Kelima remaja itu, akhirnya memutuskan untuk menyerah. Setelah terus berjalan tak tentu arah, sementara persediaan makanan dan minuman pun, sudah tidak mereka miliki lagi.
Langit berubah gelap. Kilat menyambar, disertai suaranya yang bergemuruh. Angin pun bertiup kencang. Bahkan saking kencangnya, seolah ikut membuat pohon-pohon tercabut hingga akarnya.
Hanya dengan memakai jas hujan plastik murahan, kelima remaja itu berlindung di sebuah gubuk tua, yang sebagian dindingnya terbuat dari jerami yang sudah lapuk, karena dimakan usia.
Reza mengeluarkan sebatang cokelat dari jaketnya. Hanya itu satu-satunya makanan yang masih dimilikinya. Dia potek cokelat itu, menjadi beberapa potongan kecil. Kemudian dia bagi rata kepada teman-teman, dan juga adiknya.
"Setidaknya, kita tidak kehujanan disini..." Reza coba untuk menguatkan.
Hujan memang sempat mereda. Namun setelahnya, hujan yang turun benar-benar seperti badai yang sedang mengamuk.
Air yang tadinya tidak sampai masuk, kini membuat mereka benar-benar kebasahan. Mereka ingin menangis, tapi tentu saja itu tidak ada gunanya. Jadi yang mereka lakukan hanyalah, duduk melingkar dengan saling merangkul satu sama lain.
Berharap bahwa keajaiban itu ada...
Reza tersentak. Kedua matanya membuka lebar. Dilihatnya, ketiga teman, beserta adik perempuannya, sedang tertidur pulas, dengan posisi meringkuk.
"Allahu Akbar..."
Dengan rasa kantuk yang masih menguasai, samar-samar Reza melihat ada seseorang yang sedang berdiri tak jauh dari rombongannya.
"Sami'allahu liman hamidah..."
Reza menguap, sambil mengucek kedua matanya. Sekali lagi, dia lihat sosok itu, hanya untuk sekedar memastikan, kalau dia sedang berhalusinasi.
"Mas Reza..."
"Sofya...?"
Adik perempuannya mendekat, dengan sangat berhati-hati. Tampak sekali dari raut wajahnya, yang sedang ketakutan.
"Dora, bangun..."
"Sebentar lagi, Sofya. Kakiku masih pegal..."
"Dora..!"
"Za, setan..." Ucap cowok bertopi putih itu dengan suara menggigil.
Setelah selesai sholat, dan berdoa, sosok itu lantas menoleh pada Reza dan teman-temannya.
"Assalamualaikum. Maaf, kalau suaraku membuat kalian terbangun.."
Seekor kucing berbulu-bulu abu-abu, melompat dari arah belakang kelima remaja tersebut.
"Grey yang memberitahu, kalau kalian ada disini."
"Kamu --"
Sosok itu bangkit. Tentu saja kedua kakinya masih menapak tanah. Hanya saja, kenapa sosok itu hanya mengenakan kaos tipis, dan celana training seadanya...?
"Ini kan gunung, mas. Apa dia tidak merasa kedinginan...?" Sofya mendesis.
"Sebentar lagi sudah masuk waktu subuh. Bagaimana kalau kalian mampir sebentar, baru setelahnya kalian bisa kembali melanjutkan perjalanan...?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Life After
Mystery / ThrillerDia tak pernah berhenti bersinar, meski pekat menyelubunginya... Dia hanyalah manusia biasa, namun lihat betapa alam sangat mengasihinya... Ketika helai rambut terakhirnya berubah memutih... disaat itulah sang waktu kembali menjemputnya... Bukankah...