Cinta baru saja melepas kepergian Zaky dengan perasaan happy dan berbunga-bunga, karena berhasil nge-date bersama orang yang selama ini diam-diam ia kagumi ketampanannya. Usai memastikan bayangan Zaky menghilang di ujung tikungan komplek rumahnya, Cinta berjalan perlahan membuka pagar rumah yang belum terkunci. 'Aman, bunda belum kunci pagar' ucapnya tenang dalam hati sambil tersenyum lega.
Namun sedetik kemudian Cinta tersentak dengan sentuhan tangan yang memegang bahunya dari belakang. Hampir berteriak karena takut yang memegangnya adalah hantu komplek, dengan cepat si empunya tangan yang tadi memegang bahu buru-buru mendekap bibir Cinta rapat-rapat, sambil memberi isyarat agar Cinta tidak berteriak dan membuat kegaduhan di depan rumahnya sendiri. "Ssst, ini gue!" Kedatangan sosok Adit reflek membuat Cinta kini malah memberondongnya dengan cubitan andalan. "Shit! Gue pikir setan, tahunya lebih serem dari setan!" Ungkap Cinta spontan kemudian hatinya mendadak panik, jangan sampai Adit tahu kalau ia baru saja pulang nge-date dengan Zaky.
"Lo ngapain di sini?" Tanya Cinta menutupi kekhawatirannya.
"Gue yang harusnya tanya, lo abis ngapain sama Zaky?" Dibalas Adit dengan pertanyaan yang ia khawatirkan, tentu saja membuat Cinta makin kalang kabut ketakutan. Kebohongannya terbongkar sudah bila kejadiannya jadi seperti ini.
"Hah, Zaky?... Mana?... Oh, itu... Gue... Gue..." Cinta gugup, bingung dan kehabisan kata, apa yang harus ia katakan pada Adit? Kalau ia terus terang, Adit pasti akan marah. Tapi kalau ia membuat kebohongan lain, Adit pun tidak akan percaya. Huh, padahal Adit bukan orang yang spesial di hati Cinta, harusnya Cinta tidak perlu takut seperti itu padanya. Mungkin Cinta belum pernah berbohong, membuat hatinya jadi dihinggapi perasaan bersalah dan tidak percaya diri.
"Gue dari tadi lihat kalian berdua ngobrol sebelum Zaky pamit pulang. Jangan bohong sama gue, kalian abis dari mana!" Terang Adit lagi dengan intonasi mengancam.
Berusaha mengendalikan salah tingkahnya, Cinta menjawab asal, "kalo tadi lo udah lihat, ngapain harus tanya lagi?"
"Gue mau dengar dari mulut lo langsung, Nyit. Please, tadi siang di rumah Sheila lo bilang mau pergi sama Bunda 'kan? Kenapa jadi pergi sama Zaky? Lo bohong?" Adit terus saja menyudutkan Cinta.
Kemudian terdengar suara pintu utama dibuka, Bunda keluar dari rumah menghampiri putrinya bersama Adit yang terdengar kasak-kusuk di depan pagar rumah.
"Cinta, Adit, ngapain di situ? Kalau masih mau ngobrol, masuk ke dalam sini." Kata Bunda setengah berteriak sambil menghampiri keduanya.
'Aduh, Bunda ngapain harus ke luar segala sih! Kalau begini jadinya, gue bisa ketangkep basah bohongin dua orang ini, gara-gara Adit nih!' Cinta bermonolog, rasa khawatirnya kini bertambah menjadi dua ratus persen.
"Iya ini mau masuk kok, Bun. Bunda ngapain ke luar-luar sih, Bun. Udah malem kan nanti masuk angin lagi. Udah ayo masuk, masuk!" Desak Cinta menghadang sang Bunda agar tidak mengajak ngobrol Adit. Ia dorong-dorong tubuh sang Bunda dari belakang agar kembali ke dalam rumah.
"Ah, kamu apa-apaan sih, bunda kan cuma mau ngecek, ada suara apa kasak-kusuk di depan, tahunya kamu sama Adit sudah pulang. Trus Zaky nya mana? Dia gak ikut ke sini lagi?" Pertanyaan Bunda memperlengkap kepanikan Cinta. Dan tentu saja memancing Adit untuk sigap bertanya, "bunda kenal Zaky?"
"Iya kenal dong, tadi kan dia yang jemput Cinta pergi ke acara pembubaran panitia. Emangnya kamu gak tahu?" Spontan saja keterangan dari Bunda itu melahirkan tanda tanya besar dalam hati Adit. Adit teringat ucapan Zaky saat ia menguping obrolan Zaky dengan temannya di telepon, Shit! Hari ini Adit merasa kecolongan.
"Ya udah bunda masuk aja duluan deh, aku sama Adit mau ngobrol di teras depan aja, iya kan, Dit?!" Usir Cinta pada sang Bunda seraya mengedipkan satu matanya pada Adit mengajak berkolusi. Adit malah terpaku mendapat kedipan mata dari sang sahabat yang sampai saat ini masih terus menghantuinya dalam mimpi. Desiran panas seperti mengaliri seluruh peredaran darah di tubuhnya, perasaan berdebar yang sulit ia jelaskan kenapa belakangan hadir begitu kuat dalam hatinya.
"Woi, malah bengong!" Cinta menghentakkan lamunan Adit, usai menutup pintu rumah setelah berhasil meminta sang Bunda pergi meninggalkan mereka berdua di teras depan.
Adit segera menguasai diri, menuju bangku panjang dan duduk bersebelahan dengan Cinta.
"Lo mau minum gak? Sebentar gue ambil dulu ya." Kata Cinta bangkit dari duduk yang kemudian dihadang dengan penolakan Adit, "gak usah, Nyit. Gue gak lama-lama kok." Akhirnya Cinta kembali pada posisinya.
"Jadi, tadi lo abis dari acara pembubaran panitia LDKS?" Pertanyaan dengan intonasi sindiran, dengan air muka yang terlihat kecewa sangat tergambar di wajah Adit. Mengapa sahabatnya ini membohongi dirinya, bahkan juga membohongi bundanya.
"Iya... Sorry... Gue cuma gak ingin bunda khawatir aja kalau dia tahu gue gak pergi sama elo, Dit. Bunda kan belum terlalu kenal Zaky, makanya gue bikin alasan pembubaran panitia." Cinta tahu dirinya salah, ia tidak ahli berbohong.
"Trus, lo ke mana sama Zaky? Sampai dandan cantik begini?!" Kembali, Cinta merasa takut bila harus terus terang pada sahabat disampingnya itu, meski terlontar pujian yang sedikit membuat Cinta merasa tersipu. Andai Zaky yang mengatakan dirinya cantik, tentu Cinta jauh merasa bahagia.
"Gue tahu ini privasi lo, Nyit. Kalau lo gak mau bilang pun gue gak akan maksa, itu hak lo." Sambung Adit seakan tahu apa yang sedang Cinta pikirkan.
"Gak gitu, Dit. Gue... Gue... Cuma pergi makan aja kok sama dia, sama ngobrol-ngobrol sepele lah," akhirnya Cinta berani bercerita.
"Ngobrol sepele tuh kaya gimana?" Penasaran atau cemburu, Adit merasa ingin tahu lebih banyak lagi.
"Kepo... Katanya privasi gue, tapi lo kepo?" Cinta mulai santai, ada sedikit kelegaan dalam hatinya karena sudah berterus terang dan ia cukup tenang karena Adit ternyata tidak marah padanya.
"Ya... Kalau gak mau cerita, ya gak papa. Siapa juga yang kepo!" Rupanya Adit lebih ahli membohongi hati. Ah!.
"Due... Baper. Lo tuh ya, kadang sering bikin gue gak ngerti, suka gak jelas kaya gini. Santai aja kali, ngobrol sepele tuh kaya gimana ya... Ya, cuma tanya kegiatan hari-hari, tanya soal keluarga, kesibukan, gitu-gitulah." Ucap Cinta lalu mendekatkan wajahnya ke hadapan Adit sambil berbisik melanjutkan, "kaya orang lagi pedekate lah kurang lebih, lo paham kan?" Seraya menggerakkan kedua alisnya ke atas.
Seketika wajah Adit memerah, ada aura panas yang bisa diindikasikan sebagai bentuk rasa cemburu. Respon yang sulit ia sembunyikan, hanya diam, jadi tak berselera melanjutkan obrolan.
"Btw, tadi gimana di rumah Sheila? Lo jadi nungguin dia sampai Pak Ustad datang? Trus gimana, cerita dong." Cinta merubah topik obrolan.
"Iya gue balik sore dari rumah Sheila. Masih terus dalam pantauan Pak Ustad selama seminggu ke depan. Kasian sih, tapi ya... Mau gimana lagi, udah terjadi."
"Lo perhatian banget sama Sheila, Dit. Serius lo beneran gak ada rasa sama dia?" Cinta masih memikirkan hal yang dibicarakan sahabat lainnya tempo hari, kalau Adit belakangan sering pergi ada urusan tanpa ada yang mengetahui, pasti ada yang Adit sembunyikan soal perasaannya. Cinta yakin ada yang Adit tutupi.
"Sheila lagi, Sheila lagi... Capek jelasinnya ke orang yang salah paham terus!" Adit kesal mengapa Cinta selalu membahas Sheila.
"Makanya terus terang. Anak-anak juga curiga tahu gak, katanya lo sering pergi sendirian tanpa mereka tahu. Jujur sih sama gue! Kalau lo gak mau anak-anak tahu gue juga bisa kok jaga rahasia." Cinta mempraktekkan gaya emoticon mengunci bibirnya.
'Bukan Sheila, Nyit. Kenapa lo gak bisa lebih peka sih' Adit bermonolog sambil memandangi wajah sahabat di depannya yang tampak begitu cantik dari biasanya. Andai saja Cinta bisa mendengar apa yang hatinya ucapkan, tapi harapan hanyalah harapan, mungkin Adit tidak akan berani mengatakan yang sebenarnya pada Cinta, terlebih saat ini ia tahu Cinta sedang dibutakan oleh rasa kagumnya pada Zaky. Ah, Zaky! si brengsek! Adit jadi teringat kalau ia tidak boleh membiarkan Zaky punya kesempatan lebih dekat dengan sahabatnya.
"Lo semua tuh salah paham sama gue, gue juga bingung jelasinnya!" Hanya itu akhirnya yang terucap dari bibir Adit.
🌻🌻🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
RAHASIA HATI (Prequel of "Cinta Bidadari")
Novela JuvenilMasih dengan tokoh utama yang sama, yang ada di Novel Cinta Bidadari yang sedang proses cetak buku fisik. . . Mengisahkan Persahabatan anak SMA yang di dalamnya terdapat perasaan-perasaan tak sampai yang hanya terpendam dalam hati. Dan semuanya ber...