Dengan perasaan takut yang masih mendominasi, Zidan tetap memberanikan dirinya untuk memasuki kamar sang bunda dengan membawa buku Difta.
Tok, Tok, Tok
Tak ada balasan dari dalam kamar, Zidan pun bergerak untuk membuka pintu kamar bunda dengan perlahan.
Matanya langsung menangkap sosok bunda yang duduk terdiam sembari menatap ke arah luar melalui jendela dengan tangan yang mengenggam erat sebuah pigura foto yang Zidan yakini itu adalah pigura yang berisi foto Difta.
Bunda tampak tak terganggu akan kehadiran Zidan. Ia masih setia dengan posisinya dan seolah tak peduli lagi dengan keadaan di sekitarnya.
Dengan langkah pelan, Zidan mendekati bunda lalu memeluk dari belakang sosok kesayangannya itu dengan erat.
"Hiks, bunda maafin Zidan. Zidan mohon hiks, bunda boleh hukum Zidan. Tapi bunda gak boleh diemin Zidan kaya gini. Hiks, bun" Ujar Zidan masih setia dengan posisinya memeluk bunda dengan air mata yang senantiasa mengalir dari matanya.
Hening. Bunda tak mengeluarkan sepatah kata pun. Zidan yang merasa mungkin bunda masih marah, pun bergerak untuk melepaskan pelukannya tapi ketika tangannya benar - benar terlepas, bunda kembali menarik tangan Zidan untuk kembali memeluknya dari arah belakang.
Zidan tersenyum simpul lalu kembali mengeratkan pelukannya di tubuh sang bunda.
"Udah bunda maafin, gak usah nangis lagi" Ujar bunda lalu membalikkan badannya untuk melihat langsung wajah putranya itu.
Zidan masih takut dan tak berani menatap kedua obsidian gelap milik bunda. Bunda tersenyum lalu menangkup pipi Zidan dan menengadahkan kepalanya agar bisa bertatapan dengannya.
"Bunda memang kecewa sama kakak tapi bunda yakin adek kamu di sana pasti sedih kalo bunda biarin kamu terus - terusan kaya gini. Bunda ikhlas, jadi mari kita berdamai dengan keadaan" Ujar bunda tulus lalu kembali memeluk tubuh Zidan dan mengelus punggungnya lembut.
"Makasih bunda udah mau maafin Zidan. Zidan harap setelah kejadian ini, Zidan gak bakalan bikin bunda kecewa lagi. Zidan kesini karena mau liatin ini sama bunda" Ucap Zidan lalu menyodorkan buku Difta ke hadapan bunda.
"Loh, bukunya Difta kan? Kenapa kasih ke bunda. Simpen aja di kamarnya" Ucap bunda pada Zidan.
"Nggak, bunda harus baca dulu. Ada pesan yang Difta tulis di situ buat bunda" Ujar Zidan. Bunda hanya menganggukkan kepalanya sebagai balasan.
"Yaudah bunda baca. Tapi nanti. Ayo kita makan dulu. Maaf ya kemarin - kemarin bunda nggak keluar kamar sampe lupa masakin kamu. Mau makan apa? Biar bunda masakin" Ujar bunda sembari menunjukkan senyum hangatnya yang sudah kurang lebih seminggu ini hilang.
"Bunda nggak perlu minta maaf. Zidan paham sama posisi bunda. Ayo kita makan sandwich aja. Zidan kangen Difta, jadi ayo kita makan makanan kesukaan Difta" Zidan berkata dengan semangat sembari menggandeng tangan sang bunda untuk keluar dari kamar dan menuju dapur.
Mungkin ini adalah takdir yang sudah digariskan dan harus di jalani oleh Difta.
Pada dasarnya hidup manusia di dasari oleh penuh rasa penyesalan dan juga kekecewaan. Tapi belajar menerima dengan ikhlas merupakan salah satu cara terbaik untuk menghilangkan berbagai penyesalan dan kekecewaan yang terjadi dalam hidup.
Sedih akan sesuatu yang pergi meninggalkan kita merupakan hal yang wajar. Tapi berlarut - larut akan kesedihan tak akan berguna dan membuat sesuatu yang pergi akan kembali lagi.
Berdamai dengan keadaan adalah cara paling ampuh untuk mengembalikan semangat hidup kita yang hilang sementara akibat di tinggal pergi oleh yang tersayang.
Dari kisah ini, diharapkan bagi kita semua agar selalu menghargai keberadaan setiap orang yang kita sayang.
Apapun kondisi dan keadaannya, kita patut untuk bersyukur dan selalu berada di sisinya setiap saat. Jangan pernah membuatnya seakan tak berguna dan membuatnya memilih untuk pergi dari hiruk pikuk dunia yang kejam.
Ingatlah, kita akan tersadar betapa berharganya seseorang adalah ketika dia telah pergi meninggalkan kita.
Jadi, gunakan waktu kalian sebaik mungkin bersama orang yang kalian sayangi selama mereka masih ada di dunia bersama kalian.
END
Maaf ya kalo nggak bisa kasih ending yang bagus.
Maaf juga alurnya aku cepetin. Huhuhu udah buntu banget aku😭
Sampai ketemu di book aku yang selanjutnya....... semoga kalian gak bosen ya bacanya :v
Kalo aku buat epilog tentang temen"nya Difta mau nggak?.... kalo gak mau ya gak papa🐰😔
Teubyeee💙
Buat last chap, jangan lupa vote sama komennya ya🥰🫂
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗦𝗶𝗹𝗲𝗻𝘁 𝗕𝗼𝘆 [✔]
Fanfic"Bun, Difta boleh sekolah bareng gak sama Zidan?" "Apa kamu gak ingat kejadian beberapa tahun yang lalu. Bunda izinin Difta sekolah di luar tapi apa. Difta di bully di sana. Difta sering di pukul, di caci maki bahkan di aniaya sampai - sampai difta...