"Tolong jaga Difta, dalam keadaan apapun dan bagaimanapun. Bunda mau kamu selalu ada buat dia dan lindungi dia. Tolong awasi Difta meskipun nanti dia udah punya teman baru di sekolahnya.
Bunda gak mau kejadian beberapa tahun lalu terulang lagi. Dan bunda harap kamu bisa buat Difta selalu tersenyum dan jangan biarin Difta sedih ataupun menangis, karena Difta itu spesial untuk bunda. Apa kamu bisa pegang janji kamu buat bunda?" Tanya bunda memastikan.
“Iya bun, Zidan janji bakalan jaga Difta, awasin Difta, dan buat Difta selalu tersenyum. Makasih ya bun. Makasih banyak” Ucap Zidan lalu merengkuh tubuh bunda untuk di peluk.
Bunda tersenyum lalu perlahan membalas pelukan Zidan.
Ketika Zidan dan bunda masih asyik dengan kegiatan saling memeluk. Tak lama setelah itu, Difta pulang lalu ikut bergabung dalam pelukan yang dilakukan oleh dua orang tersayangnya.
Zidan melepas pelukannya dan melihat Difta yang tersenyum manis padanya, pun kembali merengkuh tubuh itu dan memeluknya.
Difta membuat raut wajah seolah bertanya “Apa yang terjadi” dan Zidan yang paham dengan raut wajah Difta pun tetap memeluk tubuh Difta dan bergumam.”Difta, besok berangkat sekolah sama kakak ya”
Difta masih membeku di tempat seolah di tampar oleh kenyataan. Sekolah? Hal yang sangat ia inginkan sedari dulu dan sekarang apakah ia benar - benar akan bisa merasakannya lagi?
Difta menoleh ke arah bunda dan mendapati perempuan itu tersenyum dan menganggukkan kepalanya tanda bahwa ia menyetujui ucapan si sulung.
Difta langsung berhambur ke pelukan bunda dengan perasaan yang tak bisa di gambarkan. Senyumnya tak kunjung hilang dari bibir pink miliknya. Dengan gerakan terburu - buru, Difta segera melepaskan pelukannya dengan sang bunda dan mengambil buku kecil dan pena dari dalam saku bajunya yang senantiasa di bawanya ke mana saja.
Difta menuliskan sebuah kata dan menyerahkannya pada bunda untuk di baca.
"Bun.... Difta boleh sekolah? Ini beneran kan, kalian gak bohong? Difta seneng banget" tulisnya.
"Awalnya bunda ragu mau nyekolahin kamu di luar. Tapi setelah bunda denger semua penjelasan Zidan, bunda jadi berubah pikiran. Bunda gak bohong. Mulai besok kamu sekolah ya bareng sama kakak. Yang rajin, jangan nakal, kalo ada yang gangguin kamu cepet bilang sama bunda atau kakak ya" ujar bunda lalu mengelus pucuk kepala Difta dengan sayang.
Difta yang mengetahui bahwa ini semua adalah hasil dari penjelasan sang kakak yang mau meyakinkan bunda, membuatnya terharu. Difta menatap Zidan yang ada di sebelahnya lalu kembali memeluk tubuh yang sedikit lebih pendek darinya itu.
Zidan membalas pelukan Difta dan sesekali menggoyangkan tubuh mereka yang masih saling bertaut itu, ke kanan dan ke kiri.
Sebesar apapun Difta sekarang, tapi di mata Zidan Difta tetaplah Difta. Adik kecilnya yang selalu tersenyum di segala situasi dan enggan untuk menyusahkan banyak orang.
Difta melepas rengkuhan sang kakak lalu mulai menuliskan sesuatu menggunakan pena di buku kecil tadi.
"Difta sayang kakak. Sayang banget. Tolong jangan pernah pergi dari sisi Difta" tulisnya.
Setelah membaca apa yang di tuliskan adiknya di buku tersebut, Zidan kembali berujar "Iya, kakak akan selalu ada buat kamu dan kakak akan selalu sayang sama kamu. Okeyy sekarang kamu istirahat ya. Jangan lupa besok sekolah bareng kakak, kalo terlambat bangun kakak tinggalin. Hehehe udah sana ke kamar" usir Zidan pada Difta yang berhasil membuat Difta mengerucutkan bibirnya sebal lalu mulai melangkahkan kakinya meninggalkan Zidan dan bunda yang sudah pergi terlebih dahulu menuju ke kamar untuk beristirahat sesuai arahan Zidan.
Zidan tersenyum tulus setelah melihat siluet Difta yang sudah menghilang dari pandangannya.
Sesampainya di kamar, Difta tak bisa untuk berhenti tersenyum. Ia sangat bahagia bisa bersekolah lagi di luar. Meski jujur saja ada sedikit trauma dalam diri Difta ketika bertemu atau berkenalan dengan orang baru, tapi tak sedikitpun mematahkan semangatnya untuk bisa bersekolah kembali.
Ia yakin dengan adanya keberadaan Zidan di sisinya, ia tak akan mengalami kejadian seperti dulu lagi. Karena Difta tau Zidan adalah orang yang bertanggung jawab dan tidak pernah ingkar terhadap janji yang telah di buatnya.
Terlalu hanyut dengan pikirannya sendiri, Difta tak sadar ketika ia menolehkan kepalanya ke belakang dan mendapati Zidan yang tengah berdiri di depan pintu kamarnya yang memang tak di kunci.
"Kenapa senyum - senyum sendiri hemm?" Tanya Zidan sembari melangkahkan kakinya ke arah Difta yang tengah duduk berhadapan dengan meja belajarnya.
Difta hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya tanda bahwa ia sedang tidak memikirkan apa - apa.
"Masa nggak? Terus senyum - senyum tadi kenapa? Gak sabar sekolah besok ya?" Tanya Zidan penasaran dan kembali hanya di jawab dengan gelenggan halus dari Difta.
"Yaudah kalo gak mau ngaku, tapi kakak tau kok. Kamu excited banget kan, tapi di satu sisi kamu juga gugup bakalan ketemu dan kenalan sama orang banyak.
Kakak paham apa yang kamu rasain. Tapi kakak harap kamu bisa atasi rasa khawatir kamu itu. Kamu coba pelan - pelan ya kalo ada orang yang deketin kamu dan mau kenalan sama kamu. Kalo kamu rasa dia baik ya temenan aja tapi kalo menurut kamu gak baik yaudah gak usah di ladenin. Kalo misalnya dia gangguin kamu langsung bilang aja sama kakak.
Kakak juga bakalan kenalin kamu ke temen - temen kakak. Tenang aja mereka baik kok. Kakak yakin kamu pasti bakalan seneng banget ketemu sama mereka yang tingkahnya suka di luar nalar" jelas Zidan panjang lebar.
Difta hanya bisa menghela nafas lega dan menggangukkan kepalanya bahwa ia yakin dengan semua yang di ucapkan oleh kakaknya.
"Kakak ke sini cuma mau ngecek aja kamu udah tidur apa belum, kakak di suruh bunda. Katanya kamu belun makan kan dari tadi pagi? Di suruh bunda turun dulu makan habis itu baru istirahat. Ayo kakak juga belum makan. Kita makan sama - sama ya" ajak Zidan dan di balas dengan anggukan kepala setuju dari sang adik.
Keduanya pun berjalan meninggalkan kamar Difta dan menuju ke ruang makan untuk makan bersama.
Abaikan Typo!!!
Up lagi...... ayo vote
Maafin akuu yang bikin Difta cuma bisa ngangguk" mulu huhu :(
Masih bingung gimana lanjutin ceritanya sampe end😣
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗦𝗶𝗹𝗲𝗻𝘁 𝗕𝗼𝘆 [✔]
Fanfic"Bun, Difta boleh sekolah bareng gak sama Zidan?" "Apa kamu gak ingat kejadian beberapa tahun yang lalu. Bunda izinin Difta sekolah di luar tapi apa. Difta di bully di sana. Difta sering di pukul, di caci maki bahkan di aniaya sampai - sampai difta...