"Adit! Tunggu," Teriak Cinta pada Adit yang baru saja melangkahkan kaki menuju lapangan.
Adit menoleh, mendapati gadis yang belakangan ini menggangu tidur malamnya, berjalan mendekati. Lagi dan lagi, detak jantungnya berkerja lebih cepat. Terlebih ketika melihat gadis itu mengenakan turtleneck lengan panjang berwarna merah marun, dipadukan dengan kulot hitam yang membuat dirinya semakin tampak langsing dan jenjang. Membuat Adit makin kacau dan meyakini malam ini ia akan sulit terpejam.
"Kejadian kan, apa yang gue bilang tadi!" Cinta berhenti persis di hadapan Adit yang masih memandangnya tak berkedip.
"Heh, woi. Lo kenapa? Adit! Jangan bercanda. Lo gak lagi kesurupan kan? Woi" Cinta melambai-lambaikan jemarinya.
Tersadar, Adit menghela napas sambil mengusap wajah.
"Ngapain lo manggil-manggil gue. Udah gak ngambek?" Adit melanjutkan langkahnya menuju lapangan, disusul Cinta dengan kejaran.
"Pelan-pelan jalannya, Dit. Lo jangan mengalihkan obrolan deh, tadi lo abis ngapain sama Sheila. PDKT? Lo lupa? Profesional bos." Cinta memburu.
"Apaan sih, Sheila terus." Adit menghindar.
"Tadi kan lo ngobrol lama sama Sheila, jangan di kira gue gak liat!"
"Ya orang ngobrol emang gak boleh?"
"Gak boleh kalo bukan urusan LDKS."
"Posesif. Lo emang siapa larang-larang gue?" Adit berucap asal. Ah, andai saja Cinta tahu betapa perasaannya mengacau begitu buruk malam ini.
Cinta menarik lengan Adit, langkah terhenti, mereka saling menatap.
"Gue siapa? Ya gue Cinta. Cinta Emmyra. Gue cuma mau mengulang kata-kata lo tadi sore ke gue soal profesional. Sampe di sini paham?"
Adit menarik tangannya agar terlepas dari pegangan Cinta, "gak usah di ingetin gue juga tau."
"Kalo lo tau, ngapain lo masih ngobrol sama Sheila berduaan malem-malem? PDKT pasti," tuduh Cinta.
"Apa bedanya sama kita saat ini? Ini kita juga berduaan malem-malem kan? Lo cemburu, sama Sheila?" Adit menatap lekat mata bening Cinta, andai saja gadis di hadapannya itu bisa membaca apa yang diucapkan hati lewat mata.
"Hello... Cemburu? Gak ada tuduhan yang lebih keren?" Cinta protes.
"Udah jangan banyak omong, cepetan kita ke lapangan." Adit melanjutkan langkahnya, Cinta mengikuti.
"Awas ya, kalau sampe.." belum usai Cinta berucap, Adit memberhentikan langkah berbalik menghadap Cinta.
Saling terkejut, napas Cinta tercekat karena gugup, sekali lagi Adit mengawasi mata indah di hadapannya "kalau sampe apa? Gue gak pernah menaruh perasaan apa pun ke Sheila, Nyit. Lo kan sahabat gue, masa lo gak bisa liat? Seperti gue melihat cinta di mata lo untuk Zaky."
Gugup, Cinta lalu meninggalkan Adit. Meninggalkan semua perasaan yang tak pernah ia tahu kebenarannya.
Gue emang gak pernah tahu, apakah lo cemburu beneran atau enggak sama gue dan Sheila, Nyit. Yang lo harus tahu, gue cemburu tiap kali lo bahas Zaky.
🌻🌻🌻
Mentari mulai naik, setelah senam bersama, semua peserta wajib mengikuti kegiatan outbound di hari kedua ini. Tidak terkecuali para panpel pun diwajibkan ikut, sebab kegiatan outbound sudah memiliki tim pelaksana tersendiri.
Pembentukan tim diadakan dengan kocokan nomor urut. Setiap tim beranggotakan lima orang.
"Dit, lo satu tim sama siapa? Nomor urut lo brp?" Cinta merebut nomor urut yang ada di tangan Adit.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAHASIA HATI (Prequel of "Cinta Bidadari")
Teen FictionMasih dengan tokoh utama yang sama, yang ada di Novel Cinta Bidadari yang sedang proses cetak buku fisik. . . Mengisahkan Persahabatan anak SMA yang di dalamnya terdapat perasaan-perasaan tak sampai yang hanya terpendam dalam hati. Dan semuanya ber...