Di sebuah menara terpencil di tengah hutan yang sunyi, sang penyihir yang kesepian itu kini memiliki seorang teman... atau mungkin hubungan mereka hanya sebatas majikan dan asisten.
"Aku sudah membersihkan semuanya, cepat antar aku pulang, Lucas! Aku bisa ketahuan pergi dari rumah. Kumohon, berhentilah bercanda," kata perempuan dengan surai coklat yang dihiasi helai putih. Ia terduduk di lantai, tubuhnya lengket oleh keringat.
Ia menatap wajah sang penyihir yang kini memandangnya dengan senyum puas. Sang penyihir, Lucas, berdiri bersandar di jendela, menatap asistennya dengan tatapan meremehkan. "Lihatlah perempuan malang ini, kasihan sekali dirinya..." ucap Lucas, mengabaikan permohonan perempuan itu, seolah masalah pribadi asistennya bukanlah hal yang penting baginya.
"Ck, dasar iblis tampan yang menyebalkan! Baiklah, aku akan pergi sendiri," ujar (name) dengan nada kesal. Sang gadis beranjak dari tempatnya, menghampiri tempat sang tuan berdiri.
Ia sedikit menggeser tubuh Lucas dan membuka jendela di belakang sang tuan. "Tunggu dulu, tadi kau mengatakan apa? Iblis apa? Katakan lebih jelas, setelahnya aku akan mengantarmu pulang," ucap Lucas dengan kekehan kecil, merasa gemas melihat gadis di hadapannya dengan wajah cemberut.
Lucas menarik tangan asistennya, mengunci kedua sisi tubuh sang gadis dengan tubuhnya. "Iblis menyebalkan. Itu yang kukatakan," jawab si jelita dengan ketus. Sesekali, ia membuang muka dan menatap tajam sang Adam, kesal karena harus memenuhi keinginan sang penyihir demi bisa pulang ke rumah meskipun tidak ingin.
"Aku membenci orang yang berbohong padaku," ucap Lucas, tatapan matanya menjadi merah menyala, mengingatkannya pada saat pertama kali ditawarkan posisi sebagai asisten. (Name) menghela nafas berat, memutarkan bola matanya dengan malas.
"Kau adalah iblis tampan yang pernah aku temui, Lucas. Sesuai dengan ucapanku, iblis adalah dirimu dan tampan adalah wajahmu," jawab sang gadis dengan suara kecil, sedikit tidak percaya untuk mengatakan bahwa sang tuan tampan secara blak-blakan.
Laki-laki dengan iris semerah ruby terkekeh kecil mendengarnya, menantikan pengakuan kecil dari gadis di hadapannya. Dengan diam-diam, tangan kirinya merangkul pinggang ramping perempuan itu, sementara tangan kanannya menarik tubuh itu lebih dekat dengannya, membuat (name) menaruh lengannya di leher sang tuan seakan-akan mereka akan berdansa.
Iris biru seperti langit malam bertabur bintang terbelalak menyadari kedekatan mereka, memandang iris ruby sang tuan yang begitu mempesona di hadapannya. "Memangnya harus seperti ini, ya?" (name) bertanya dengan gugup, jantungnya berdegup kencang seiring berjalannya waktu.
Sang penyihir muda itu terdiam, memandang wajah perempuan di hadapannya, mengamati setiap lekuk dengan saksama. Tatapannya kemudian terfokus pada mata yang terbuka, memperlihatkan iris biru seperti langit malam yang begitu indah untuk dipandang. Kini mereka saling bersitatap, menatap satu sama lain, terjebak dalam keheningan yang memikat.
Aku sudah lama ingin...
"(Name) yang ku sayangi! Ibu sudah kembali, lihat aku membawakan cat putih yang kau inginkan."
Tanpa sang gadis sadari, mereka sudah berada di kamar (name) bahkan sebelum wajah mereka begitu dekat.
Teriakan sang ibu dari luar rumah begitu nyaring, memecah keheningan di kamar (name). Kecupan kecil yang hampir terjadi terhenti seketika. Sang perempuan yang terpanggil pun menoleh, "Ya! Aku datang, Bu!" teriaknya, menjawab panggilan sang ibu dari dalam kamar.
