11. Persaingan

11 3 15
                                    

Hari pertama yang melelahkan. Padahal kegiatan hari ini hanya latihan baris berbaris dan mencari jejak. Tapi rasanya semua tenaga tengah habis terforsir. Jadwal bebas saat ini menjadi salah satu waktu yang benar-benar dipergunakan untuk beristirahat, sebelum nanti pukul 20.00 Wib diisi dengan acara api unggun pertama.

"Panpel acara di mana, Dit? Kayu bakar udah aman semua kan untuk api unggun nanti?" Cinta menghampiri Adit yang tengah sibuk mengontrol panpel konsumsi di dapur umum.

"Aman kayanya, coba lo cek di samping kiri wisma, harusnya kayu bakar disimpan di situ sih. Gue lagi tanggung nih, bantu anak-anak siapin makan malam."

Kemudian datang Zaky yang berhasil menguping obrolan mereka, "gue temenin, Ta." Katanya menawarkan bantuan pada Cinta. Tentu saja hal itu membuat Cinta mendadak terkesiap dan bahagia luar biasa.

"Yes... Peluang besar Cinta, jangan di sia-siain"

"Eh, em.. ya udah, yuk." Kegugupan menyelimutinya.

Menyaksikan itu, tentu tak dibiarkan begitu saja oleh Adit. Dengan sigap iya meminta teman yang lain untuk menggantikan pekerjaannya, kemudian menghadang perjalanan sang sahabat.

"Tunggu, Nyit. Gue mau minta tolong Zaky ambil stok makanan di tenda logistik. Tolong ya, bro. Kaleng kerupuk sama telur tolong bawa ke sini. Biar Cinta gue yang temenin."

Tentu saja Zaky keberatan, namun ia merasa perlu mengontrol emosinya di hadapan Cinta, Zaky pun mengiyakan permintaan Adit. "Oh, gitu. Ya udah, sorry ya, Ta. Gue ke tenda logistik dulu." Zaky pamit meninggalkan mereka berdua.

Cinta yang tampak kesal membulatkan kedua bola matanya pada Adit. "Apa-apaan sih lo, Dit. Jahat banget jadi orang!"

"Jahat apaan? Udah ayo cek kayu bakar." Adit acuh sementara Cinta makin geram padanya. Cinta menarik lengan sahabatnya itu lalu protes.

"Lo tuh nyebelin banget tau gak!"

"Gak!" Jawab Adit cepat.

"Zaky udah mau nemenin gue kenapa lo suruh dia ngerjain yang lain sih!"

"Kan lo yang bilang, dia di sini untuk back up kita, ya udah biarin aja, Nyit. Kan kita bagi tugas."

"Lo sendiri tadi yang nyuruh gue cek sendirian, kenapa tiba-tiba sok kebaikan nemenin gue. Serius deh, lo tuh nyebelin banget!" Cinta sebal sendiri dibuatnya.

"Inget... Profesional dalam bekerja, jangan modus-modus lo!" Bak Pak Darwin, Adit mengingatkan Cinta. Padahal dalam hatinya iya pun menyesali perbuatannya kali ini karena ketidak-profesional-an nya.

"Awas ya kalo sampai gue liat lo modus deketin Sheila, gue pantau lo 24 jam."

"Apa hubungannya sama Sheila?"

"Jangan pura-pura bego, lo pikir gue gak tau, lo ehem-ehem kan sama dia?"

"Ehem apaan? Dia siapa? Ngaco nih anak. Kayanya semenjak terobsesi sama Bang Jek, cara berpikir lo mulai berantakan nih, Nyit." Adit mengacak-acak rambut Cinta tanpa permisi, sekali lagi, hal itu refleks ia lakukan dan berakhir penyesalan karena menghadirkan perasaan lain di hatinya. Desiran darah yang mengalir memanas, rasanya ingin terus seperti itu namun logikanya melarang.

"Sembarangan terobsesi. Jaga tuh mulut!" Cinta kesal mendengar ucapan Adit barusan, ia mempercepat laju jalan dan sialnya malah tersungkur ke tanah.

"Nah, sakit kan. Makanya kalo kesal jalan tetap pakai mata, jangan pakai emosi." Adit membantu Cinta berdiri namun ditepisnya, Cinta ngambek.

__
Makan malam hampir usai, sebagian panpel tengah mempersiapkan api unggun yang sebentar lagi mulai dinyalakan. Adit, Angga, Bastian, Zaky dan beberapa panpel lelaki lainnya bergotong royong merapihkan batang kayu untuk dijadikan api unggun.

RAHASIA HATI (Prequel of "Cinta Bidadari")Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang