•
•
•
Happy reading
Ini cerita kedua aku, semoga suka ya."Terus saja berjalan. Setiap belokan, setiap sudut, menghadirkan misteri tersendiri. Tersesat adalah anugerah, karena dirimu tak tahu apa yang menanti di tiap kelokan. Bukankah begitu dengan kehidupan, bahkan kematian sekalipun?"
-Aldeon Gendra Mahardika.
•••
Setelah cukup melihat isi ruangan yang bisa di bilang cukup indah dengan hiasan langit malam seperti bintang dan bulan. Azel kembali pada abang nya, ia terus melihat dua laki laki yang sedang mengotak Atik komputer.
"Yon, gue heran deh mereka siapa sih? kok bisa ada urusan sama Alga?" Azel bertanya tak percaya, siapa orang itu sampai sangat sangat membenci Alga.
"Gue gak tau, dunia ini luas banyak manusia nya dan banyak nya manusia gak memungkinkan kalau semuanya menyukai kita pasti ada yang benci."
Azel mengangguk kepala nya paham,"semoga kita bisa selesaikan ini secepatnya. Oh ya kalau mereka udah kita tangkap Lo akan apaain?"
"Bunuh!"
"Heh, dosa goblok!" Azel melotot kan matanya tak percaya, gampang sekali Deon berbicara bunuh? aduh dia aja sampai bergidik ngeri.
"Musuh harus mati, kalau dibiarin hidup musuh kita akan terus mengganggu!" sahut Aksa yang setuju pada Deon. Ia sangat membenci mereka ia sangat yakin mereka lah yang membunuh papah nya.
"Kalau kita bunuh, pasti akan banyak lagi yang benci sama kita! mau nambahin musuh lagi?" Azel tak percaya pada jalan pikir orang di hadapannya ini.
"Ikutin aja jalan hidup." Deon kembali memfokuskan mata nya pada komputer itu, ia terus mencari sesuatu agar bisa menemukan mereka pembunuh!
Ting.
+62853××××××××
Permainan dimulai! hahaha."Deon, bang Aksa! mereka ngechat lagi!" Azel menyodorkan handphone nya pada Aksa dan Deon, rasa takut nya kembali menyambar seluruh tubuhnya.
"Shit! Tunggu pembalasan gue sialan!" desis Deon tajam, ia mengepalkan tangannya kuat.
Ting.
+65853××××××××
Kelinci, 20 4 anggrek."Nomornya sama lagi! gue yakin ini mereka, tapi apa maksudnya?" Aksa mengerikan dahinya bingung saat melihat notif baru dari handphone Deon.
"Kita cari tahu!" ujar Deon langsung menuju komputer nya begitupun Azel dan Aksa.
Setelah satu jam lebih tidak ada yang tau arti makna tersebut, mereka terus mencari tapi tetap dia mengetahui nya. Hingga Azel teringat saat kematian Alga di simpang tiga garuda tepatnya jalan Anggrek.
"Deon, gue tahu arti anggrek!" beritahu Azel menghampiri kedua laki laki itu.
"Lo ingat saat gue cerita semuanya? kematian Alga di simpang tiga garuda lebih tepatnya jalan anggrek!"
"Gue yakin itu tentang kematian Alga!" ujar Aksa.
Sedangkan seorang cowok berdiri tak jauh dari mereka tersenyum kecut, ia tidak tega menyusahkan adik nya dan orang lain,"Maafin gue, gue terpaksa agar Lo tahu siapa pelakunya." setelah mengucapkan itu Alga kembali menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDEON
Ficção Adolescente"Gue Aldeon Gendra Mahardika, bagi gue gak ada hal yang paling menyakitkan kecuali kehilangan keluarga." Ini kisah dua laki laki yang di pisahkan saat umur 9 tahun, bagaimana kisah mereka? yu langsung baca aja. BUKAN TEMPAT PLAGIAT ⚠️ Start : 6 Ap...