ᴀᴋʜɪʀ ʜɪᴅᴜᴘ ᴅɪꜰᴛᴀ?

350 31 0
                                    

Happy Reading........
Abaikan Typo😣!!!!!




























"Zidan pulang." Ujar Zidan setelah membuka pintu rumah dan menemukan bunda yang tengah duduk santai sembari menonton tv.

"Selamat datang sayang. Loh Difta mana nak?" Tanya bunda khawatir karena tak menemukan kehadiran Difta.

"Difta pulang sama temennya bun. Tadi udah bilang sama Zidan" Jawab Zidan berbohong.

"Difta udah punya temen? Kamu gak bohong kan sama bunda?" Tanya bunda penuh selidik. Karena jujur ada yang sedikit mengganjal di hati bunda.

"Ya ampun bun, iya Zidan gak bohong kok. Paling bentar lagi juga pulang" Jawab Zidan santai.

Zidan pun segera menaiki tangga menuju ke kamarnya yang ada di lantai dua.

Ia merebahkan tubuhnya ke kasur dan memejamkan matanya. Perasaan bersalah tiba - tiba muncul dalam dirinya. Ia merasa kecewa karena sudah membentak Difta seperti tadi.

Zidan yakin Difta pasti akan takut padanya dan akan merasa canggung
ketika mereka bicara berdua nanti.

Terlalu lama bergelut dengan pikirannya sendiri, akhirnya Zidan pun tertidur.








Sedari tadi, bunda masih setia menunggu kedatangan Difta, perasaan tak enak mulai mengisi relung hatinya. Bunda khawatir sekaligus cemas dan takut terjadi sesuatu dengan anak bungsunya itu.

Berjam - jam bunda menunggu. Dia terus mondar - mandir di depan pintu berharap sosok Difta akan pulang dan menampakkan senyum indahnya.

Sayangnya, detik demi detik berlalu perlahan jam pun mulai bergerak berganti waktu. Jam pulang sekolah yang harusnya pukul 13.00 tapi hingga pukul 17.00 Difta belum juga menampakkan sosoknya.

Sontak bunda semakin khawatir. Ia bergerak untuk menghampiri kamar Zidan dan meminta anaknya itu untuk membantunya mencari keberadaan Difta.

"Zidan, bangun nak. Zidan. Tolong kamu cari Difta ya. Dia belum pulang dari tadi siang, perasaan bunda gak enak Zidan. Ayo bangun bantu bunda cari Difta" Ucap bunda membangunkan Zidan yang masih terlelap.

"Haduh bun, masih ngantuk. Biarin aja deh nanti juga pulang sendiri. Udah gede juga kok" Ujar Zidan masih dengan mata terpejam.

"Enggak Zidan. Bangun sekarang cari Difta. Bunda takut Difta kenapa - napa. Dia gak pernah keluar selama ini. Bunda khawatir banget.

Cepat kamu cari Difta. Bunda juga mau keluar cari Difta. Kamu nanti kalo udah ketemu Difta langsung bawa pulang ya jangan lupa kabarin bunda dulu" Ucap bunda final lalu keluar dari kamar Zidan.

"Ishh anak sialan. Bisanya cuma nyusahin orang aja." Gumam Zidan kesal dalam hati.





























Bunda mencari Difta di sekolah, dan bertanya pada guru - guru serta satpam yang masih berada di sana.

Sedangkan Zidan tidak berniat untuk mencari Difta. Dia melajukan motornya dengan pelan menuju ke sebuah taman dengan pemandangan sungai yang sangat indah di depannya.

Zidan membeli es krim dan duduk di sebuah bangku taman yang berhadapan langsung dengan sungai. Ia fokus menikmati es krimnya dengan santai dan melupakan apa yang bunda perintahkan padanya.

"Bodo amat sama si bisu. Mau gak pulang kek gue tetep gak peduli. Dia udah bikin gue kehilangan Anami.

Sialan, gue jadi sedih lagi kalo inget itu. Ngapain juga gua bantu bujuk bunda buat masukin dia ke sekolah. Bodoh banget gue.

Eh tapi, kira - kira tu anak kemana ya. Dia juga kayaknya belum punya temen. Duhh perasaan gue gak enak nih. Ck, tapi bodo amatlah. Biarin aja" Celoteh Zidan sembari asik memakan es krimnya.























BYURRRR..........

"Astaga siapa tadi yang bunuh diri"

"Kasihan sekali. Sepertinya dia anak yang di buang orang tuanya atau korban perundungan. Seragamnya sudah sobek - sobek, dan banyak sekali lebam di wajahnya"

"Tolong, tolong, tolong, siapapun yang bisa berenang tolong ada anak yang bunuh diri ya ampun tolong. Cepat"

Fokus Zidan buyar setelah mendengar teriakan - teriakan minta tolong dan suara yang sangat ramai tak jauh dari tempat yang di dudukinya.

Ia pun mendekati tempat dimana sudah banyak orang berkumpul di sana.

Karena terlalu ramai, akibatnya Zidan tidak bisa dengan jelas melihat apa yang tengah terjadi sebenarnya. Karen rasa penasaran yang tinggi, Zidan pun memutuskan untuk bertanya pada orang yang ada di dekatnya.

"Maaf buk, kalo boleh saya tau ada apa ya?" Tanya Zidan.

"Oh itu nak, tadi ada anak masih dengan seragam sekolah. Tingginya tidak jauh sepertimu, wajahnya tampan sayangnya banyak lebam di sana. Bajunya juga tampak sudah tak layak di pakai.

Ibu dari tadi mengamatinya. Dia duduk sangat lama di bangku ujung sana. Dia terlihat sedang menuliskan sesuatu dan terkadang mengusap air matanya. Sepertinya dia sedang ada masalah.

Tadi ibu pergi ke toilet sebentar, tapi waktu ibu kembali, ibu lihat dia berjalan mendekati sungai dan menenggelamkan dirinya di sana. Sayangnya ibu belum sempat mencegahnya.

Dia sempat meninggalkan tas dan bukunya juga sebelum benar - benar pergi.

Ini ibu ambil sebagai barang bukti untuk keluarga yang mencarinya nanti" Jelas sang ibu pada Zidan dan menunjukkan tas dan buku yang di pegangnya.

Setelah melihat tas dan buku yang di tunjukkan oleh ibu tersebut. Zidan langsung terduduk.

Kakinya sangat lemas, kepalanya pusing dan tanpa dia sadari bulir bening mulai berdesakan keluar dari kedua pelupuk matanya. Ia kemudian mengambil tas dan buku tersebut.

Ia tau betul siapa pemilik tas itu. Tas berwarna Cream tua. Hadiah darinya ketika Dufta berumur 10 tahun. Meskipun sudah lama, tapi tas itu masih terlihat seperti baru akibat jarang dipakai oleh pemiliknya.

Dan buku, buku yang selalu di bawa Difta kemanapun dia pergi. Buku berwarna baby blue dengan background awan. Itu adalah milik adiknya, Difta.

Zidan tak kuasa untuk menahan air matanya. Keegoisannya perlahan mulai runtuh tergantikan oleh rasa penyesalan yang teramat besar hingga menyakiti lubuk hatinya yang paling dalam.










"Nak, kamu kenapa. Kenapa nangis? Itu teman kamu ya" Tanya ibu itu heran, karena Zidan yang tiba - tiba menangis.

"Buk, dia adik saya buk. Tolong. Tolong dia nggak bisa berenang. Hiks, hiks, hiks Difta. Maafin kakak Difta. Hiks, buk, tolongin adik saya" Racau Zidan masih sambil menangis.

"Astaga, itu adik kamu. Kamu tenang dulu ya nak, adik kamu lagi di cari. Kamu berdoa yang banyak supaya adik kamu cepet ketemu dan adik kamu masih bisa di selamatkan" Ucap ibu itu sembari menepuk pundak Zidan menenagkan.
















Tak tau apa yang harus dilakukan selanjutnya, Zidan pun segera menghubungi bunda terlebih dahulu.

"H - hhalo bunda, bunda cepet ke sini. Ke taman. Hikss, cepet bun" Ucap Zidan sembari terisak.

"Ya ampun Zidan kenapa nangis?. Jangan bikin bunda khawatir. Oke kamu tunggu sebentar bunda kesana sekarang" Ujar bunda lalu mematikan sambungan teleponnya.

Bunda dibuat semakin khawatir dengan situasi sekarang. Difta yang belum ditemukan dimana keberadaannya dan Zidan yang menelpon sembari menangis terisak. Sunggu bunda dibuat bingung dengan situasi yang terjadi. Tapi bunda harap kedua anaknya itu baik - baik saja dan selalu ada dalam lindungan tuhan.






































































Jangan lupa vote, komen.....

Book ini beneran mau tamat, huhuhu bakalan kangen banget sama Zidan, Difta😭🤌

Teubyeee💙

𝗦𝗶𝗹𝗲𝗻𝘁 𝗕𝗼𝘆 [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang