16

189 33 5
                                    

Siang hari yang tak begitu terik, namun udaranya mampu membuat sang gadis terus menyalakan kipas angin. Kurapika yang melihat hanya bisa kesal dalam diam, dia hanya bersiap-siap dengan tagihan listrik yang akan menguras dompet.

Killua, Gon, dan Leorio yang turut kepanasan, duduk di belakang [Name] menikmati angin sejuk dari kipas. Kurapika menonton dari kursi tempat ia duduk, melamunkan soal apa yang terjadi pada [Name] tadi pagi.

Tenang saja. Bukan soal telur, kok.

"Kakakku, Illumi. Dia menguntit [Name]. Entah tujuannya apa, tapi kurasa ada hubungannya dengan tante merah itu."

Perkataan Killua yang masih terngiang di otaknya itu membuatnya berpikir keras. Apakah dia punya tujuan tersendiri atau dia bekerja untuk Hera?

Tapi, kalau tidak salah... Killua pernah menyinggung soal kakaknya yang hampir diculik oleh Hera. Lalu tujuan dia yang sebenarnya apa?

Padahal sebelum ini semuanya masih baik-baik saja. Jika benar itu karena suruhan Hera, urusan ini tidak boleh di anggap main-main lagi. Illumi bukanlah lawan yang mudah.

Apalagi Illumi adalah pengguna nen jenis manipulator. Bukan hanya itu, bahkan jarum-jarum miliknya bisa mencuci otak lawan, sampai mengendalikan pikiran lawan agar mau melakukan apa yang disuruh.

Kekuatan yang merepotkan.

Tunggu,

...[Name] tidak sedang di kendalikan, kan?

"[Name] berhasil lolos dari kejaran Illumi. Bahkan aku saja belum tentu bisa, tapi dia bisa melakukan itu seperti bersembunyi dari orang bodoh."

Kurapika memandang gadis dengan surai hitamnya yang melambai-lambai karena tertiup kipas angin, kemudian dia menghela napas. Kurapika harus percaya dengan Killua.

"Hey, [Name]. Persiapkan dirimu, kita akan mempelajari nen sekarang."

Aku yakin kau memiliki potensi yang hebat. Kurapika berbicara dalam hati.

***

Seorang wanita dengan postur yang cukup pendek, berjalan perlahan menyusuri studio pemotretan. Dirinya memutar pandangan kesana kemari, lantaran belum pernah berada di suatu tempat yang biasanya di datangi oleh artis.

Senritsu memfokuskan pandangan pada seorang wanita berparas cantik yang sedang berpose di hadapan kamera potret. Begitu elok dan anggun, dia berpose layaknya seorang profesional.

Rupanya sang atasan memberikan informasi yang cukup akurat, bahwa penjahat yang sedang ia incar adalah seorang model cantik yang terkenal.

Senritsu berjalan mendekat sembari membawa air mineral, berpura-pura sedang bekerja paruh waktu. Sang model mengusap peluh yang mengalir di jidat mulusnya, kemudian duduk di kursi yang sudah di sediakan.

"Ini, minumlah." Senritsu menyodorkan sebotol air mineral.

"Terimakasih, gadis kecil." Sang wanita tersenyum yang kemudian dibalas senyuman balik oleh Senritsu.

Senyuman itu palsu.

"Rhea-san, di depan ada yang sedang mencarimu." Salah satu staff wanita datang menghampiri, wajahnya seperti orang yang sedang tersipu malu.

"Ah, benarkah? Terimakasih sudah memberi tahu. Aku akan kesana." Wanita yang dipanggil Rhea itu berjalan menuju pintu masuk studio pemotretan, dia membukanya, kemudian menutupnya kembali.

Tak lama setelah pintu itu tertutup, desas-desus mulai terdengar.

"Hey, pria itu datang lagi, ya?"

"Siapa sih dia? Waktu itu juga dia datang kesini."

"Jangan-jangan pacarnya Rhea-san!? Aduh, gemasnya!"

"Kalau dengar dari gosip, pria itu orang yang tampan loh!"

"Benar! Tadi aku melihatnya dan dia tampan sekali! Walaupun wajahnya agak menyeramkan, tapi dia tampan..."

Senritsu hanya diam menyimak pembicaraan para staff wanita, kemudian berjalan mendekat ke arah pintu masuk studio.

~~~

"Ah, akhirnya kau keluar." Suara yang tak terlalu berat itu mengalun, menusuk indera pendengaran wanita yang berdiri di hadapannya.

"Hmm, kau melakukan penyamaran dengan sangat baik."

Mari mendeskripsikan sebentar penampilan pria satu ini. Rambut hitam pendek yang ditata dengan comma style, jidat putih mulus yang terpampang begitu jelas– yang tanpa sadar menambah kadar ketampanannya, pakaian casual yang melekat di tubuh sang pria, beserta tinggi badan yang semampai.

Ciri-ciri barusan yang disebutkan biasanya adalah tipe ideal sebagian besar wanita.

"Kau tahu, ini karena jarumku."

"Ya ya, aku tahu. Cepat katakan soal laporan misi yang aku berikan. Dia sudah kau bunuh, kan?"

"Belum, dia lolos."

Sang wanita melebarkan matanya, menatap tajam ke arah si lawan bicara. "Yang benar saja!?"

"Pelankan suaramu. Orang-orang bisa dengar."

Bibirnya bergetar menahan amarah. Kekesalan yang memuncak karena gadis itu selalu saja bisa lepas dari kejarannya.

"Kau jahat sekali, ya. Ingin membunuh anggota keluarga sendiri."


Sedangkan dibalik pintu yang mereka belakangi, Senritsu diam-diam sedang menguping.

"Tuan, cepat pergi ke ruang cctv gedung ini. Kita mendapatkan informasi baru." Kata Senritsu yang berbicara dengan seseorang dibalik telepon genggam.

***

"Kurapika! Aku sudah tidak kuat lagi!"

"Hey ini baru permulaan!"

"Tapi aku sudah lemas!"

"Jangan menyerah!"

"Aku tidak menyerah! Tapi kalau terus-terusan begini aku bisa mati, Kurapika! Aku mau makan!"

"Oke! Setelah makan, kau harus bisa menahan ten lebih dari 10 menit!"

Kalian tahu mereka sedang apa? Benar, [Name] sedang mempelajari nen. Walaupun tidak sesuai ekspetasi Kurapika, sih...

Gon yang baru saja pulang dari kampung halamannya, hanya menonton tanpa bisa melerai. Benaknya selalu membatin, 'Sejak kapan Kurapika jadi begini..?'

"Killua, lerai mereka dong..."

"Biarkan saja, Gon."

TBC

Ten (纏, Envelop): ketika seseorang berhasil membuka souko-nya (mengalirkan auranya ke luar), dia harus mempertahankan auranya di sekitar tubuhnya dan mengendalikan derasnya aliran aura yang keluar agar aura tersebut tidak habis. Jika aura yang merupakan energi kehidupan terus mengalir deras dari tubuh maka lama-kelamaan tubuh akan merasa lemas dan akhirnya mati.

REVENGE [Chrollo Lucilfer X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang