65. KOMA

40.1K 2.6K 285
                                    

VOTE SEBELUM BACA PLEASE 😉

Riana menarik Erlangga untuk mundur, membiarkan dokter mendekati Deby.

"Dokter tolong selamatkan putri saya Dok!" pinta Arsen menangis.

Clarissa merengkuh Arsen menjauh begitupun dengan Riana. Erlangga yang masih terpaku memandang Deby dengan air mata yang terus mengalir.

Bram dan tim medis lainnya terlihat cekatan dalam menyiapkan alat pacu jantung.

Arya memberi ruang Bram dan rekannya. Ia menghampiri putranya yang tampak begitu terpukul.

Bram mulai menggesekkan kedua alat pacu jantung itu dengan gell khusus. Tubuh Deby terangkat saat alat itu menyentuh dadanya.

Erlangga memejamkan matanya, tidak sanggup melihat itu. Bahkan Riana dan Arya menahan tubuhnya yang terasa kehilangan tenaga.

Clarissa juga menangis bersama Arsen. Mereka semua berharap Deby bisa bertahan.

Percobaan pertama gagal begitupun dengan yang kedua. Bram masih berusaha mengembalikan detak jantung Deby. Tapi tidak ada respon.

Percobaan ketiga masih sama, hingga ke empat dan kelima. Sampai akhirnya Bram berhenti dengan wajah menyesal. Ia meletakkan kembali alat itu beralih menatap Arsen dan yang lainnya.

"Maaf kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi Tuhan berkehendak lain, dia sudah tiada" ucap Bram sedih.

Erlangga terpaku, ia merasa jantungnya berhenti berdetak saat itu juga. Setengah jiwanya terasa dirampas dengan paksa.

Suara tangisan Arsen, Rissa dan Riana memenuhi ruangan itu. Apalagi saat semua alat yang terpasang di tubuh Deby tadi sudah di lepas.

"Nak, Deby udah pergi hikss..kamu harus kuat hiks..dia udah tenang" isak Riana menangkup wajah putranya yang tampak shock dan terpukul.

"Nggak Bun, Deby nggak akan ninggalin aku! Dia masih hidup, dia nggak akan pergi! Dia hanya tidur Bun!" tegas Erlangga menjauhkan tangan Riana dari wajahnya dan mendekati Deby.

Erlangga memperhatikan gadisnya yang terlihat begitu tenang. Ia menggenggam tangan yang terasa begitu dingin dari sebelumnya. Erlangga menatapnya lama. Sampai ia benar-benar menyadari kalau Deby tidak lagi bernafas.

Seketika air matanya jatuh, tidak percaya kalau Deby benar-benar meninggalkannya. Erlangga menggelengkan kepalanya.

"Sayang bangun.." panggil Erlangga dengan suara bergetar. Ia mengelus pipi gadis itu lembut mencoba membangunkannya.

"Jangan buat aku takut, aku mohon bangun hiks...aku mohon kembali.. jangan gini hiks..aku mohon tolong kembali.." tangis Erlangga mencoba membangunkan Deby.

"Lang, kamu yang kuat nak..Deby udah pergi" ucap Arya mengusap pundak putranya.

"Nggak Yah! Deby nggak mungkin ninggalin aku! Deby tolong buka matamu aku mohon.." isak Erlangga memeluk Deby erat.

"Aku mohon jangan pergi..jangan.. aku mohon..Deby Kembali padaku.." gumam Erlangga.

"Lang?"

"Nggak kamu nggak boleh tinggalin aku.."

"Erlangga bangun nak"

Erlangga tersentak, ia membuka matanya dan mengangkat kepalanya. Erlangga melihat Deby yang masih terbaring dengan berbagai alat medis ditubuhnya. Suara mesin detak jantung membuatnya tersadar kalau baru saja ia bermimpi. Mimpi buruk.

Erlangga semakin menggenggam tangan Deby erat. Ia bahkan sampai keringat dingin dan pipinya terasa basah karena air matanya. Mimpinya barusan terasa begitu nyata dan itu sangat menakutkan.

YOU KNOW? I'M BAD GIRL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang