11

1 0 0
                                    

"Kira-kira Den Elgi ada perlu apa ya, sampai meminta kita semua berkumpul pagi ini..?"

"Saya nggak tahu. Tapi, semalaman saya jadi nggak bisa tidur..."

"Semoga saja bukan sesuatu yang buruk, yang akan disampaikan. Apalagi sekarang Pak Damar sudah resmi jadi presiden pengganti..."

"Sudah-sudah.." Si mbok memotong. "Kalau kalian tidak tahu apa-apa, lebih baik diam..."

"Tapi mbok, mbok ingat nggak saat Den Elgi bilang kalau Pak Damar akan menjadi orang nomer satu di negara ini...?"

"Ohh, iya-iya. Saya ingat.."

"Saya pikir, waktu itu Den El hanya bercanda..."

Ada sekitar 18 orang yang berkumpul di ruang makan pagi ini. Bahkan Elgi sudah jauh-jauh hari meminta semua orang yang bekerja di rumahnya itu untuk berkumpul pada pagi ini.

"Assalamualaikum. Selamat pagi, semuanya..." Yang ditunggu pun, akhirnya muncul juga.

"Waalaikumsalam, Den El.." Jawab mereka.

Si mbok menarik satu kursi makan, untuk mempersilahkan majikannya itu duduk. Namun Elgi cepat-cepat mencegahnya. Bahkan Elgi meminta orang yang umurnya sudah berkepala enam itu, untuk tetap duduk di kursinya.

"Akhirnya Den El bisa bersekolah juga.." Si mbok antara tersenyum, dan juga sedih. "Rumah ini akan semakin sepi..."

Elgi hanya tersenyum simpul menanggapi perkataan orang tua sepuh itu.

"Sebelumnya aku ucapkan terima kasih, karena kalian sudah bersedia untuk memenuhi panggilanku pagi ini." Elgi mengeluarkan sejumlah amplop berwarna cokelat muda, dari dalam tas ranselnya.

Tentu saja hal ini, membuat mereka saling bertukar tatapan. Tak sedikit diantara mereka beranggapan, bahwa mereka akan dipecat pagi ini juga.

"Ada yang ingin aku tanyakan, tapi aku mohon dengan sangat, agar kalian menjawabnya dengan jujur. Tanpa ada yang ditutupi..." Elgi menatap satu persatu orang dewasa di hadapannya. "Apakah aku punya janji kepada kalian, yang belum aku penuhi..?"

Miaaww...

Tidak seperti Grey yang duduk manis di dekat kaki Elgi, si Putih malah duduk di atas meja makan, sambil memperhatikan orang-orang itu dengan tatapannya yang angkuh.

"Aku ini juga manusia, yang tak luput dari kelupaan. Jadi tolong katakan saja..."

"Tidak ada, den." Si mbok yang menjawab pertama. "Tapi, mbok tidak tahu kalau yang lainnya."

"Tidak ada, den."

"Iya, den. Tidak ada."

"Baiklah kalau begitu." Elgi menghela pelan. "Ada sesuatu hal yang akan kusampaikan. Tapi sebelumnya, aku minta kepada kalian untuk tidak memberitahukannya kepada Mas Raihan, terlebih lagi Mas Damar.."

"Apa saya akan dipecat, den..?"

"Ssuushh, kamu diam saja dulu.." Si mbok sampai melotot kepada salah satu rekannya.

Life AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang