2. Siswi Populer

19 4 11
                                    

Menjelang sore, waktu menunjukkan pukul 15.00 Wib. Cinta sudah standby di atas motor matic milik Adit, sedikit merapihkan rok Sekolahnya yang nampak naik.

"Dah siap belum, Nyit?" Adit menoleh ke arah boncengan.

"Panggil gue yang bagusan dikit gak bisa? Nyat-nyit-nyat-nyit. Nyokap gue kasih nama anaknya pake ritual tujuh sumur segala tau, enak banget lo panggil gue nyat-nyit-nyat-nyit!"

"Galak amat. Nyit-nyit panggilan spesial itu, dah gak usah protes. Udah siap belum nih, gue mau jalan."

"Dah, Aman. Kuy," balas Cinta mantab.

"Kay-kuy-kay-kuy, itu helm dipake dulu!"

"Ah, gak usah. Udah gak papa, kita kan gak lewat jalan besar, aman bestie."

"Pake sekarang atau kita gak jalan-jalan." Ucap Adit dengan penegasan.

"Ih, kolot. Lo jangan kaya bokap gue kenapa sih! Kita lewat jalan tikus aja kaya biasa, gak bakal ada polisi!" Cinta bersikeras.

Adit menarik pedal gas, lantas mengerem mendadak. Membuat tubuh Cinta tersentak karena kaget dan hampir terjatuh. Sontak cubitan kecil namun terasa pedas mendarat cepat pada lengan Adit, "lo sengaja mau bikin gue jatoh ya!" Cinta mendelik

"Cepetan pake itu helm, atau lo gue bikin jatoh beneran!" Ancaman Adit pun berhasil mengalahkan keras kepala sang ketua Osis.

Cinta memanyunkan bibirnya pertanda kesal namun tak bisa berbuat apa-apa selain menuruti keinginan Adit, "gue pake helm bukan karena nurut ya sama lo, catet!"

"Keras kepala!" Ucap Adit sambil tersenyum tipis, lalu mereka melaju pergi meninggalkan sekolah.

🌻🌻🌻

"Kok kita ke sini? Mau ngapain kita di Mall?" Cinta merapihkan rambut hitamnya menggunakan jari sebagai sisir serbaguna. Adit masih sibuk memarkirkan motor, "temenin gue sebentar, cari kado buat nyokap."

"Oh, kirain ... Eh, nyokap lo ultah kapan?"

"Besok. Kirain apa? Kirain mau gue ajak nonton ya?"

"Dih, terlalu percaya diri kisanak! Kalau pun gue di ajak nonton, minimal sama cowok yang lebih oke daripada lo lah."

"Siapa? Zaky?!" Langkah mereka terhenti. Sedetik, manik mata mereka saling bertemu. Cinta salah tingkah, bukan karena ditatap penuh curiga oleh Adit, tapi ia gugup setelah mendengar nama orang yang ia sukai disebut.

"Bener gak? Lo mau diajak ngedate sama bang Jek?" Adit mengulangi pertanyaannya.

"Kok jadi ngedate? Ya enggaklah. Udah deh, jangan sok jadi dukun yang nebak-nebak perasaan gue. Daripada lo gak gue temenin cari kado?" Cinta mulai galak.

"Haha, ngancem, Nyit? Emang lo yakin mau pulang sendiri? Gih." Usir Adit mendorong bahu Cinta ke arah pintu keluar Mall. Otomatis Cinta kembali menghadiahi Adit dengan cubitan pedas andalannya, "temen songong!"

Adit mengernyit, dan mereka pun berjalan menyusuri koridor Mall, memulai pencarian barang terbaik untuk dihadiahi pada sang Bunda.

Terkejut dengan apa yang disaksikannya, Adit menarik tas punggung Cinta agar turut memperhatikan apa yang baru saja dilihatnya, "liat tuh," dagu Adit dimajukan beberapa kali seolah memberi kode akan pemandangan di depannya.

"Sheilla, dia sama siapa? Gak mungkin bokap nya kan? Dia yatim beberapa bulan yang lalu kan?" Cinta bertanya pada orang yang salah.

"Mana gue tau. Om nya kali!" Jawab Adit asal

"Om nya?! Masa rangkulan gitu? Atau om-om?" Cinta jadi makin penasaran

"Hus. Bukan urusan kita, dah ayo. Kita ke tempat baju-baju aja kali ya?"

RAHASIA HATI (Prequel of "Cinta Bidadari")Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang