Part 22 Hancur

19 1 0
                                    

keluh kesah resah.
bertumpuk tumpuk setiap saat, kita belum menemukan hal hal yang mengasikan lagi didalamnya.
yang ada hanyalah kabar sudah makan kah? kau sedang apa?
pertanyaan yang penuh resah dari sang terkasih.
Mau sampai kapan seperti ini?
kadang aku bertanya tanya? sudah pantas kah aku menjadi rumah untuk orang lain, disaat isi kepalaku saja dipenuhi kacau, hancur, resah. kekasih.
















Aku menulis diksi di atas lalu mengirim ke arkanata, kira-kira seperti itulah yang aku rasakan sekarang. Setelah sekian banyak tengkar kita bukan semakin dekat ataupun erat tetapi semakin menganga, sukma ku berhasil di obrak-abrik, pemikiran ku berhasil dibuat overthingking setiap-hari.
Arkanata si lelaki penuh kejutan, kejutan yang ia berikan ternyata bukan diksi-diksi yang indah tetapi rasa sakit yang bisa kapan saja ia berikan untuk kinara. Satu notif masuk di gawaiku :

Arkanata : Bagus, kamu lagi ngerasain itu ya aku bukannya engga tau nana.

Notif selanjutnya disusul dengan panggilan video call masuk, aku tolak aku balas melalui pesan :

Me to arkanata : hehe, aku lagi main arka maaf ya ga bilang, tiba tiba di jemput ini.

Arknata : iya na, aku mau nge game mau sambil nelfon kah?

Me to arkanata : Nanti aja arka, aku mau download drakor dulu ya. Kamu nge game aja gakpapa.

Arkanata : iyaudah

Satu pesan juga masuk di dalam gawaiku dengan nama tertera

Captain : Kinara ini abang udah sampe rumah kamu, baru sampai  banget

Me to captain : oh iya abang, istirahat atuh.

Aku lupa menceritakan jika saat ini aku sedang dekat dengan salah satu prajurit negara, entalah ini perasaanku atau diapun merasakan hal yang sama. Ada beberapa yang masih junior yang tinggal di rumahku, ketika sedang menonton YouTube dihalaman rumahku sambil menemani adeku bermain, ada satu yang netranya selalu tertuju untukku, ia tak banyak berbicara, mulutnya tertutup rapat-rapat. Ketika aku melewati bpa-bpa Tni yang sedang asyik ngobrol aku di panggil sama salah satu bpak Tni itu, namanya pak gibran.

" Teteh, teteh tuh masih sekolah yah? "

" Hehe iya bpa ini baru kelas dua belas"

" Ih atuh masih muda ya, nanti kalo kuliah mau lanjut dimana? "

" Hehe masih bingung pa, tapi kalo jurusan insya allah mau ambil perawat atau bidan "

Kita berbincang banyak hal mengenai masa depan, perjalanan-perjalan pak gibran saat memasuki Tni dan juga banyak hal lainnya sampai pemeran utama datang, netranya masih tertuju untukku. Pak gibran kembali berbicara

" Nah ini baskara teh, ini mah masih bujang pantes lah ama teteh mah "

" Iya atuh pantes apalagi tetehnya mau masuk kesehatan, udah ama baskara aja teh saya mah dukung " ucap bpa-bpa yang sedang duduk di bangku pojok kiri, aku ngga tau namanya siapa tapi ia selalu di panggil komandan oleh yang lainnya. Mukanya memang sudah lumayan terlihat tua. Aku cuman senyam-senyum saja, tapi jujur hatiku saat ini teriak kesenangan.

Journey To Recovery (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang