Beberapa Bulan Kemudian.........
"Zidan, gimana sekolahnya? Ada masalah nggak?" Tanya bunda pada Zidan yang tengah berjalan menuju ke arah meja makan untuk sarapan bersama.
"Hemm, sejauh ini nggak ada bun. Oh iya nanti Zidan pulangnya agak telat ya, soalnya ada rapat osis terus abis rapat ada latihan basket juga. Maklum bun ketua tim basket, jadi wajib ikut latihan. Gak papa kan?" Tanya Zidan sembari melahap roti yang sudah di siapkan oleh bunda.
"Iya, gak papa. Tapi kalo udah kelar semua langsung pulang loh ya. Gak boleh keluyuran ke tempat lain lagi, gak boleh kemaleman juga nanti pulangnya." Jawab bunda.
"Siap bundaa. Oh iya, Difta gimana belajarnya ? ada kendala gak. Kalo ada bilang aja siapa tau kakak bisa bantu kamu." Tanya Zidan pada Difta yang duduk di sampingnya.
Difta yang mendengar pertanyaan Zidan pun segera mengambil sebuah buku yang selalu di bawanya kemanapun.
Tangannya mulai bergerak untuk menulis jawaban untuk pertanyaan yang Zidan berikan.
Zidan yang melihat adiknya tengah menulis jawaban untuknya pun segera mengusap surai kecokelatan milik Difta sembari tersenyum hangat.
Difta membalas perlakuan sang kakak dengan senyum yang tak kalah manis. Mata bulat sipitnya sampai - sampai tidak terlihat dan nampak sangat menggemaskan ketika dia sedang tersenyum dengan lebar.
Setelah di rasa cukup dengan jawaban yang ditulisnya, Difta pun menyodorkan buku yang semula di pegangnya kepada Zidan.
"Sejauh ini gak ada kak. Aku kan udah terbiasa Home Schooling, kakak tenang aja. Makasih udah selalu baik dan perhatian sama Difta. Difta sayang sama kak Zidan.
Kak, apa Difta harus sekolah di rumah terus? Sebenarnya Difta juga pengen sekolah yang bisa ketemu banyak temen kaya kak Zidan, Difta juga pengen ikut banyak organisasi, tapi kata bunda Difta spesial jadi harus sekolah di rumah terus. Kalo akhirnya cuma bisa sekolah di rumah terus kaya gini, mending Difta gak jadi spesial kak. Difta gak suka jadi spesial :("
Setelah membaca tulisan Difta. Zidan berinisiatif untuk membicarakan hal tersebut dengan bunda lagi secara diam - diam. Dia tidak ingin Difta mendengar percakapan antara dia dan bunda.
Karena jawaban bunda pasti tetap sama, yaitu tidak akan pernah mengizinkan Difta untuk sekolah di sekolah yang sama seperti Zidan karena bunda takut kekurangan yang dimiliki Difta akan menjadi bahan bullyan nanti di sekolah.
Untuk menghindari hal - hal yang tidak di inginkan, jadi bunda selalu berpegang teguh pada prinsipnya yaitu tetap menyekolahkan Difta di rumah.
"Difta gak usah sedih. Sekolah di rumah kan seru. Bisa belajar sambil makan, bisa sambil rebahan, bisa sambil tiduran juga kan. Kalo sekolah kaya kak Zidan, kaya gitu gak boleh. Gurunya jahat, nanti kena marah kalo gak nurut bisa kena hukum juga. Kalo jam istirahat baru deh boleh makan, tidur juga gak papa asal tau waktu aja.
Terus ikut organisasi itu emang seru sih tapi capek banget. Apalagi kalo ada acara huuft bisa - bisa gak pulang saking sibuknya." Ucap Zidan menanggapi tulisan yang di tulis Difta. Bunda hanya mengamati percakapan antara kedua putranya dalam diam, karena dia tau kemana arah pembicaraan antara Zidan dan Difta.
"Udah ya. Kakak mau berangkat dulu. Semangat adik kakak. Kamu mau nitip apa nanti biar kakak beliin pas pulang sekolah." Tanya Zidan pada Difta dan di balas gelengan kepala oleh Difta yang berarti dia tidak menginginkan apapun.
"Yaudah kalo gak ada. bun, Zidan berangkat dulu ya." Ucap Zidan lalu segera menyalimi tangan bunda dan beranjak meninggalkan meja makan meninggalkan bunda dan Difta.
Jika kalian bertanya - Tanya di mana ayah Zidan dan Difta, maka jawabannya adalah beliau telah meninggal dunia.
Ayah dulu adalah pimpinan di sebuah perusahaan tambang yang sangat besar dan juga terkenal di mana - mana. Perusahaan yang ayah pimpin lama kelamaan berkembang pesat dan sangat maju.
Hingga suatu hari, kejadian yang tak di harapkan pun terjadi. Pagi itu, ayah pergi ke lokasi pertambangan untuk melakukan observasi sebelum di lakukannya kegiatan penggalian.
Dan naas, tiba - tiba terjadi gempa yang sangat besar, kondisi ayah yang berada di dalam terowongan tambang itu pun perlahan tapi pasti mulai tertindih oleh besarnya batuan dan material tambang yang runtuh akibat guncangan gempa.
Teman - teman ayah yang berada di sekitar lokasi tambang pun berlarian menyelamatkan diri masing - masing hingga tak sadar bahwa mereka tengah meninggalkan ayah dan kedua temannya di dalam terowogan gelap. Akhirnya ayah dan kedua temannya pun ditemukan dalam keadaan tak bernyawa dan tewas seketika di tempat kejadian.
Akhirnya selesai juga US nya huhuhu seneng tapi sedih juga udah gak bisa ketemu sama besti" aku😭🤌
Alhamdulillah, karena dapet SNMPTN, jadi aku udah gak sibuk lagi buat nyari PTN setelah lulus🥰💎
Gak kerasa banget ya puasanya udah dapet 20 aja wkwkwk..... semangat puasanya bagi kalian semua yang menjalankan🙏🏼
Makasih buat kalian semua yang udah mau baca cerita gak jelas ini. Makasih yang udah mau votmen. Yang sider juga makasih banyak udah mau mampir. Aku sayang kalian guys🙆♀️
Teubyee💙
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗦𝗶𝗹𝗲𝗻𝘁 𝗕𝗼𝘆 [✔]
Fanfiction"Bun, Difta boleh sekolah bareng gak sama Zidan?" "Apa kamu gak ingat kejadian beberapa tahun yang lalu. Bunda izinin Difta sekolah di luar tapi apa. Difta di bully di sana. Difta sering di pukul, di caci maki bahkan di aniaya sampai - sampai difta...