Pelukan Lucas yang erat di pinggang (name) pun terlepas, begitu pula dengan kedua tangan (name) yang berada di bahu Lucas. "Lucas, sampai jumpa lagi." Tangan itu kembali melambai padanya, disertai senyuman manis yang tertuju pada dirinya.
"Ibu mertua sialan."
Malam itu, dengan hamparan bintang-bintang menghiasi langit, begitu damai, sama seperti suasana malam hari di kawasan istana Obelia. Sang penyihir cilik kini berubah ke wujud aslinya, menampilkan wajah laki-laki dewasa dengan rambut yang bertambah panjang. Tatapan mata merahnya menoleh ke samping, menatap perempuan yang tengah tertidur pulas dengan tenang. Ia mengulas senyum, merindukan wajah itu. Tanpa ia sadari, tangannya mengelus wajah sang perempuan, merasakan lembutnya kulit wajah tersebut.
"Kuharap kali ini, kau selalu hidup dan terus hidup," lirihnya. Wajahnya mendekat ke wajah perempuannya, mengecup ringan bibir tipis itu. Tidak lama kemudian, sebuah senyuman terukir di wajah (name). "Kau menyukainya?" tanya sang tuan, meskipun ia tahu bahwa gadis yang terlelap ini tidak akan menjawab pertanyaannya.
Entah apa mimpi sang perempuan, tapi ia berharap perempuannya selalu bermimpi indah.
Jangan mati dan terus ingat diriku
Perempuan dengan surai coklat putih itu terbangun, memperlihatkan mata biru malam yang indah. Ia terengah-engah tanpa sebab, terbangun dari mimpi yang aneh-indah namun begitu menyedihkan, mimpi yang sama terus terulang. "Laki-laki itu lagi... sebenarnya siapa dia," gumamnya. Ia menyisir rambut panjangnya yang berantakan karena tidur dengan tangannya. "Tapi, wajahnya mirip..." ucapannya menggantung di udara saat mata biru malam itu melirik sendu ke arah anak laki-laki dengan surai panjang berwarna hitam yang tengah tertidur pulas. Lucas, penyihir muda yang begitu jenius dan licik.
Ia memandang sendu wajah Lucas, wajah itu begitu imut, tampan, dan cantik. Tanpa ia sadari, sebuah senyuman terukir di wajahnya. Tangannya tiba-tiba membelai surai hitam Lucas dengan lembut, merasakan kelembutan rambutnya. "Sebenarnya kamu ini siapa, Lucas..." lirihnya. Ia mengusap wajah imut sang penyihir muda, menyentuh setiap lekuk wajahnya dengan penuh kasih.
Apa ini? Mengapa ia dipertemukan dengan anak ini? Hatinya terasa aneh setiap kali melihat sang penyihir ini. Tatapan (name) begitu lembut, sama seperti belaian tangannya. Ia tidak tahu jika Lucas merasakan itu semua dari awal, mendengar gumamannya dan melihat wajah bangun tidurnya.
Sebuah lenguhan terdengar dari Lucas, tepat setelah itu tangan (name) berhenti membelai. Tatapannya ia buang ke arah lain dan mulai beranjak pergi dari kasur. "Kenapa berhenti? Aku menyukainya..." lirih Lucas. Ia meraih tangan perempuannya dengan cepat, mendekatkannya kembali ke surai hitamnya.
geli bnget serius.
revisi?
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐔𝐏𝐄𝐑𝐅𝐈𝐂𝐈𝐀𝐋 𝐋𝐎𝐕𝐄 : Lucas -𝐄𝐍𝐃-
FanfictionADA CERITA LAIN BUAT FANFIC LUCAS Kehilangan sosok yang dicintai adalah luka yang begitu besar, bahkan seorang penyihir pun tidak dapat mengatasi hal itu. Semua ia lakukan hanya untuk menghilangkan rasa sedihnya, bahkan ia rela tertidur seribu tahun...