menuju pulang.

" Bisa ga gausah buka buka gawai orang na itu privasi "

" Kamu apaan sih suudzonin aku terus"

" Kamu bangsat banget sih kinara "

" Aku ga suka ya kamu kaya tadi "

" Arrrgh kinara anjing room chat gue itu ga kaya apa yang lo liat "

" Mulai nanti lo gausah buka-buka gawai gue lagi kinara, ingat itu "

" Bajingan "

Sepanjang perjalanan yang memakan waktu kurang lebih satu jam, aku di marahi habis habisan , arka apakah kamu sudah kehilangan kesadaran ? apakah kamu melupakan semua omongan bijakmu yang kau tulis di dalam diksi itu ?

Yang terlintas di dalam amygdalaku saat itu adalah : Banyak orang yang pintar teori tapi tidak bisa memperaktikannya. Begitu pula dengan arka, arka pintar bermain kata tapi ia tidak bisa menerapkan di dalam kehidupannya sendiri. Semua yang ia bicarakan di dalam diksinya adalah omong kosong.

Katanya ia ingin jika doa doa ku masih tetap untuk arka, dan juga menciptakan ruang realitas doa paling setia di antara gemerlap bintang bintang di luar sana. Arka asal kamu tahu pada hari itu, yang setia mendoakanmu di antara gemerlap bintang hanya aku, kamu lagi lagi mendoakan perempuan lain. Harus sampai kapan aku begini ?

Di dalam amygdalaku bertanya dengan pertanyaan yang sama, apakah kamu benar benar mencintaiku atau membunuh mentalku secara perlahan ? Aku muak arka dengan segala permainan yang kamu buat.














Jangan lupa kasih bintang dan komen ya bestie bestie ku, vote dan komen kalian sangat berarti bagiku. Selamat menikmati, selamat membaca, semoga kalian suka ya.
Kalian bisa bersapa langsung denganku melalui instagram : @farahtaufiq30 / @farfalla.30
dan juga bisa bergabung di dalam channel telegram farfalla.30

sayang kalian banyak banyak 🥰



Journey To Recovery (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang