Usai dari makan bersama, Ibu Lestari tengah bersiap untuk pergi menghadiri undangan tetangga lamanya di komplek sebelah.
"Lho, Bu. Ibu mau kemana? Bukannya kita mau ke makam Ayah?" Adit memperhatikan sang Ibu yang sedang merapihkan baju gamisnya.
Bastian, Angga dan Satrio, sedang asik berbincang bersama Cinta, membahas rencana latihan Band mereka di rumah Bastian.
"Ibu lupa kasih tau kamu, hari ini Ibu ada undangan di rumah Bu Jati, gak enak kalau gak hadir, Ibu juga sudah janji dengan Ibu-Ibu yang lain. Ke makam nanti saja hari minggu ya, tunggu kamu libur." Jelas Bu Lestari pada putranya.
Memaklumi keperluan sang Ibu, Adit pun mempersilahkan Ibu Lestari pergi, "ya udah, hati-hati di jalan, Bu." Kemudian Adit menggapai punggung tangan sang Ibu tanda berpamitan.
Matanya melihat pergelangan tangan sang Ibu yang tampak manis dengan jam tangan baru hadiah pemberian Adit.
"Cie, jam tangan barunya dipakai nih, Bu," Adit menggoda."Iya, Ibu suka. Pintar kamu milihnya." Puji sang Ibu pada putranya. Memancing ke empat temannya turut mendengar dan menimpali.
"Hati-hati, Bu. Biasanya abis baik begitu, Adit ada maunya tuh, Bu. Modus baru, modus baru." Angga meneriaki.
"Sembarangan aja lo kalo ngomong, Ngga." Adit protes.
"Wah, bagus banget di pakai Ibu." Cinta turut mengomentari, merasa senang karena pilihannya itu sesuai dengan ekspektasi.
"Terima kasih, Cinta."
"Itu jam memang dia yang pilihkan, Bu." Adit terus terang pada Ibunya.
"Wah, pantas aja Ibu langsung suka. Coba kalau kamu yang pilihkan, belum tentu deh." Ibu bergurau, disambut gelak tawa riuh.
"Ibu gue sendiri gak se-frekuensi nih, gimana nih!" Dengus Adit kesal sendiri.
"Ya sudah, Ibu pamit dulu. Kalian dilanjut aja. Nanti kalau sudah mau pergi, pintu dikunci aja ya. Adik kamu pulang sore, katanya ada les tambahan di Sekolahnya. Ibu pegang kunci cadangan, jadi aman." Pesan Ibu pada Adit kemudian pergi.
🌻🌻🌻
"Nyit, lo mau pulang kapan?" Tanya Adit mengingat punya kewajiban harus mengantar Cinta kembali ke rumahnya.
"Gue diajakin Bastian ikut kalian nge-band. Gak papa kan kalau gue ikut?"
"Ya gak papa sih. Ya udah, gue ke kamar sebentar ya, mau salin baju." Pamit Adit pada keempat sahabatnya.
Usai berganti baju di kamar, matanya terpanggil oleh pemandangan buku catatan musik miliknya yang masih terbuka, bekas hasil bergadang tadi malam. Adit meraih kacamata, mengenakannya lalu mulai menyimak kembali, tulisan yang ia buat tadi malam.
Sambil duduk santai di 'kursi malas' miliknya, lama-lama matanya terasa begitu berat, mungkin efek kurang tidur tadi malam. Semakin berat, hingga ia tak sanggup lagi menahan. Akhirnya ia meraih ponsel di atas meja nakas, menyalakan alarm 30 menit ke depan. Tidur sebentar mungkin lebih baik agar nanti saat latihan band, ia kembali fresh. Toh, keempat sahabatnya sedang asik berbincang di depan, ia yakin mereka tidak akan keberatan bila di tinggal tidur sebentar saja.
Kembali meraih kursi malasnya, Adit bersandar dan mulai memejamkan mata. Pulas. Hingga ia lupa melepaskan kacamata yang dipakai.
Dalam alam bawah sadar, ia kembali menemui mimpinya.
__
Setelah hampir 30 menit berlalu, Adit tidak kembali ke luar kamar. Membuat Bastian yang usai kembali dari toilet berniat mengecek langsung ke kamar Adit.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAHASIA HATI (Prequel of "Cinta Bidadari")
Novela JuvenilMasih dengan tokoh utama yang sama, yang ada di Novel Cinta Bidadari yang sedang proses cetak buku fisik. . . Mengisahkan Persahabatan anak SMA yang di dalamnya terdapat perasaan-perasaan tak sampai yang hanya terpendam dalam hati. Dan semuanya ber...