Ada pemandangan tak biasa yang terjadi di SMA Andalas pagi ini. Betapa tidak, bahwa sesuatu yang terjadi di luar akal sehat itu, sudah mengundang kerumunan siswa dan seluruh tenaga pengajar yang ada di sekolah swasta tersebut.
"Bukankah itu edelweiss...?"
"Ta -- tapi, bagaimana mungkin mereka bisa tumbuh sesubur itu disini..?"
"Ini Jakarta! Sedangkan tumbuhan itu tidak mungkin bisa tumbuh di tempat dengan suhu tinggi.."
"Anak-anak, tolong jangan ada yang menyentuh, apalagi sampai merusaknya.." Perintah Ellyanti. Bahkan dia sudah memasang sebuah tanda larangan di sekitar hamparan edelweiss yang sedang bermekaran dengan sangat cantik itu.
"Kemarin saja belum ada..." Uta sampai takjub memperhatikan bunga indah yang hanya bisa tumbuh di dataran tinggi pegunungan itu.
Sekawanan burung yang jumlahnya mencapai puluhan, berhinggapan dimana-mana. Mulai dari ring basket, tiang bendera, tepian balkon lorong kelas, hingga di setiap dahan kedua pohon beringin besar yang seluruh daunnya telah tumbuh subur kembali, di halaman sekolah tersebut.
Burung-burung itu terus berkicau riang. Seolah mereka sedang menunggu kedatangan seseoranga, yang sangat spesial dan berharga.
Widya masih larut dalam lamunannya. Dari sekian puluh sekolah yang didatanginya, memang hanya sekolah inilah yang kelihatan sangat seram, dan terlihat seperti bangunan tua yang terbengkalai.
Hanya saja menurutnya, cuma di sekolah inilah dia sama sekali tidak melihat satu pun penampakkan makhluk astral, yang dimana makhluk-makhluk itu selalu berbuat usil, hingga mengganggunya.
'Sekarang kamu paham, kenapa dia sangat istimewa..'
Meskipun mendengar suara itu, namun Widya tak langsung menoleh pada sosok cowok transparan dengan seragam sekolah, yang berdiri tepat di sisi kirinya.
'Dia yang tak bisa terlihat oleh mereka -- termasuk aku, karena sinar terangnya yang bisa langsung membakar habis, setiap makhluk dari dunia lain yang melihatnya..'
"Selamat pa ---" Fatan yang baru saja tiba, mendadak terbelalak melihat hamparan edelweiss cantik di hadapannya. "Aku pernah melihatnya..!" Dia menelan ludah. "Hamparan edelweiss cantik yang tumbuh subur di halaman rumah kakak itu..!"
"Mulai lagi..." Julian memutar kedua bola matanya. "Apa sih, mentang-mentang cucu mantan presiden, jadi sok paling iya..!?"
"Memangnya kamu tahu, dimana rumahnya...?" Tanya Uta penasaran.
Fatan menggeleng. "Aku hanya tahu, kalau rumahnya itu dilindungi oleh sesuatu -- hingga tidak bisa terlihat oleh manusia biasa.."
"Ngawur.."
"Kecuali mereka yang diajak langsung olehnya. Entah para pendaki yang sedang tersesat, atau mereka yang pernah diselamatkannya dari kematian.."
Beberapa dari mereka, tampak tersentak mendengar apa yang dikatakan oleh Fatan. Hanya saja, mereka tak cukup kuasa untuk mengatakan sepatah katapun.
"Alhamdulillah, mereka sudah tumbuh..."
Suara yang terdengar barusan, lantas membuat mereka semua menoleh. Mencari-mencari dimanakah sosok si pemilik suara itu berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life After
Mystery / ThrillerDia tak pernah berhenti bersinar, meski pekat menyelubunginya... Dia hanyalah manusia biasa, namun lihat betapa alam sangat mengasihinya... Ketika helai rambut terakhirnya berubah memutih... disaat itulah sang waktu kembali menjemputnya... Bukankah...