5

23 3 0
                                    

Wanita itu terduduk dengan wajah depresi. Korek gas, tak pernah terlepas sedikitpun dari tangan kanannya. Kedua bola matanya bergerak pelan, saat bocah perempuan di hadapannya memanggil dengan suara polosnya.

Namun suara teriakan histeris dari salah satu kamar di rumahnya itulah, yang membuat pikirannya kembali bergejolak.

Dengan hati dan keyakinannya yang tak bisa diubah lagi, dia bangkit menuju dapur. Diraihnya sebuah jerigen berisi penuh bensin.

Di tuang bensin itu ke seluruh penjuru rumahnya. Jika hanya ini satu-satunya jalan untuk mengakhiri semua masalah dalam hidupnya. Maka ia pun akan melakukannya. Termasuk jika harus menyeret serta cucu kesayangannya yang baru kemarin merayakan ulang tahunnya yang ke-4.

Bocah itu masih terduduk di salah satu kursi makan, sambil terus memperhatikannya. Namun saat dia akan mengguyur tubuh mungil itu dengan bensin, sekujur tubuhnya bergetar hebat.

Cucunya itu mengambil serbet, berdiri pada kursi makan, kemudian mengelap mukanya yang basah.

"Kalau habis mandi, nenek harus handukan dulu..."

Jerigen dari tangannya, tiba-tiba terlempar. Kedua matanya kontan terbelalak. Terlebih saat dia melihat sesosok wanita tua yang tengah berdiri di ujung lain meja makannya.

"Tidakkah kamu bisa bersabar, sedikit lagi saja..?" Wanita tua itu berbicara sambil mengetukkan sekali tongkat kayunya.

Hanya dalam sekejap, bau bensin yang menguar kuat di seluruh penjuru rumahnya, sudah berganti dengan aroma harum dan segar bunga serta pepohonan.

"Assalamualaikum, Ellyanti.."

Wanita yang umurnya sudah separuh abad lebih itu, tersentak mendengarnya.

Kucing dengan bulu abu-abunya yang seperti karpet itu, mengelilingi kaki si bocah dengan manjanya.

Wanita tua itu meraih tangan kanan wanita tinggi di hadapannya.

"Dia tidaklah secepat itu mengabulkan doa-doa yang kau panjatkan. Ketahuilah, suara doa yang kau panjatkan dalam setiap sujudmu itulah, yang mampu mengguncangkan langit. Dan Allah SWT, tidak akan pernah menurunkan cobaan di luar batas kemampuan setiap hamba-Nya.."

"Ibu..."

Suara lirih itu, meski terdengar pelan namun dia tentu sangat mengenalinya.

Dia lantas menoleh. Dari kamar anak perempuannya itulah, dia mendapati anak perempuannya sedang berdiri, sambil tersenyum tipis padanya.

"Ibu..."

"No --- va...?"

Bocah kecil itu tampak ketakutan, saat melihat wanita yang telah melahirkannya ke dunia ini, mendekatinya.

"Kamu tidak perlu lagi takut dengannya, cucuku. Bukankah kamu sendiri yang telah memilihnya..? Dia, wanita yang telah berjuang kuat untuk melahirkanmu ke dunia ini.."

Ketiga wanita berbeda generasi itupun berpelukkan, dengan air mata bahagia yang terus membasahi pipi masing-masing.

"Dengan izin Allah, aku meminta bantuan kalian untuk merapihkan kembali seluruh ruangan dalam rumah ini..." Ucap wanita tua itu, sambil mengetukkan tongkat kayunya.

Life AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang