Athanasia duduk santai di tamannya, ditemani si hitam yang terus berlari ke sana kemari. Ia hanya bisa menatap kucing hitam itu dengan gemas, senyum kecil bermain di sudut bibirnya. Kebosanan mulai merayap di benaknya sementara ia menunggu (name), temannya yang dijanjikan akan menemaninya di taman. Namun, yang ada hanya Lucas dan Felix yang menjaga mereka.
Pandangan Athanasia beralih ke Lucas, yang tampak asyik menikmati cemilan manis dan menyesap teh dengan tenang. "Felix, kenapa (name) tidak bisa datang?" tanya Athanasia, suaranya lembut namun penuh keingintahuan. Felix sedikit tersentak mendengar pertanyaan mendadak itu. "Oh, (name) sedang menemani Yang Mulia di ruang kerjanya," jawab Felix sambil tersenyum manis, senyum yang seolah menenangkan namun tidak menghilangkan rasa penasaran Athanasia.
Angin lembut bertiup, membawa aroma bunga yang mekar di sekitar mereka. Sinar matahari menyelinap melalui dedaunan, menciptakan pola cahaya dan bayangan yang menari di atas rumput. Athanasia menghela napas pelan, matanya kembali tertuju pada Lucas. "Semoga dia segera selesai," gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri, berharap waktu berlalu lebih cepat.
Felix duduk tegak, tetap waspada meski suasana tampak begitu damai. Lucas, di sisi lain, tampak tak terganggu, menikmati momen sejenak di bawah langit biru. Athanasia hanya bisa menunggu, menikmati detik-detik yang berlalu dengan perlahan, seperti melodi lembut yang mengiringi hari-harinya di taman.
Sesaat, Athanasia hanya bisa menghela napas panjang, mendengar jawaban Felix yang tak bisa ia bantah. Apa boleh buat, pikirnya, yang meminta adalah ayahnya sendiri... Jika ia memarahi ayahnya karena merebut (name), mungkin kepalanya sudah tak ada lagi sekarang. "Mengapa bukan Anda saja, Felix? Mengapa harus (name)? Padahal aku sudah membuat janji lebih dulu dengan (name)," balas Athanasia, tidak terima dengan keputusan ayahnya.
"Maaf, Tuan Putri, saya juga tidak tahu menahu tentang itu," jawab Felix, sedikit membuang pandang dari Athanasia, mencoba menghindari tatapannya yang penuh keluhan.
Tiba-tiba, suara cangkir teh yang ditaruh dengan kasar memecah keheningan. Suaranya begitu nyaring hingga membuat kedua orang yang tengah mengobrol itu menoleh. Lucas, yang tampak kesal, mulai beranjak dari tempat duduknya, berdiri dan menatap mereka dengan sorot mata yang serius. "Aku ingat ada urusan, maaf sampai di sini saja aku menemani Tuan Putri," ucapnya singkat, lalu menunduk sebentar sebagai tanda hormat sebelum pergi begitu saja.
Athanasia dan Felix hanya bisa terdiam, menatap kepergian Lucas yang tiba-tiba. Angin lembut membawa keheningan yang semakin mendalam, dan Athanasia kembali merasakan kesepian yang tadi sempat terlupakan. Felix berdiri di sampingnya, tak mampu memberikan jawaban atau solusi, hanya bisa menemani dalam diam.
Tidak jauh dari tempat minum teh tadi, Lucas langsung berteleportasi ke tempat lain. Tempat di mana menaranya berada, tempat tinggalnya yang sebenarnya. Ia menjatuhkan tubuhnya di kasurnya, menutup mata, dan merasakan angin sejuk yang masuk dari jendela terbuka. "Merepotkan..." gumamnya dengan suara pelan.
Ia memikirkan kembali rencana setelah ia kembali mencari Pohon Dunia, menyadari bahwa ia akan pergi beberapa hari lagi, mungkin lebih lama, meninggalkan perempuannya bersama Raja tirani itu. "Sial, kenapa kekuatanku bisa dicuri orang sih," gumamnya lagi, kali ini dengan nada lebih frustrasi. Keningnya berkerut, jelas terlihat bahwa ia kesal.
Lucas memejamkan mata sejenak, mencoba mengingat kembali masa-masa di mana ia bertemu dengan perempuannya. Sebuah senyuman tipis terukir di wajahnya, hatinya kembali tenang saat bayangan kenangan indah itu muncul. Namun, ketenangan itu hanya berlangsung sesaat. Wajah kesalnya kembali tergambar, mengingat tanggung jawab dan kekuatan yang hilang membuatnya tak bisa sepenuhnya menikmati kenangan tersebut.
Ia membuka mata, menatap langit-langit kamarnya, pikiran terus berputar mencari cara untuk mengembalikan kekuatannya. Angin yang berhembus dari jendela membawa aroma bunga liar, tetapi tak mampu menghapus kekesalan yang menyelimuti hatinya. Lucas tahu, perjalanan ini belum berakhir, dan ia harus menemukan cara untuk mendapatkan kembali apa yang telah dicuri darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐔𝐏𝐄𝐑𝐅𝐈𝐂𝐈𝐀𝐋 𝐋𝐎𝐕𝐄 : Lucas -𝐄𝐍𝐃-
FanfictionADA CERITA LAIN BUAT FANFIC LUCAS Kehilangan sosok yang dicintai adalah luka yang begitu besar, bahkan seorang penyihir pun tidak dapat mengatasi hal itu. Semua ia lakukan hanya untuk menghilangkan rasa sedihnya, bahkan ia rela tertidur seribu tahun...