"Lucas! Itu apa? Besar sekali, aku ingin coba, ingin coba!" seru (name) dengan penuh semangat.
Jari-jemari mereka yang saling bertautan tak pernah lepas, sementara (name) terus menarik Lucas ke sana kemari. Jari telunjuknya menunjuk penuh antusias ke arah cemilan unik yang belum pernah ia temui sebelumnya, serta sebuah mainan anak-anak yang mencuri perhatiannya.
Mata Lucas berputar-putar, dan kepalanya terasa pusing dengan segala kegembiraan dan aktivitas yang dilakukan (name). Namun, ia tak merasa menyesal membawa (name) ke ibukota. Melihat senyum lebar dan wajah bahagia (name) membuat segala kepenatan terasa sepadan.
"Paman, aku beli satu! Beli yang paling besar ya!" teriak (name) kepada pedagang dengan wajah yang berseri-seri, tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Para pedagang yang menyaksikan pemandangan ini hanya bisa tertegun, tidak habis pikir dengan kehebohan dan kebahagiaan yang ditunjukkan oleh (name).
Lucas, walaupun merasa lelah, tersenyum melihat betapa bahagianya (name). Dalam kekacauan yang penuh warna dan kegembiraan, ia merasakan kepuasan mendalam karena berhasil membuat hari (name) menjadi istimewa.
Paman pedagang memandang (name) sejenak, lalu beralih pada Lucas dengan wajah pucat. Lucas merasa pusing dengan situasi yang kian kacau. "Tuan, kau harus bersabar ya..." bisik paman pedagang, dan perkataan ini membuat (name) mengernyitkan dahinya.
(Name) mendengar jelas bisikan paman pedagang kepada Lucas dan memahami maksudnya. "Paman jangan banyak bicara, cepat buatkan aku yang paling besar," serunya dengan nada datar namun tetap tersenyum. Perintahnya membuat paman pedagang terkejut dan menghadapinya dengan kekehan kecil.
Lucas menghela napas, menatap (name) yang kini tampak kesal menatap paman pedagang. "Kamu harus memakan semuanya. Karena itu tidaklah enak, jadi jangan berikan itu padaku," ucap Lucas dalam hati, berharap (name) akan mematuhi saran tersebut.
"Aku tidak akan memberikannya pada Lucas!" jawab (name) penuh semangat.
"Syukurlah..." pikir Lucas, sambil membuang tatapannya pada seorang pedagang gelang di dekatnya. Gelang-gelang itu berkilauan dengan kombinasi warna yang memukau, mirip dengan galaksi dan warna mata perempuan di sampingnya. Terpikat oleh keindahan gelang-gelang tersebut, Lucas memutuskan untuk membelinya dan memberikannya pada (name), berharap dapat menambah kebahagiaannya di hari yang penuh warna ini.
"Meninggalkannya sebentar tidak masalah bukan? Tempat pedagang gelang dan cemilan itu begitu dekat, jadi (name) tetap dalam pengawasanku," pikir Lucas, meyakinkan dirinya sendiri.
"(Name), aku nanti kembali," ucap Lucas, dengan lembut meraih tangan (name) sebelum melepaskannya. Jari-jemari mereka terpisah, dan mereka membiarkan jarak itu mengisi ruang di antara mereka.
Tanpa mereka sadari, sebuah tali tipis yang menghubungkan mereka secara emosional telah terputus. Dalam sekejap, mereka masing-masing melangkah ke arah yang berbeda, seolah-olah memilih takdir mereka sendiri.
Lucas melangkah mendekati pedagang gelang, matanya bersinar saat melihat berbagai gelang yang memukau. Setiap gelang terbuat dari bahan-bahan indah dengan warna-warna yang menakjubkan, seolah menggambarkan keajaiban galaksi. Lucas merasa yakin bahwa (name) akan menyukai gelang-gelang ini, terutama karena beberapa di antaranya tampak cocok dengan penampilan dan kepribadiannya. Ia memilih beberapa gelang, memperhatikan dengan cermat detail dan keindahan masing-masing, sambil membayangkan bagaimana (name) akan merasa ketika menerima hadiah ini.
Di tengah keramaian ibukota, di mana suara pesta dan tawa bergema di seluruh penjuru, suasana di sekitar (name) tampak kontras dengan kegembiraan yang mengelilinginya. Saat ia asyik menatap pembuatan cemilan yang diinginkannya, wajahnya bersinar penuh semangat, tanpa menyadari bahaya yang mendekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐔𝐏𝐄𝐑𝐅𝐈𝐂𝐈𝐀𝐋 𝐋𝐎𝐕𝐄 : Lucas -𝐄𝐍𝐃-
Hayran KurguADA CERITA LAIN BUAT FANFIC LUCAS Kehilangan sosok yang dicintai adalah luka yang begitu besar, bahkan seorang penyihir pun tidak dapat mengatasi hal itu. Semua ia lakukan hanya untuk menghilangkan rasa sedihnya, bahkan ia rela tertidur seribu tahun...