kencan pergi ke ibukota

1.7K 243 7
                                    


Di tengah hutan yang tersembunyi dari peta dan pandangan manusia, berdiri sebuah menara tua yang anggun namun penuh misteri. Menara ini dihuni oleh seorang penyihir yang terselubung dalam kabut mitos dan cerita rakyat. Desas-desus menyebar dari mulut ke mulut bahwa sang penyihir berwajah buruk rupa, sehingga mereka memilih mengasingkan diri di menara itu selama ribuan tahun.

Sihir mereka, dikatakan, adalah kekuatan yang luar biasa, yang mampu membentuk dan meremukkan alam semesta. Mungkin, dengan satu gerakan tangan, mereka bisa menciptakan keajaiban yang memukau, atau malah menciptakan malapetaka yang menghancurkan. Oleh karena itu, banyak yang takut untuk mendekati menara itu, khawatir bahwa satu langkah salah bisa memancing amarah sang penyihir dan mendatangkan malapetaka yang tak terbayangkan.

"Ibu, menurutku wajah yang buruk rupa itu hanya bohong belaka..." ujar gadis itu dengan rambut cokelat yang memiliki sehelai putih yang mencolok.

Seorang ibu sedang bercerita kepada putrinya untuk membantu sang putri tertidur. Tatapan sang ibu tak terlepas dari mata biru gelap yang begitu indah, mata yang memberikan kekuatan pada dirinya. "Kenapa kamu berpikir seperti itu?" tanya sang ibu lembut.

Gadis yang bernama (name) tersentak, lalu memalingkan wajahnya ke arah lain. Tatapannya bergetar saat bertemu pandang dengan ibunya. "Itu... di buku ini, wajah penyihir menara sangatlah tampan... lihatlah, Ibu!" serunya.

Ia membuka lembar demi lembar buku cerita sihir itu dengan antusias. Buku itu didapatnya dari perpustakaan milik penyihir Lucas, tempat yang penuh dengan misteri dan keajaiban.

Tidak lama kemudian, kerutan di kening sang ibu terlihat jelas. Matanya menatap tajam, seolah ia sedang mengawasi seekor hewan buas. "Dari mana kamu mendapatkan buku ini? Ibu belum pernah memberikan buku ini padamu..."

Tatapan itu lagi, tatapan sang ibu yang bisa mengamuk layaknya singa. "Aku menemukannya di ruangan bawah! Ya, aku menemukannya di sana. Ibu mungkin lupa bahwa ibu memiliki buku ini. Kalau begitu, aku akan tidur. Selamat malam." Ucap (name) dengan nada cepat. Ia dengan tergesa-gesa mencium kening sang ibu, lalu menutup seluruh tubuhnya dengan selimut, menyembunyikan wajahnya di balik bantal.

Sang ibu masih terdiam, tatapannya tak terlepas dari gumpalan selimut yang bergerak gelisah. "Ah, mungkin aku lupa..." gumamnya. Ia pun beranjak dari kasur sang putri, menutup pintu kamar dengan lembut, dan meninggalkan ruangan itu dalam keheningan.

Tak lama, sebuah angin bertiup kencang, membawa dedaunan yang beterbangan di sekitarnya dan membuka jendela dengan keras. Angin itu perlahan mendekati gumpalan selimut dan dengan lembut tapi pasti membuat selimut itu terbang, terlempar ke sembarang arah. "Ini belum waktunya tidur, ayo bermain, (name)," bisik angin tersebut.

Sang gadis tak bergeming, kepalanya bersembunyi di balik bantal, menutup dengan erat. "Berhentilah, Breeze," ucap (name) dengan suaranya yang terpendam.

Tidak lama kemudian, angin yang dikelilingi dedaunan itu mengelilingi tubuhnya, membuatnya terangkat perlahan. Terlepas dari kasur dan bantalnya, ia melayang di udara, dalam pelukan angin yang bersemangat.

Esok harinya, (name) menjalani aktivitasnya seperti biasanya, layaknya seorang perempuan yang sudah dewasa sebelum waktunya. Ia menggantikan ibunya yang sibuk dengan urusan dunia luar. Terkadang, ia tenggelam dalam kesibukan melukis di dinding rumah, menciptakan gambar-gambar bintang yang berkelip di malam hari.

"Ibu, bisakah kau membelikanku cat kuning keemasan?" tanyanya dari ketinggian rumah, suaranya melayang di udara seperti burung yang terbang bebas.

"Apa? Kau tahu bukan, sulit mencari cat itu. Mungkin butuh waktu empat sampai enam hari," jawab sang ibu.

𝐒𝐔𝐏𝐄𝐑𝐅𝐈𝐂𝐈𝐀𝐋 𝐋𝐎𝐕𝐄 : Lucas -𝐄𝐍𝐃-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang