"Selamat pagi.." Ridwan menyapa kedua dokter muda yang sedang menyeruput kopi panas di hadapannya.
Dokter wanita dengan kacamata bulatnya itu, seketika bangun sambil mengelapkan kedua telapak tangan pada jubah dokternya.
"Pagi. Ada yang bisa saya bantu..?"
"Maaf, saya ingin menitipkan ini.."
Dokter wanita itu mengerenyitkan dahi. "Untuk...?"
"Dokter Samudera."
"Dokter Sam..?" Rekannya ikut berdiri. "Hari ini Dokter Sam sedang libur. Baru semalam Dokter Sam, selesai melakukan operasi besar.."
"Kalau begitu, saya permisi. Selamat pagi." Dengan terburu-buru Ridwan meninggalkan keduanya.
"Dokter Lilia.." Rekannya seketika menegur, saat dokter wanita itu hendak membuka kotak hitam sebesar kotak jam tangan tersebut. "Kamu ini selalu saja begitu.."
"Ya ampun, Dokter Eki..." Lilia memutar bola matanya. "Sebagai dokter kita ini harus selalu waspada dengan orang asing. Apalagi pria tampan tadi memberikan barang mencurigakan seperti ini.."
Seorang dokter muda lain, datang menghampiri. Wajahnya terlihat lusuh, dengan kantung matanya yang terlihat jelas.
"Lagi-lagi dua pasien anak dinyatakan sembuh tanpa sebab.." Ujarnya sambil memijat dahinya.
"Bukannya bagus begitu?" Timpal Lilia.
"Bagus?" Eki tersenyum sinis. "Bisa-bisa pendapatan rumah sakit ini menurun drastis. Dan imbasnya...?"
Tanpa berkata apa-apa, Malik -- dokter yang usianya paling tua diantara kedua rekannya itu, langsung menyambar kotak hitam yang ada di hadapannya.
Begitu dia membukanya, seketika itu matanya terbelalak.
"Gila! Ini ---"
Kedua rekannya itu ikutan melihat. Mereka pun sama terkejutnya, sampai-sampai ketiganya sampai tak bisa berkata-kata lagi.
"Ini beneran logam mulia?" Lilia menelan ludah.
"Permata --- mungkinkah ini asli..?" Eki mengambil sebuah permata kecil dengan warna hijaunya yang berkilauan indah.
"Tunggu!" Lilia meletakkan kembali sebatang logam mulia dengan berat seratus gram tersebut. Dia pun meraih amplop yang diserahkan bersamaan dengan kotak hitam itu. "Untuk Dokter Samudera..." Lilia sejenak terpana dengan tulisan tangan yang menurutnya sangat indah itu. "Aku ingin meminta bantuan Dokter Samudera, beserta dokter-dokter lainnya. Pergunakanlah emas serta permata yang kuberikan, untuk mengobati seluruh korban..."
"Korban..." Eki menerawang.
"Memangnya habis ada kejadian apa..?" Lilia menatap kedua rekannya.
"Saya akan menghubungi Dokter Samudera.." Malik pun coba untuk menghubungi seniornya. "Dokter Samudera...? Begini Dokter ---"
"Hah? Kenapa? Apa yang dikatakan Dokter Samudera?" Lilia tentu saja keheranan, melihat reaksi rekannya.
Malik mengangkat bahu. "Entahlah. Langsung diputus.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Life After
Mystery / ThrillerDia tak pernah berhenti bersinar, meski pekat menyelubunginya... Dia hanyalah manusia biasa, namun lihat betapa alam sangat mengasihinya... Ketika helai rambut terakhirnya berubah memutih... disaat itulah sang waktu kembali menjemputnya... Bukankah...